Menuju konten utama

Ekonom Proyeksikan Ekonomi RI Kuartal II Capai 5,07 Persen

LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 mencapai 5,07 persen.

Ekonom Proyeksikan Ekonomi RI Kuartal II Capai 5,07 Persen
Pekerja melakukan bongkar muat beras di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (7/2/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

tirto.id - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 mencapai 5,07 persen (range 5,04 persen - 5,09 persen). Sementara untuk keseluruhan tahun ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,95 persen sampai 5,05 persen.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan berbagai indikator perekonomian periode April-Juni ini menunjukan pertumbuhan signifikan. Konsumsi rumah tangga kemungkinan besar akan tumbuh lebih besar pada kuartal II-2022 karena momentum Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri.

"Pada saat yang bersamaan dengan pemulihan permintaan, kredit terus meningkat. Selain itu, seluruh komponen pengeluaran lainnya yaitu investasi dan ekspor juga mencatat pertumbuhan positif pada periode yang sama," kata Teuku dalam risetnya, Kamis (4/8/2022).

Realisasi investasi pada kuartal II-2022 tercatat tertinggi dalam satu dekade terakhir, dengan penyumbang utama berasal dari sektor manufaktur. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor masih sangat tinggi.

Ekspor juga mencatat perbaikan signifikan dalam satu tahun terakhir, dengan surplus perdagangan pada kuartal-II 2022 mencapai 15,6 miliar dolar AS. Melonjaknya harga komoditas membawa momentum bermanfaat bagi ekspor karena Indonesia merupakan net eksportir komoditas energi utama.

Surplus perdagangan barang kemudian mendorong surplus transaksi berjalan. Selain itu, surplus perdagangan yang terus berlanjut juga telah meredam dampak pengetatan moneter terhadap arus keluar modal dan depresiasi karena ekspor yang lebih tinggi daripada impor mengindikasikan likuiditas valuta asing yang lebih besar di pasar.

Lebih penting lagi, kepemilikan asing atas aset keuangan yang menurun telah memberi Indonesian ruang yang cukup untuk menyerap guncangan global dibandingkan dengan negara lain sejauh ini, terutama dalam hal inflasi dan volatilitas mata uang.

Meski meningkat, inflasi tetap relatif moderat dibandingkan negara lain. Inflasi Indonesia tercatat sebesar 4,94 persen (yoy) pada Juli 2022, sedangkan inflasi inti tercatat sebesar 2,86 persen (yoy) pada periode yang sama. Selain faktor-faktor yang mendukung pemulihan ekonomi pada Semester-I 2022, tekanan yang berasal dari meningkatnya ketegangan geopolitik, pengetatan moneter global, dan kenaikan harga komoditas, masih tersisa. Tekanan inflasi masih berlanjut, terutama terkait dengan harga komoditas dan pangan global.

Kenaikan harga komoditas dan ketegangan geopolitik telah memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global. Berbagai negara di penjuru dunia menunjukkan perkembangan ekonomi dan inflasi yang menunjukkan indikasi semakin kuat bahwa risiko stagflasi semakin dekat.

"Namun, kami melihat bahwa kondisi suram ekonomi global tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik," katanya.

Di sisi lain lonjakan harga komoditas memungkinkan pemerintah Indonesia untuk memperluas stimulus fiskal untuk menunda kenaikan inflasi sementara tetap membangun momentum pemulihan. Dengan demikian, kegiatan konsumsi dan produksi akan tetap berjalan aman.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan PDB akan terus tumbuh sekitar 5,07 persen (yoy) di kuartal-II 2022 (perkiraan berkisar dari 5,04 persen hingga 5,09 persen)," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI RI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin