tirto.id - Kehamilan rupanya dapat mengubah segala aspek dalam kehidupan seorang perempuan, termasuk soal skincare.
Skincare memang jadi barang wajib untuk menunjang penampilan, tapi ibu hamil harus berhati-hati karena tidak semua produk aman untuk digunakan.
Satu hal yang perlu diketahui adalah kehamilan juga bisa memicu perubahan pada kondisi kulit. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormon dan sistem kekebalan tubuh yang terjadi selama kehamilan.
Meski tidak semua, sebagian ibu hamil biasanya akan mengalami masalah seperti kulit kering, jerawat, hingga melasma/ chloasma (munculnya bercak kecokelatan di wajah). Tak hanya itu, kebanyakan ibu hamil juga akan memiliki stretch mark yang pastinya sangat mengganggu penampilan.
Sehingga, seorang ibu hamil memerlukan produk skincare tertentu untuk mengatasi masalah kulit yang ia alami. Di sisi lain, ibu hamil juga harus berhati-hati karena faktanya ada beberapa kandungan skincare yang dianggap tidak aman untuk janin dalam kandungan.
Skincare yang aman untuk ibu hamil
Melansir laman Healthline, berikut adalah beberapa skincare yang aman untuk mengatasi masalah kulit wajah:
- Skincare untuk jerawat dan hiperpigmentasi
Asam glikolat dan bentuk lain yang sejenis (seperti asam azaleat) mampu melawan jerawat dan mengurangi garis halus pada wajah. Manfaat lainnya adalah dapat mencerahkan kulit sekaligus mengurangi pigmentasi.
Selain asam glikolat dan asam azaleat, produk yang mengandung benzoil peroksida dan asam salisilat (dalam dosis kecil) juga diperbolehkan bagi ibu hamil.
- Skincare antioksidan
Perlu dicatat bahwa skincare yang dimaksud adalah jenis topical skincare atau produk yang dioleskan langsung pada wajah. Untuk suplemen atau obat yang mengandung antioksidan, terutama resveratrol, sebaiknya dihindari selama kehamilan atau konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
- Skincare untuk kulit kering dan stretch mark
Sementara itu, stretch mark termasuk salah satu masalah kulit yang agak sulit diatasi bila sudah muncul cukup lama. Untuk pencegahan, oleskan moisturizer di area tubuh yang rentan mengalami stretch mark agar kulit bisa meregang secara alami.
- Mineral-based sunscreen
Kandungan skincare yang harus dihindari ibu hamil
Berikut adalah beberapa bahan aktif yang sering dijumpai pada produk skincare tapi harus dihindari oleh ibu hamil:
- Retinoid
Sementara retinoid yang digunakan untuk pengobatan dengan resep dokter, biasanya memiliki dosis yang lebih tinggi. Dosis retinoid yang tinggi inilah yang berbahaya bagi kehamilan. Namun demi keamanan, semua produk yang mengandung retinoid sebaiknya dihindari selama kehamilan.
- Asam salisilat dosis tinggi
Produk dengan kandungan asam salisilat tinggi biasanya terdapat pada produk peeling maupun obat oral. Sementara untuk produk skincare yang memiliki kandungan asam salisilat rendah dianggap cukup aman bagi ibu hamil.
- Hidrokuinon
Di sisi lain, tubuh diketahui dapat menyerap hidrokuinon dalam jumlah yang signifikan dibandingkan bahan lainnya. Karena faktor inilah ibu hamil dianjurkan untuk menghindari produk yang mengandung hidrokuinon demi kesehatan janin.
- Phthalates
Mengutip dari laman FDA, phthalates biasa dipakai sebagai pelarut atau stabilizer dalam pembuatan parfum. Zat yang sama juga sering ditemukan dalam kosmetik seperti cat kuku, hair spray, cleanser, hingga sampo.
Salah satu bentuk phthalates yang kerap dipakai dalam kosmetik adalah diethylphthalate (DEP). Tak hanya ibu hamil, semua orang sebaiknya menghindari produk yang mengandung phthalates karena berpotensi menurunkan kesehatan sistem reproduksi.
- Formaldehida
Meski demikian, ada beberapa bahan kimia yang diketahui dapat melepaskan formaldehida dan masih digunakan dalam pembuatan kosmetik. Beberapa di antaranya adalah bronopol (2-bromo-2-nitropropane-1,3-diol), hydroxymethylglycinate, diazolidinyl urea, DMDM hydantoin, quaternium-15, dan bronidox.
- Chemical sunscreen
Oxybenzone merupakan salah satu bahan yang populer digunakan dalam chemical sunscreen. Zat ini diduga dapat mengganggu hormon dan kerusakan permanen pada ibu hamil maupun bayi yang dikandungnya.
Dampak negatif pada janin adalah kerusakan sistem saraf yang bisa berkembang ketika sudah dewasa, contohnya skizofrenia dan Alzheimer. Tak hanya itu, sebuah studi yang dilakukan pada hewan juga membuktikan bahwa oxybenzone bisa berpengaruh pada kelenjar susu dan laktasi.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari