tirto.id - Tak ada lalu lalang wisatawan asing di Gang II, Jalan Sosrowijawan Wetan, Kota Yogyakarta, Selasa siang, 10 Maret 2020. Kawasan yang biasa dijadikan rujukan tempat menginap para wisatawan asing selain kawasan Prawirotaman itu lengang.
Hanya ada anak-anak riang bermain di bahu gang selebar dua meter yang kanan dan kirinya dihimpit losmen dan hotel. Sementara di losmen dan hotel hanya ada orang yang berjaga menunggu tamu datang.
“[Wisatawan] asing hampir 90 persen menurun. Tamu biasanya beberapa bule, sekarang sepi. Sosrowijayan, kan, kampung internasional ya, biasanya banyak bule lalu lalang. Ini sepi,” kata Suharti petugas resepsionis Hotel 1001 Malam saat ditemui reporter Tirto, Selasa (10/3/2020).
Dia mengakui Maret memang bukan puncak kunjungan wisatawan asing. Namun, dibanding tahun-tahun sebelumnya, Maret tahun ini menurutnya paling sepi. Biasanya, kata dia, saat Maret sejumlah pelancong dari Asia mulai berdatangan sebelum puncak kedatangan wisatawan dari Eropa pada Juli.
Menurut Suharti, pada Maret tahun-tahun sebelumnya, hotel tempatnya bekerja yang memiliki 16 kamar tidur itu paling tidak ada lebih dari satu wisatawan asing yang menginap. Namun kali ini, kata dia, sejak pertengahan Februari 2020 jumlah wisatawan asing terus menurun.
“Sekarang itu yang isi lima kamar. Hanya ada satu turis dari Denmark,” kata dia.
Suyono petugas resepsionis Hotel Adera juga menuturkan hal yang sama kepada reporter Tirto. Beberapa pekan terakhir, kata dia, terjadi penurunan jumlah tamu meskipun tidak signifikan.
Penurunan jumlah tamu khususnya dari mancanegara, kata dia, hampir dirasakan oleh semua hotel atau losmen di kawasan Sosrowijayan. Namun di hotel dia bekerja, lantaran hanya ada delapan kamar, maka penurunan itu tidak terlalu signifikan dirasakan.
“Tamu bule hari ini ada dua kamar [...] Mereka bule dari Prancis,” kata Suyono.
Tak hanya tamu wisatawan asing yang mengalami penurunan, di Gang I Jalan Sostrowijayan, kawasan losmen dan hotel khusus untuk pelancong domestik juga mengalami penurunan tamu.
Kondisinya tak jauh berbeda. Gang dan penginapan tampak lengang oleh para tamu, hanya warga dan anak-anak bermain di bahu gang.
Seorang pengelola losmen yang ditemui reporter Tirto, Supri mengatakan sejak usai libur tahun baru 2020, sudah terjadi penurunan jumlah tamu. Dan beberapa pekan terakhir ini, kata dia, penurunan terjadi lebih derastis.
“Biasanya kalau akhir pekan itu pasti penuh, sekarang paling yang isi separuhnya,” kata dia.
Losmen Bu Purwo yang ia kelola memiliki tujuh kamar tidur. “Ini sepi, kamar ini semua kosong,” kata dia menambahkan.
Biro Perjalanan, Cafe & Resto Juga Sepi
Di kawasan Prawirotaman Kota Yogyakarta kondisinya tak jauh berbeda. Jumlah wisatawan asing yang menginap di sana mengalami penurunan drastis sejak beberapa pekan terakhir setelah mencuatnya wabah virus Corona.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pariwisata Prawirotaman, Rina Indarti kepada reporter Tirto mengatakan wabah virus Corona sangat berpengaruh bagi pengusaha hotel, losmen, travel agen, café dan restoran yang tergabung di paguyuban dia.
Menurut dia, Februari dan Maret sebetulnya musim rendah kunjungan untuk wisatawan asing karena mayoritas musim libur mereka terjadi pada Juni-Juli. Sedangkan untuk wisatawan domestik harusnya masih tetap stabil di Februari-Maret.
