tirto.id - Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang merujuk pada fase keempat perkembangan industri. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan pembaruan teknologi digital yang mampu mengintegrasikan faktor sumber daya manusia, alat produksi, dan metode operasional, dalam mencapai tujuan.
Ciri-ciri Revolusi Revolusi Industri 4.0 di antaranya adalah penciptaan robotika kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, nanoteknologi, bioteknologi, komputasi kuantum, blockchain, hingga Internet of Things (IoT).
Revolusi industri 4.0 tentu membawa dampak, baik secara positif maupun negatif, pada berbagai bidang terkait.
Hal ini selaras dengan pernyataan Klaus Schwab, seorang ekonom asal Jerman sekaligus penggagas World Economic Forum (WEF), yang mengenalkan istilah Revolusi Industri 4.0 pertama kali. Dalam The Fourth Industrial Revolution (2016), Schwab menyatakan bahwa Revolusi 4.0 dapat mengubah cara hidup, bekerja, dan komunikasi, antara manusia satu dengan lainnya.
Lantas, apa dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tenaga kerja dan pendidikan?
Dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu pihak yang secara otomatis terkena dampak signifikan dari revolusi industri. Seiring perkembangan zaman, teknologi yang dipakai perusahaan maupun pabrik akan berubah sehingga membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang terampil. Karenanya, tenaga kerja yang dianggap tidak mampu beradaptasi pada perubahan penggunaan teknologi itu akan tergeser perannya, bahkan menganggur.
Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE), mengatakan bahwa dalam industri pasti akan ada perubahan ekspektasi konsumen yang harus diimbangi dengan inovasi, perbaikan produk dan jasa, serta perubahan tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), terjadi angka penurunan penyerapan tenaga kerja dalam kurun 2016-2017. Pada 2017, jumlah tenaga kerja yang terserap tercatat 1,17 juta orang. Angka tersebut menurun dibandingkan 2016 yang jumlahnya mencapai 1,39 juta orang.
Di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 juga memberikan dampak positif bagi tenaga kerja. Salah satunya meningkatkan kualifikasi kompetensi pekerja. Revolusi industri 4.0 menuntut tenaga kerja memiliki kompetensi luas seputar teknologi informasi dan analisis data.
Berikut ini beberapa dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tenaga kerja:
- Peningkatan kualifikasi, sebab lapangan kerja menuntut pekerja memiliki kualifikasi dan kompetensi seputar teknologi informasi dan analisis data.
- Perubahan profil kerja, karena beberapa pekerjaan dapat digantikan mesin serta meningkatkan pekerjaan berbasis operasi teknologi.
- Peningkatan kualifikasi. Pekerja dituntut meningkatkan kompetensi dengan terus belajar dan mengejar kualifikasi baru.
- Peningkatan fleksibilitas, sebab pekerja dituntut mampu mengikuti pergerakan cepat teknologi dalam pekerjaan.
- Peningkatan kolaborasi akan terjadi karena semakin banyak pekerjaan yang melibatkan mesin.
- Biaya produksi lebih murah, karena pabrik atau perusahaan sudah menggunakan mesin dan teknologi dalam produksinya sehingga mereka bisa memangkas gaji tenaga kerja, uang makan, dan sebagainya.
Dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap Pendidikan
Pendidikan juga menjadi salah satu bidang yang terkena dampak Revolusi Industri 4.0. Contoh sederhananya adalah fenomena ketergantungan pelajar di era perkembangan teknologi yang tidak bisa lepas dari gawai dan internet.
Itu membuat tantangan pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 lebih kompleks. Berbagai informasi bisa diperoleh dari jejaring internet, yang akan menggerus peran guru dan dosen.
Maka dari itu, guru dan dosen dituntut kreatif dalam pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. Mereka juga harus bisa memberikan bekal kepada anak didiknya tentang kompetensi yang harus dimiliki dalam dunia kerja.
Berikut ini dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap pendidikan:
- Pengembangan metode pembelajaran seperti student-centred, contextual learning, community integrated learning, collaborative learning, dan technology-based learning.
- Layanan pembelajaran menjadi lebih cepat dan efisien serta memiliki jangkauan koneksi lebih luas dengan sistem daring.
- Tenaga pendidik dituntut memiliki berbagai keterampilan, mulai dari pembelajaran berbasis Internet of Things (IoT), keterampilan untuk membawa peserta didik mampu bersikap kewirausahaan berbasis teknologi, mengajari peserta didik melakukan pemecahan masalah berskala global, hingga mampu memprediksi kemungkinan di masa depan beserta strateginya.
- Peserta didik dituntut memiliki berbagai peralatan teknologi guna menunjang pembelajaran seperti gawai dan laptop. Tidak hanya itu, jaringan internet juga dibutuhkan dalam mengeksplorasi informasi melalui internet.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin