tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengklaim kelapa sawit berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan di sejumlah daerah.
"Penurunan tingkat kemiskinan di daerah penghasil kelapa sawit itu turun lebih cepat. Ini bukti kuat CPO sangat erat kaitannya dengan Sustainable Development Goal (SDG)," kata Darmin dalam konferensi pers bertajuk 'Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit Indonesia' di gedung Kementerian Luar Negeri, Rabu (20/3/2019).
Ia membandingkan, penurunan kemiskinan terjadi lebih cepat dibanding daerah-daerah yang bukan penghasil kelapa sawit.
"Ini garis yang merah [sambil menunjuk] tingkat kemiskinan turun lebih cepat daripada wilayah lain [bukan penghasil sawit]," tambah Darmin.
Darmin juga mengatakan saat ini produk olahan sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) merupakan komoditas perdagangan nomor satu di Indonesia.
Jumlah tenaga kerja, imbuh Darmin, dalam bisnis sawit saat ini mencapai 7,5 juta pekerja dan 12 juta lagi dalam kategori pekerja tidak langsung. Selain itu, juga terdapat 2,6 juta orang sebagai petani dan perkebunan rakyat.
Oleh karena itu, Darmin mengatakan Uni Eropa tak sepatutnya membuat kampanye hitam yang dapat berakibat negatif bagi indutsri kelapa sawit Indonesia. Sebab, kata dia, banyak masyarakat yang bergantung pada sektor ini.
"Dengan peran kelapa sawit ini, jelas sangat penting untuk menuntaskan kemiskinan Indonesia," kata Darmin.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan turut berkomentar. Ia menyayangkan sikap Uni Eropa yang menitikberatkan permasalahan lingkungan.
Luhut meminta agar Uni Eropa melihat dari kacamata Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit. Selain itu, Luhut menilai peran industri sawit di Indonesia termasuk menekan angka kemiskinan.
"Harusnya teman-teman Eropa mengerti. Jangan liat dari kacamata kalian saja. Lihat juga dari kacamata kami. Ini juga sudah kami buktikan bisa turunkan kemiskinan. Kami juga sudah moratorium. Udahlah jangan ajarin kami soal lingkungan," ucap Luhut.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali