tirto.id - Teks editorial merupakan artikel utama yang ditulis oleh redaktur suatu media massa seperti koran, majalah, atau portal berita online. Teks editorial juga kadang disebut dengan tajuk rencana.
Teks ini berisi pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi sorotan fenomenal dan kontroversial. Isu atau masalah aktual itu dapat berupa masalah politik, sosial, maupun masalah ekonomi yang berkaitan dengan politik.
Pandangan redaksi yang tertuang dalam teks editorial dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit atau media terhadap suatu isu aktual yang sedang dibahas. Opini dalam teks editorial terdiri dari kritik, penilaian, prediksi, harapan, dan saran.
Struktur Teks Editorial
Dilansir dari e-Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia kelas 12, teks editorial merupakan bagian dari teks eksposisi. Sehingga struktur umum dari teks editorial terdiri dari tiga bagian, di antaranya:
- Pengenalan isu atau tesis
Bagian ini memiliki fungsi untuk mengenalkan isu atau permasalahan yang akan dibahas dalam bagian berikutnya. Pengenalan isu disajikan peristiwa persoalan aktual, fenomenal, dan kontoversial. Pernyataan pendapat atau tesis yang berisi sudut pandang penulis tentang masalah yang dibahas. Tesis merupakan teori yang diperkuat dengan argumen.
- Penyampaian pendapat atau argumen
Merupakan bagian pembahasan yang berisikan tanggapan redaksi terhadap isu yang telah diperkenalkan sebelumnya. Argumentasi berupa alasan ataupun bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan umum atau data hasil penelitian, pernyataan para ahli, ataupun fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.
- Penegasan
Penegasan dalam teks editorial berupa simpulan, saran atau rekomendasi. Pada bagian ini juga terselip harapan redaksi kepada pihak yang terlibat dalam menghadapi atau mengatasi persoalan yang terjadi dalam isu tersebut. Pernyataan atau penegasan ulang pendapat berisi penegasan ulang pendapat yang didukung oleh fakta untuk memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi teks editorial.
Contoh Editorial Teks
Hipertensi
Di sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2019, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
Bagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga tidak ada yang mau peduli?
Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.
Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.
Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.
Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.
Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.
Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu. (Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2019 dalam e-Modul Bahasa Indonesia Kelas XII)
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto