Menuju konten utama

Cerita Pengguna KRL Bogor-Jakarta Usai Anies Sebut Potensi COVID-19

Selama ini KRL Commuter Line Jabodetabek menjadi andalan lantaran efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Namun pernyataan Anies Baswedan membuat para pengguna KRL was-was.

Cerita Pengguna KRL Bogor-Jakarta Usai Anies Sebut Potensi COVID-19
Sejumlah penumpang bersiap naik dan turun dari KRL Commuter Line Bogor-Jakarta di Stasiun Besar Bogor, Jawa Barat, Minggu (9/6/2019). VP Corporate Comunication PT KCI Anne Purba mengatakan pada hari pertama libur Lebaran 2019, jumlah penumpang KRL Commuter Line naik 7,5 persen sebesar 1.424.697 penumpang dibandingkan tahun 2018 sebanyak 1.324.480 penumpang. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/ama.

tirto.id - Muhammad Reza celingak-celinguk di dalam gerbong KRL Commuter Line rute Stasiun Depok Baru menuju Cawang. Ia berusaha bersikap biasa saja, meski pikirannya terganggu oleh pemberitaan soal pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Rabu (11/3/2020).

Anies mengatakan risiko kontaminasi pandemi virus Corona atau COVID-19 terbesar terjadi di transportasi publik KRL 2 rute Bogor-Depok-Jakarta Kota.

“Beberapa penumpang ada yang memakai masker. Beberapa orang bahkan mencoba tidak berpegangan pada gantungan tangan di kereta,” kata Reza saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (12/3/2020).

Pemuda yang bekerja di sebuah perusahaan swasta itu pun menjadi khawatir karena pernyataan Anies tersebut. Namun, ia belum siap berangkat kerja tanpa menggunakan moda transportasi kereta.

Selama ini KRL Commuter Line Jabodetabek menjadi andalannya, lantaran efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.

Namun ketika pulang kerja nanti, Reza berubah pikiran. Ia berencana tidak menggunakan kereta lagi. Bagaimanapun ia merasa perlu menjaga kesehatannya, sebab dalam waktu dekat hendak menikah.

“Seorang teman ngajakin pulang bareng naik motor. Sedikit gentar [karena COVID-19 di KRL] sih," ujar dia.

Kekhawatiran terjangkit pandemi COVID-19 dan susahnya lepas dari ketergantungan menggunakan KRL Commuter Line Jabodetabek juga dirasakan Wanda Octaviani.

Wanita yang berasal dari Citayam, Depok, Jawa Barat itu sudah kadung merasakan manfaat berangkat dan pulang kerja menggunakan KRL. Lantaran efisien secara waktu tempuh dan ongkos.

Wanda tidak sanggup menggunakan kendaraan pribadi untuk berangkat kerja ke kantornya yang berada di bilangan Jakarta Utara.

"Ya, khawatir. Tapi nggak bisa ninggalin KRL juga," ujar Wanda saat dihubungi reporter Tirto.

Pernyataan Anies terkait COVID-19 dan KRL, menurut Wanda mengubah kebiasaan para penumpang kereta di dalam gerbong. Semenjak isu Corona merebak, seluruh penumpang menjadi lebih sensitif.

Menurut Wanda, mayoritas penumpang menggunakan masker. Sebentar-sebentar menyemprotkan hand sanitizer.

"Ada satu penumpang yang batuk saja, langsung semua mata penumpang di gerbong itu tertuju pada yang batuk," ujar dia.

Akan tetapi, kekhawatiran Wanda lumayan reda oleh upaya pencegahan yang dilakukan PT KCI di setiap stasiun yang Wanda singgahi.

"Sejauh ini upaya yang dilakukan menggunakan masker dan rajin menggunakan hand sanitizer," ujar dia.

Kepala Humas PT KAI Daerah Operasi I Eva Chairunisa tak membantah paparan Anies, tetapi ia menyatakan kalau potensi penyebaran bisa terjadi di mana saja alih-alih di kereta.

Ia mengatakan perusahaan pelat merah itu sudah menyiapkan hand sanitizer, memastikan fasilitas untuk mencuci tangan di stasiun berfungsi, sampai pembersihan kereta secara rutin dengan cairan disinfektan.

“Hal tersebut sudah kami lakukan secara berulang sejak 29 Januari 2020,” ucap Eva dalam pesan singkat yang diterima reporter Tirto, Rabu (11/3/2020).

Kepanikan Rute Lain

Aini Putri Wulandari bersiap-siap untuk menjalani rutinitas harian sebagai pegawai swasta. Langit Bintaro masih belum terang sempurna, ia harus bergegas mengejar kereta ke Stasiun Jurangmangu untuk tiba di Stasiun Palmerah.

Ia berangkat kerja dengan langkah yang ringan dan bayang-bayang petuah ibu. Beberapa jam yang lalu, ibunya mengirimkan pesan ke WhatsApp Grup keluarga, meminta agar anak-anaknya tidak menggunakan transportasi umum kereta untuk sementara waktu.

"Nyokap [Ibu] gua panik gegara gua naik KRL," ujar perempuan yang akrab disapa Wulan itu kepada reporter Tirto, pada Kamis (12/3/2020).

"Kata nyokap, 'bahaya. Sementara disiasati. Keberhasilan Cina menekan wabah karena mereka mengisolasi orang-orang nggak boleh bepergian'.”

Menurut Wulan, ibunya baru saja membaca pernyataan Anies di media massa. Kendati Anies mengatakan potensi penularan tinggi di rute Bogor-Depok-Jakarta Kota, tapi tetap saja kecemasan tidak bisa disembunyikan.

Wulan sendiri tidak mempunyai pilihan moda transportasi selain kereta. Pertimbangannya masih sama, soal efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.

Dalam kondisi pandemi virus Corona ini, Wulan hanya bisa berupaya untuk membentengi dirinya dengan hand sanitizer. Ia juga rutin mencuci tangan dengan air dan sabun yang ada di wastafel stasiun.

Ia juga menggunakan masker, meski pemerintah menganjurkan agar masker hanya digunakan bagi mereka yang sakit. Wulan hanya meminimalisir dirinya terpapar batuk atau bersin dari orang lain.

"Di stasiun gua benar-benar jalan cepat dan berusaha nggak bersentuhan sama orang meskipun selalu ramai," ujar dia.

Ia berharap PT KCI membuat suatu kebijakan untuk mengurangi lonjakan penumpang. Kalau memang memungkinkan, menurut dia, PT KCI menambah jumlah gerbong kereta khusus untuk kondisi seperti ini.

"Karena itu bisa mengurangi risiko kerumunan dan tertular," ujar Wulan.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Abdul Aziz