tirto.id - Pencemaran tanah merupakan suatu keadaan di mana adanya berbagai bahan substansi kimia yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga mengubah struktur dan lingkungan di dalam tanah.
Pencemaran tanah juga dikatakan sebagai kondisi masuknya satu atau banyak benda kimia, fisik, atau biologis ke dalam tanah di mana benda-benda tersebut bisa merusak struktur tanah dan membuat tanaman menjadi sulit untuk beradaptasi
Yang mana, pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial.
mengutip modul Penyehatan Tanah (2018), sumber utama dari adanya pencemaran tanah ini adalah adanya kebocoran limbah kimia yang biasanya ada di pabrik baik itu bahan kimia organik maupun yang kimia tulen.
Pencemaran sendiri terjadi karena adanya zat pencemar, zat pencemar dapat didefinisikan sebagi zat kimia (cair, padat maupun gas).
Itu bisa berasal dari alam yang kehadirannya dipicu oleh manusia (tidak langsung) ataupun dari kegiatan manusia yang telah diidentifikasi mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia maupun lingkungan.
Contoh Pencemaran Tanah dari Pestisida dan Logam
Kasus pencemaran tanah dapat ditemukan di daerah rawa yang bersifat alamiah dan masuk salah satu wilayah yang berpotensi menjadi salah satu sumber penyakit malaria.
Adanya penyakit malaria ini pun membuat kualitas hidup di daerah rawa menjadi rendah. Untuk itu, diperlukan adanya tindakan pemberantasan malaria dengan menggunakan bahan kimia pestisida.
Residu dari pestisida inilah yang tentunya dapat menimbulkan adanya pencemaran pada tanah yang merupakan sumber daya alam dengan kandungan zat organik dan anorganik yang membantu pertumbuhan tanaman.
Selain pestisida, aktivitas lainnya yang dilakukan oleh manusia guna meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan logam berat seperti timbal, kadmium, timah serta merkuri juga menjadi salah satu penyebab pencemaran tanah.
Hal ini mengingat sifat racun logam dan potensi karsinogeniknya apabila berada dalam tanah maupun air tanah.
Kedua, mobilitas logam dalam tanah dapat cepat berubah dari dalam bentuk logam menjadi bentuk terlarut.
Selain itu, logam mempunyai sifat konservatif serta cenderung kumulatif dalam tubuh manusia.
Solusi Pencemaran Tanah Sebab Pestisida dan Logam
Berikut ini beberapa informasi mengenai solusi pencemaran tanah terutama yang disebabkan oleh penggunaan pestisida dan senyawa logam:
1. Solusi Pencemaran Tanah Sebab Pestisida
Solusi pertama untuk menangani permasalahan pencemaran tanah yang disebabkan oleh pestisida adalah dengan menggunakan bioremediasi.
Bioremediasi menjadi menjadi teknologi yang efektif untuk menangani permasalahan ini. Dengan bioremediasi maka akan terjadi mineralisasi pestisida melalui proses biodegradasi oleh mikroorganisme atau enzim yang dihasilkan untuk mendegradasi bahan pencemar.
Beberapa mikroorganisme pun telah terbukti dapat menghasilkan enzim spesifik pendegradasi pestisida, contohnya, triazin, glisofat, fenoksi asetat, organofosfat, N-metilkarbamat, fenilkarbamat, dan kloroasetanilid.
Akan tetapi, perlu diingat untuk memperoleh hasil yang maksimal, perhatikanlah beberapa faktor seperti macam dan sifat pestisida yang digunakan.
2. Solusi Pencemaran Tanah Sebab Logam
Ada pula teknik fitoremediasi yang menjadi teknologi baru dengan memanfaatkan tanaman untuk mengurangi pencemaran tanah.
Contohnya, dengan menggunakan tanaman dari genus Brassica yang efektif untuk meremediasi beberapa macam logam.
Penggunaan rumput india atau Sorghastrum nutans L. yang terbukti mampu mengurangi pestisida dan herbisida.
Dengan menggunakan teknik ini tak hanya pencemaran tanah yang dapat berkurang, nilai keindahan pada lingkungan pun tentu semakin bertambah.
Sayangnya, tidak semua jenis tanaman dapat dimanfaatkan. Hanya tanaman dengan beberapa karakteristik mudah tumbuh, memiliki biomassa yang cukup besar dalam waktu singkat.
Selain itu, memiliki sistem perakaran yang cukup panjang, dapat tumbuh secara annual, dan merupakan tanaman lokal yang teradaptasi pada kondisi iklim dan tanah sekitar wilayah tercemarlah yang dapat kita manfaatkan.
Penulis: Arista Estiningtyas
Editor: Maria Ulfa