Menuju konten utama

Epidemiolog Duga Kasus BA.4 dan BA.5 Sudah Banyak di Indonesia

Subvarian ini diduga sudah masuk ke Indonesia sejak Mei lalu. Kendati demikian epidemiolog tak khawatir dengan kasus subvarian baru tersebut.

Epidemiolog Duga Kasus BA.4 dan BA.5 Sudah Banyak di Indonesia
Ilustrasi Pasien Corona. foto/istockphoto

tirto.id - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menduga kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia sebenarnya sudah banyak dan positif sejak bulan Mei 2022. Namun dia tidak khawatir dengan adanya kasus tersebut.

“Iya enggak apa-apa, sudah pasti masuk dari bulan lalu. Sudah banyak sebenarnya,” kata Pandu saat dihubungi Tirto pada Senin (13/6/2022) siang.

Menurut dia, jika ada varian baru COVID-19 di dunia, cepat atau lambat varian tersebut akan menyebar ke seluruh dunia. Pemerintah Indonesia seharusnya harus sudah bisa mengantisipasi adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini dan meminta masyarakat jangan panik dengan kedua subvarian tersebut.

“Jadi, sebenarnya harus sudah diantisipasi. Jadi enggak usah panik. Masalah deteksi kan masalah kebetulan terdeteksi, gitu aja kan,” ucap Pandu.

Dia menerangkan bahwa langkah-langkah pengendalian terhadap kedua subvarian Omicron tersebut adalah dengan pemerintah menggencarkan program vaksinasi dosis ketiga COVID-19 (booster) atau tidak melemahkannya, bahkan jika memungkinkan bisa memvaksin booster 100 persen penduduk Indonesia.

Selain itu, pemerintah tidak perlu melonggarkan kebijakan penggunaan masker agar masyarakat bisa menggunakan masker untuk mencegah penularan dan masyarakat perlu terus menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Lanjut Pandu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) harus turun tangan lagi dalam hal ini, yaitu dengan sering melakukan blusukan atau terjun ke masyarakat langsung.

“Jadi, kalau bisa 100 persen penduduk Indonesia di-booster. Jokowi harus turun tangan lagi, sering blusukan,” ujar dia.

Pandu menyebut ke depannya kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Indonesia akan makin bertambah, karena kedua subvarian tersebut sifatnya lebih menular. Akan tetapi, risiko penularan bisa ditekan melalui pemakaian masker, penerapan prokes, serta vaksinasi booster. Bahkan vaksinasi booster bisa meminimalisir lonjakan pasien COVID-19 yang masuk ke rumah sakit dan angka kematian.

“Emang lebih mudah menular, apalagi masyarakat sudah enggak mau pakai masker ya kan. Penularannya boleh naik, kalau enggak ada yang masuk rumah sakit, enggak ada yang mati, ya tenang-tenang saja,” tutur dia.

Kemudian Pandu mengatakan jika angka pasien COVID-19 yang masuk rumah sakit dan angka kematian bisa ditekan, maka Indonesia dapat dikatakan telah berhasil mengendalikan pandemi. Meski begitu, kasus virus menular tersebut tidak akan mereda karena akan terus bermutasi.

“Kasus enggak akan mereda, karena virus bermutasi terus. Jadi, momennya harus dipertahankan,” tandas dia.

Di samping itu, Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan mengungkapkan bahwa sudah ada 8 kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Empat kasus ditemukan di Provinsi Bali dan empat kasus lainnya di Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.

“Indonesia sudah ada sebetulnya 8 ya, ada 4 di Bali dan 4 di Jakarta. Ada 2 perempuan ya, laki-laki ada 6,” jelas dia dalam webinar “Waspada Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 dalam Masa Transisi Menuju Endemi”, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Humas PDPI pada Minggu (12/6/2022).

Berikut data lengkap 8 kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia:

Bali

1. Kasus transmisi lokal BA.4 (laki-laki 27 tahun, kewarganegaraan Indonesia): kluster lokal. tidak bergejala, sudah divaksin dua dosis Pfizer,

2. Kasus Omicron BA.5 (laki laki 45 tahun, kewarganegaraan Mauritius): kluster pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), tidak bergejala, sudah divaksin tiga dosis Johnson and Johnson (J&J),

3. Kasus Omicron BA.5 (laki-laki 57 tahun, kewarganegaraan Amerika): kluster PPLN, delegasi GPDRR, gejala ringan yaitu sakit tenggorokan dan badan pegal, sudah divaksin empat kali dosis Pfizer,

4. Kasus Omicron BA.5 (laki-laki 34 tahun, kewarganegaraan Brazil): kluster PPLN, delegasi GPDRR, tidak bergejala, sudah tiga kali divaksin yaitu dua dosis AstraZeneca dan satu dosis J&J.

DKI Jakarta

1. Kasus transmisi lokal BA.5 (perempuan 20 tahun, kewarganegaraan Indonesia): kluster lokal, gejala sedang yaitu batuk, sesak napas, sakit kepala, lemah, mual, muntah, nyeri abdomen, sudah dua kali divaksin Sinovac, belum booster,

2. Kasus transmisi lokal BA.5 (perempuan 40 tahun, kewarganegaraan Indonesia): tidak ada gejala, sudah tiga kali divaksin yaitu dua dosis Sinovac dan satu dosis AstraZeneca,

3. Kasus transmisi lokal BA.5 (laki-laki 22 tahun, kewarganegaraan Indonesia): gejala ringan yaitu demam dan batuk, sudah dua kali divaksin Sinovac, belum booster,

4. Kasus Omicron BA.4 PPLN dari Inggris (Laki-laki 30 tahun, kewarganegaraan Indonesia): gejala ringan yaitu demam, batuk, dan nyeri tenggorokan, sudah tiga kali divaksin yaitu dua dosis Sinovac dan satu dosis Moderna.

Baca juga artikel terkait SUBVARIAN OMICRON atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri