Menuju konten utama

Contoh Kalimat Retorik dalam Teks Editorial dan Anekdot

Contoh kalimat retorik dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat Anda membaca teks editorial atau anekdot di sebuah koran.

Contoh Kalimat Retorik dalam Teks Editorial dan Anekdot
Ilustrasi membaca editorial di koran. GETTY IMAGES

tirto.id - Kalimat retorik adalah kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan atau tidak ditujukan untuk memperoleh jawaban. Satu-satunya perbedaan kalimat retorik dan kalimat tanya ialah adanya pertanyaan yang tidak mengharapkan jawaban.

Pengertian kalimat retorik secara lengkap dijelaskan oleh Mildred Lucille Larson dalam buku Meaning - based Translation (1984). Menurutnya, kalimat retorik merupakan kalimat yang bentuk atau susunannya mirip kalimat tanya, tetapi tujuannya lebih dari sekadar mencari informasi. Alih-alih berusaha memperoleh jawaban, pertanyaan dalam kalimat retorik bertujuan supaya pembaca merenungkan masalah yang ditanyakan.

Contoh kalimat retorik bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika membaca kolom editorial atau teks anekdot di sebuah koran atau teks anekdot. Kalimat retorik juga dapat ditemukan dalam karya puisi, yang berfungsi memperindah gubahan.

Dalam teks editorial, kalimat retorik dapat membuat pembaca tergugah untuk berbuat sesuatu atau minimal mengubah pandangannya terhadap isu yang dibahas.

Sementara itu, berikut ini contoh retorika dalam kehidupan sehari-hari:

  • "Apalagi yang dapat kita kerjakan kecuali memohon pertolongan Tuhan?"
  • "Nasrudin kemudian bertanya, 'Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?'”
  • "Apakah Tuhan sudah bosan dengan tingkah kita, yang selalu lalai dengan dosa-dosa?"

Contoh Kalimat retorik dalam Teks Editorial

Teks editorial adalah teks yang dimuat di surat kabar atau majalah, berisi pendapat dan pendirian pendirian editor atau pimpinan surat kabar mengenai beberapa pokok masalah. Teks editorial mengandung unsur perspektif subjektif, tetapi ditulis berdasarkan fakta, bukti, dan argumen yang logis.

Isu yang dibahas dalam teks editorial begitu beragam, mulai permasalahan politik, sosial, ekonomi, hingga ekonomi. Contoh isu teks editorial dalam kehidupan nyata seperti kenaikan BBM, perombakan kabinet, kebijakan impor, dan sebagainya.

Dalam kaidah kebahasaan teks editorial, salah satu aspek yang digunakan adalah kalimat retorik. Contoh kalimat retorik dalam teks editorial sebagai berikut:

  • "Dengan adanya fakta bahwa angka kemiskinan terus meningkat, bukankah artinya pembangunan nasional hanya untuk memoles angka-angka pertumbuhan ekonomi yang fana?"
  • "Lalu, di mana idealisme pendidikan? Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses terhadap kapital maupun tidak)?"
  • "Diamnya pejabat kementerian apakah berarti bahwa mereka juga menikmati iklim kapitalisme di dunia pendidikan?"
  • "Pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi kondisi yang ada, yang sudah menjalar ke segala sisi kehidupan?"
  • "Siapa anggota masyarakat yang tidak mengeluhkan sistem pelayanan yang diberikan dunia pendidikan selama ini?"
  • "Ke mana mereka akan bersekolah? Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di Jakarta."
  • "Apakah benar bahwa kita sudah dapat hidup dengan nyaman, aman, dan tentram?"
  • "Dengan meningkatnya pencemaran air di daerah pertambangan nikel, apakah kita tetap menganggap kebijakan tentang mobil listrik itu sebagai solusi?"
  • "Kalau anggota lembaga pemberantas korupsi saja melakukan korupsi, lantas, apa yang bisa rakyat harapkan?"
  • "Kalau pada kenyataannya si pemimpin tidak adil terhadap bawahan, apa yang bisa dipercaya dari mulutnya?"

Contoh Kalimat retorik dalam Teks Anekdot

Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Kendati demikian, di balik cerita lucunya, anekdot mengandung pesan moral, sindiran, serta kritikan.

Cerita anekdot berupaya menyampaikan fakta melalui cerita rekaan. Dalam unsur kebahasaannya, teks anekdot seringkali mengandung kalimat retorik. Berikut ini contoh kalimat retorik dalam teks anekdot:

  • "Kalau rumus hukum newton saja belum tahu, kenapa kau bicara seperti sudah jadi profesor fisika?"
  • "Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?"
  • "Reza: 'Harga barang pada naik, yang miskin makin susah. Kapan Indonesia sejahtera?'"
  • "Feri: 'Dalam UUD juga dijelaskan bahwa fakir miskin dipelihara negara. Tapi kenapa warga miskin semakin banyak, ya?'"
  • "Yanto: 'Dimas, kamu tahu nggak sih? Sekarang di Indonesia ini sudah banyak orang kaya raya.'”
  • “Duit 300 ribu buat cari kos di kota ini? Kau mau aku dapat kamar berdinding tripleks?”
  • “Apakah saya baru saja menabrak Anda?”
  • "Apakah kamu mau meninggal hari ini?"
  • "Albert Einstein: 'Saya kira tidak begitu. Apakah bebek-bebek yang menyeberangi jalan raya atau jalan raya yang menyeberangi bebek-bebek? Saya kira hal itu bergantung pada cara kita memandangnya alias sesuai dengan hukum relativitas.'"
  • "Dengan sikapmu yang pelit ini, memangnya kau mau saat mati menggelinding sendiri ke liang lahat?"

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin