tirto.id - Stres dan memikirkan terus-menerus suatu masalah dalam durasi lama tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan mental, ia juga sedikit demi sedikit menggerogoti kesehatan fisik.
Dorongan untuk terus mengingat dan memikirkan hal-hal tertentu lahir dari banyak keadaan. Ia bisa jadi muncul dari kenangan pilu di masa silam, kesalahan yang kita sesali hingga bayang-bayang kegagalan yang berisiko terjadi.
Dalam kajian psikologi, memikirkan suatu hal terus-menerus dikenal dengan sebutan overthinking. Dikutip dari Psychology Today, overthinking dapat berupa ruminasi, ketika ia berhubungan dengan ingatan terus-menerus pada masa lalu, dan khawatir berlebihan, jika ia berhubungan dengan masa depan.
Sebuah studi dari Universitas Michigan menemukan bahwa 52 persen dari orang-orang setengah baya berusia 45 hingga 55 tahun memikirkan suatu problem secara berlebihan atau mengalami overthinking. Demikian pula sekitar 73 persen dari orang dewasa usia 25 hingga 35 tahun terjebak di masalah yang sama.
Padahal disadari atau tidak, memikirkan suatu masalah terus-menerus dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental. Ia dapat mengakibatkan distres emosional yang mengganggu mood seseorang.
Tidak hanya itu, jika overthinking terjadi dalam waktu lama, ia lambat-laun berefek buruk bagi kesehatan fisik. Apa saja dampak buruk overthinking bagi kesehatan? Laman The Health Site menjelaskannya sebagai berikut:
Merusak Komponen Otak
Memikirkan suatu hal terus-menerus dan dalam durasi lama berpotensi merusak bagian otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Overthinking, dalam banyak keadaan dapat memicu stres, yang mana merangsang keluarnya hormon kortisol pada tubuh.
Hormon kortisol inilah yang berpotensi merusak sel otak yang berada di hipokampus. Jika seseorang terus-menerus memikirkan suatu hal, sampai-sampai mengganggu keadaan emosinya, hal tersebut berisiko mengubah struktur dan konektivitas otak.
Studi dari University of California, Berkeley juga menunjukkan bahwa stres kronis akibat ruminasi dan khawatir berlebihan dapat melahirkan gangguan kecemasan dan gangguan mood di kemudian hari.
Mengganggu Sistem Pencernaan
Stres yang diakibatkan overthinking dapat menganggu sistem pencernaan. Masalah pencernaan yang terjadi misalnya berupa gangguan radang pada lambung, sindrom iritasi perut, sekresi lambung, hingga dapat memicu perubahan mikribiota pada perut.
Penelitian berjudul "Effect of Coffe and Stress with Incidence of Gastristis" yang dilakukan oleh Berta Yolanda Selviana menemukan bahwa asam lambung menjadi keluar berlebihan jika dipicu oleh stres akut. Aktivitas lambung menjadi terganggu, bahkan dapat memicu kebocoran lambung.
Berpotensi Merusak Organ Jantung
Ruminasi dan kekhawatiran berlebihan dapat berisiko memicu sakit jantung. Penyakit akibat stres dan overthinking yang bisa terjadi adalah sakit dada, takikardia, hingga sakit kepala ringan.
Jika terjadi berkepanjangan, overthinking juga bisa memperburuk kesehatan jantung. Mengutip dari laman health.harvard.edu, sekitar seperempat pasien dengan gangguan kardiovaskular memiliki riwayat kecemasan akibat khawatir berlebihan. Demikian juga serangan jantung memiliki korelasi kuat dengan stres dan depresi.
Mempengaruhi Metabolisme Tubuh
Pernahkah Anda memperhatikan saat-saat tertentu Anda jatuh sakit, terutama saat sedang terlalu cemas atau mengalami stres? Hal ini disebabkan hormon kortisol yang dikeluarkan tubuh akibat stres. Hormon stres ini bekerja dengan melemahkan imun tubuh.
Ketika ketahanan tubuh kian rapuh, badan semakin rentan dirongrong penyakit. Faktor risiko dari stres akibat overthinking juga dapat berupa depresi, kesulitan tidur, hingga distres emosional.
Merusak Kesehatan Kulit
Kecemasan berlebihan, stres, dan overthinking berefek buruk pada kesehatan permukaan kulit. Salah satu sakit kulit akut akibat stres ialah psoriasis, yang disebabkan melemahnya metabolisme tubuh karena terlalu banyak pikiran dan ruminasi. Penyakit dermatitis atopik, pruritus, alopesia, areata, dan dermatitis seboroik, juga bisa muncul akibat pengaruh stres.
Stres juga dapat menyebabkan radang pada kulit, mengganggu sistem endokrin dan sistem kekebalan tubuh yang kian melemah. Akibat paling mencolok adalah infeksi yang kian mudah menjangkiti permukaan kulit.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom