tirto.id - Direktur Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, maraknya perdagangan barang impor di toko online atau e-commerce harus menjadi bahan evaluasi bagi UMKM. Menurutnya, momentum ini bisa dijadikan pelajaran untuk melihat apa yang kurang dari produk lokal.
"Barang lokal juga perlu dievaluasi mulai dari skala produksi yang terlalu kecil sehingga tidak mampu bersaing dalam skala ekonomi (economic of scale). Bisa juga karena tingginya biaya logistik di indonesia, bunga pinjaman modal kerja UMKM dan industri yang mahal atau skill tenaga kerja yang masih rendah," ucap Bhima kepada Tirto, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Menurutnya, semua hal tersebut perlu diperbaiki dari dua hal. Seperti, perbaikan daya saing dan persaingan usaha yang lebih adil.
"Semua itu harus diperbaiki secara holistik yang bermuara pada dua hal, pertama perbaikan daya saing. Kedua, persaingan usaha yang lebih adil," jelas Bhima.
Bhima menilai, problem dari barang impor harus dilihat terlebih dahulu dari sisi hulunya. Sebab, bisa jadi barang impor dijual murah karena adanya strategi dumping.
"Kemudian apakah ada subsidi tersembunyi negara asal importir sehingga bisa lebih murah? Atau ada kaitan antara platform e-commerce yang merupakan jalan bagi barang impor masuk lebih murah dengan promo dan diskon serta algoritma yang memprioritaskan barang impor dibanding lokal?" ucap Bhima.
Peredaran produk impor hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM). Apalagi barang impor kini banyak ditemukan di toko online atau e-commerce dengan harga murah.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, perlu ada kenaikan tarif bea masuk untuk produk impor tertentu. Hal itu agar Indonesia tidak kebanjiran produk impor.
Menurut Huda, langkah ini akan menjadikan harga produk impor sebanding dengan produk lokal. Dengan demikian, konsumen akan lebih cenderung memilih produk-produk dalam negeri.
"Makanya butuh strategi-strategi yang bisa menaikkan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen seperti bea masuk, ataupun administrasi yang lebih tinggi," ucap Huda saat dihubungi Tirto, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Huda mengakui bahwa ada banyak barang-barang impor yang dijual lebih murah dibandingkan dengan produk lokal. Namun, menurutnya hal tersebut tidak bijak, jika pemerintah secara terus menerus membiarkan produk impor datang untuk menguasai pasar domestik.
"Saya ingin mengerucut kepada produk di online commerce, walaupun memang harga barang impor jauh lebih murah, namun saya rasa tidak bijak apabila pemerintah me-loss-kan barang impor ini untuk masuk ke pasar domestik begitu saja," jelasnya.
Huda menuturkan, peredaran produk impor tak bisa dimaklumi tetapi harus diatur agar tidak mematikan produk lokal.
"Maka dari itu, saya rasa penting untuk pemerintah mempunyai strategi meminimalisir produk impor, bisa melalui bea masuk ataupun strategi non tarif lainnya seperti pemberlakukan persyaratan dan sebagainya," ungkapnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang