tirto.id - Perbedaan Revolusi Industri 1.0 dan 4.0 sangat kentara terlihat, mulai dari peralatan produksi hingga sistem kerjanya.
Sebab, pada dasarnya, revolusi industri merupakan serangkaian tahapan perkembangan sistem produksi dan manufaktur, yang kemudian memengaruhi kehidupan masyarakat secara umum.
Istilah Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh tim ilmuwan yang mengembangkan teknologi tinggi untuk pemerintah Jerman.
Frasa itu kian populer setelah Klaus Schwab, ketua eksekutif World Economic Forum (WEF), memperkenalkannya melalui artikel yang diterbitkan di Foreign Affairs, "The Fourth Industrial Revolution".
Istilah Revolusi Industri 4.0 dipakai untuk menandai bahwa perubahan besar dalam industri dunia telah terjadi sebanyak empat kali.
- Revolusi Industri 1.0 terjadi di Inggris, pada akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan peralihan penggunaan tenaga kerja. Sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, kemudian digantikan oleh mesin berbasis manufaktur.
- Revolusi Industri 2.0 terjadi pada tahun-tahun terakhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Perubahan sistem yang juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi ini ditandai dengan dibangunnya rel kereta api.
- Revolusi Industri 3.0 adalah perubahan sistem dari yang sebelumnya menggunakan teknologi mekanik, berubah ke teknologi digital. Revolusi Industri 3.0, yang kerap disebut dengan istilah Revolusi Digital, terjadi pada 1980 hingga sekarang.
- Revolusi Industri 4.0 mulai populer sejak Klaus Schwab merilis artikel tentang itu pada 2015 di situs Foreign Affairs. Itu sekaligus menjadi penanda perubahan sistem industri, dari digital menjadi otomatisasi.
Lantas, apa perbedaan Revolusi Industri 1.0 dan 4.0?
Revolusi Industri 1.0 Itu Seperti Apa?
Revolusi Industri 1.0 terjadi pada akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Beberapa ahli sejarah menyebut tahun tepatnya pada 1760-1850.
Revolusi Industri 1.0 terjadi di negara Inggris, yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan seluruh dunia.
Dilansir New World Encyclopedia, latar belakang Revolusi Industri pertama ini meliputi:
- Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia
- Tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia
- Aturan hukum yang membuat raja harus tunduk pada peraturan perundang-undangan
- Adanya pasar bebas alias kapitalisme
Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Berkat penemuan tersebut, Inggris mulai menggantikan tenaga manusia dengan mesin untuk produk manufaktur.
Dalam perkembangannya, Revolusi Industri 1.0 tidak hanya mengubah bidang industri, melainkan merembet ke pertanian, pertambangan, transportasi, hingga teknologi.
Dampak Revolusi Industri 1.0 pun mengekor pada semua sektor kehidupan, baik positif maupun negatif.
Fatimah dalam jurnal berjudul "Urgensi Informasi dan Perkembangan Dalam Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0" (2020) menjelaskan, Revolusi Industri 1.0 mengakibatkan lapangan kerja mulai meningkat, terutama di perkotaan, sehingga penghasilan dan taraf hidup hidup masyarakat meningkat.
Berikut ini dampak Revolusi Industri 1.0:
- Produksi barang melimpah, harga murah
- Meningkatnya urbanisasi
- Perdagangan semakin berkembang
- Transportasi semakin lancar
- Pendapatan per kapita Inggris meningkat
- Upah buruh rendah
- Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
- Munculnya golongan pengusaha dan buruh
- Munculnya gerakan sosialisme yang mengkritik sistem kapitalisme
Bagaimana Revolusi industri 4.0 Dimulai?
Seperti dijelaskan sebelumnya, istilah Revolusi Industri 4.0 diperkenalkan pertama kali oleh Klaus Schwab. Catatan kaki terkait itu dapat ditelusuri melalui artikelnya yang diterbitkan di Foreign Affairs pada 2015.
World Economic Forum dalam studinya menyatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan pembaruan teknologi. Hal itu mampu menghapus batas-batas aktivitas ekonomi dari perspektif fisik, digital, maupun biologi.
Singkatnya, Revolusi Industri 4.0 adalah pembaruan teknologi digital yang mampu mengintegrasikan faktor sumber daya manusia, alat produksi, dan metode operasional, dalam mencapai tujuan.
Karakteristik Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berbagai teknologi terapan seperti advanced robotics, artificial intelligence, internet of things (IoT), virtual and augmented reality, additive manufacturing, serta distributed manufacturing.
Revolusi Industri 4.0 membawa pengaruh yang cukup banyak bagi kehidupan manusia. Secara keseluruhan, ia mampu mengubah pola produksi dan model bisnis di berbagai sektor industri. Banyak aktivitas seperti pekerjaan dan cara atau gaya hidup manusia yang berubah menjadi lebih praktis karena menggunakan sistem otomatisasi dalam melakukan kegiatannya.
Perbedaan Revolusi Industri 1.0 dan 4.0
Perbedaan Revolusi Industri 1.0 dan 4.0 tentu dapat terlihat dari segi waktu. Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18, sementara Revolusi Industri 4.0 terjadi pada abad ke-21.
Namun, terdapat beberapa perbedaan lain yang cukup kentara antara dua "checkpoint" dalam dunia industri tersebut, baik dari segi produksi maupun sistem ekonomi.
Berikut ini perbedaan Revolusi Industri 1.0 dan 4.0 dalam bentuk tabel:
No. | Revolusi Industri 1.0 | Revolusi Industri 4.0 |
1. | Campur tangan tenaga manusia masih sangat banyak | Campur tangan manusia dalam proses produksi sudah sangat minim dan semakin tereduksi |
2. | Produksi beralih ke penggunaan mesin uap | Produksi manufaktur menggunakan mesin otomasi |
3. | Pemantauan proses produksi masih manual, oleh manusia | Pemantauan proses produksi sudah menggunakan sistem digital yang terotomatisasi |
4. | Mulai menggunakan bahan bakar dari tambang | Bahan bakar tambang sudah mulai dikurangi dan beralih ke sumber daya alam terbarukan |
5. | Perubahan signifikan baru mencakup sektor industri, hanya sedikit di lingkup kemasyarakatan | Perubahan sudah dirasakan secara menyeluruh dan langsung ke masyarakat |
6. | Pihak yang bisa membuat dan memiliki mesin masih terbatas | Pihak yang bisa membuat dan memiliki teknologi digital sudah banyak. Misalnya, ponsel pintar. |
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin