tirto.id - Kisah Ryu belakangan viral karena sang ayah @papeeryuzio bercerita soal dermatitis atopik sang anak. Ryu kala itu masih berusia enam bulan ketika diajak orangtuanya menghadiri undangan. Usai pesta berakhir, malamnya Ryu rewel karena gatal di bagian pipi. Kondisi itu berlangsung sampai beberapa hari. Kulitnya terlihat kemerahan dan mengeluarkan air saat terkelupas.
Orangtuanya harus siap berjaga mencegah Ryu menggaruk atau menggosok pipi. Dokter yang memeriksa Ryu mengatakan ia menderita dermatitis atopik parah dan tak bisa disembuhkan, hanya bisa diminimalisir kekambuhannya. Ryu diharuskan kontrol selama beberapa waktu ke dokter, dan ia tak boleh terkena kotor, berkeringat, atau terkena panas.
“Gue denger begitu, rasanya mendung, merasa jadi orangtua gagal,” tulis sang Ayah.
Dipacak laman National Eczema Association, dermatitis atau eksim merupakan kondisi kulit merah, meradang, dan teriritasi. Secara medis, eksim atau dermatitis dibagi menjadi beberapa jenis, yakni dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis dishidrotik, dan dermatitis seboroik. Namun, jenis eksim yang paling umum adalah dermatitis atopik.
Selain Ryu, eksim aotopik juga dialami selebgram cilik, Kirana, dan kini, adiknya, Rumaysaa. Dulu, ibunya, Retno Hening juga pernah mengalami kondisi serupa sewaktu kecil, dan berlanjut asma setelah dewasa. Eksim yang dialami Kirana dan Rumaysaa terjadi karena faktor genetik. Kirana pertama kali terdeteksi eksim saat berumur dua bulan.
Saat itu, ia masih hanya mengonsumsi ASI, tetapi pada pipinya timbul ruam. Retno pun diminta dokter agar dietnya menghindari semua alergen, seperti telur, makanan laut, kacang-kacangan, susu dan semua turunannya. Beragam krim dan minyak sudah pernah dicoba, pergi ke satu dokter ke dokter lainnya menjadi semacam rutinitas. Retno sampai menyeleksi sabun, sampo, detergen, dan memandikan Kirana dengan air pH 6, tapi ruamnya tetap saja kambuh.
“Dia sama sekali enggak bisa pakai baju lengan pendek, semua harus tertutup. Masa-masa kulit Kirana tipiiissss.. Sekali garuk langsung lecet, berdarah,” Retno berkisah di akun Instagramnya.
Namun, di usianya yang saat itu masih belum genap tiga tahun, Kirana tergolong anak cerdas. Ia sangat sadar dirinya berbeda dan tak pernah ‘ngeyel’ apalagi menangis karena dilarang makan ini itu. Sejak lahir, jam tidur Kirana juga tak pernah teratur, ia selalu terbangun karena gatal. Jika sudah begitu, supaya tidak digaruk, Retno langsung mengusap-usap tubuh Kirana hingga ia tertidur lagi.
“Sekarang, Kirana sudah lebih kuat sih kelihatannya. Pakai sabun biasa juga sudah bisa, cuma sehabis itu dikasih krim biar enggak kering,” kata Retno.
Golongan Penyakit Imunologis
Individu dengan dermatitis atopik memiliki kekebalan tubuh yang sangat sensitif. Mereka dapat bereaksi terhadap alergan atau iritan kecil sekalipun. Laman Atopic Dermatitis Revealed menjelaskan bahwa rangsangan yang mengiritasi kulit akan membikin ujung saraf dan imun bereaksi berlebihan. Sistem imun akan mengirim sinyal ke atas kulit sebagai reaksi menanggapi rangsang.
Ruam yang timbul pada kulit merupakan tanda peradangan akibat reaksi imunitas tersebut. Saat kulit digaruk, lapisan kulit luar menjadi rusak sehingga membuka jalur bagi bakteri, virus, dan alergen masuk. Semakin sering kulit digaruk, semakin banyak bagian kulit luar yang berfungsi sebagai pelindung, menjadi rusak. Kondisi ini merupakan siklus awal terulangnya gatal dan infeksi.
“Eksim ini penyakit kulit yang diturunkan dan pencetusnya macam-macam, ada yang sensitif minyak telon, kalau dikasih telon ya gatal-gatal,” jelas Marissa T.S. Pudjiadi, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Premier Bintaro. Orangtua dan dokter harus selalu berkomunikasi untuk menemukan alergan yang tepat pada anak.
National Eczema Association merangkum beberapa hal yang bisa menjadi pemicu eksim pada bayi, di antaranya kulit kering, iritasi, kepanasan, keringat, infeksi, alergi bulu hewan, serbuk sari, debu, atau air liur yang membikin iritasi pada pipi, dagu, dan leher bayi. Eksim, seringkali muncul pada periode enam bulan pertama hingga 5 tahun kehidupan anak. Yang perlu diketahui oleh orangtua, penyakit ini tidaklah menular.
“Jadi kalau bayi ada bakat bawaan, dia akan rentan alergi, ada rangsang sedikit saja, langsung otomatis merah-merah,” kata dokter Marissa.
Pada umur enam bulan pertama, eksim lazimnya muncul di wajah, pipi, dagu, dahi, kulit kepala, dan dapat menyebar ke area tubuh lainnya. Pada fase ini kulit akan terlihat lebih merah dan membikin anak mudah rewel. Lanjut pada usia 6-12 bulan, eksim lebih banyak muncul di siku dan lutut bayi. Benjolan nanah atau koreng kuning akan terbentuk jika ruam pada eksim terinfeksi.
Sekitar umur dua hingga lima tahun, eksim cenderung muncul pada lipatan siku, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki, tangan, sekitar mulut, dan kelopak mata. Pada tahapan ini, akan terjadi ‘likenifikasi’ di mana kulit anak terlihat kering, bersisik, dan menebal. Sementara di atas umur lima tahun, eksim biasanya hanya muncul di lipatan siku atau lutut. Sistem imun akan semakin baik seiring bertambahnya umur sehingga perlawanan terhadap eksim juga semakin baik.
“Rawat dengan meminimalkan kulit kering, pakai sabun yang lembut, keringkan tubuh dengan menepuk-nepuk, dan lembabkan dengan krim atau minyak,” begitu National Eczema Association memberi saran penanganan terhadap penyakit ini.
Editor: Maulida Sri Handayani