“Tapi setelah ada berita virus Corona ini semuanya, baik [wisatawan] domestik maupun asing menjadi banyak yang batal berkunjung,” kata dia, Selasa (10/3/2020).
Sejumlah hotel dan losmen, kata Rina, melaporkan bahwa pesanan untuk Februari dan Maret banyak yang dibatalkan baik itu pesanan dari tamu luar negeri maupun domestik. Pun demikian dengan paket wisata yang disediakan oleh travel agen atau biro perjalanan juga banyak yang dibatalkan.
“Banyak travel agen itu kegiatan paket tournya batal. Banyak yang sudah cancel, tapi sebagian kecil ada yang masih jalan,” kata dia.
Sepinya tamu dari sekitar 70 hotel dan losmen yang ada di Prawirotaman, kata dia, juga secara otomatis berdampak pada 40 biro perjalanan, café, dan restoran yang tergabung di paguyuban.
“Secara otomatis semuanya sepi karena café dan restoran di Prawirotaman itu tamunya dari hotel juga,” kata dia.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Yogyakarta Bobby Ardyanto mengatakan yang terdampak secara langsung terhadap adanya wabah Corona di industri pariwisata adalah para pengusaha agen perjalanan wisata yang melayani pelancong luar negari dan melayani wisatawan domestik ke luar negeri.
“Untuk wisatawan luar negeri di Yogyakarta dampak penurunannya lebih dari 50 persen. Sedangkan untuk wisatawan domestik sekitar 20-30 persen,” kata Bobby kepada reporter Tirto, Selasa (10/3/2020).
Okupansi hotel ia akuinya mengalami penurunan, dan banyak di antaranya pesanan paket-paket wisata juga dibatalkan.
“Penurunan mulai terasa sejak petengahan Februari 2020. Dan itu terlihat penurunan lebih setelah Presiden [Jokowi] mengeluarkan pernyataan [terdapat dua orang terinveksi virus Corona di Indonesia]” ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat memberikan kebijakan khusus, terutama untuk lebih mengoptimalkan wisatawan domestik yang masih mungkin dapat dilakukan.
Optimalkan Wisatawan Domestik
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo mengakui wabah virus Corona yang terjadi di sejumlah negara termasuk Indonesia turut memengaruhi kunjungan wisatawan khususnya di Yogyakarta.
Kata Singgih, wabah virus Corona memang membuat kunjungan wisata menjadi menurun. Namun hal itu tidak secara signifikan bagi kondisi pariwisata Yogyakarta secara umum.
Sebab, kata dia, mayoritas kunjungan di Yogyakarta adalah wisatawan domestik, sedangkan yang saat ini terganggu adalah penerbangan wisatawan dari wilayah Asia yang saat ini terdampak Corona seperti Cina, Korea Selatan, dan Jepang.
Berdasarkan data 2019, kata dia, ada 3,5 juta wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Dari angka tersebut pelancong dari luar negeri hanya sekitar 400 ribu orang.
Kunjungan wisata luar negeri ke Yogyakarta memang masih ada pada saat low season, namun menurutnya jumlahnya tidak seberapa. Sehingga jumlah kunjungan wisata saat ini tidak menurun signifikan.
“Hotel dan biro perjalanan itu memang menyatakan [wisatawan luar negeri ada] yang membatalkan dan yang menjadwalkan ulang. Dan jumlahnya karena ini di low season tidak signifikan,” kata dia.
Saat ini, kata Singgih, pihaknya akan mengoptimalkan kunjungan wisata domestik, terlebih pemerintah pusat juga mendorong untuk mengoptimalkan wisawatan dalam negeri dengan adanya insentif tiket perjalanan murah dan sebagainya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya siap untuk menerima wisatawan sekaligus melakukan antisipasi terhadap penyebaran virus Corona. Ia memastikan bahwa Yogyakarta aman untuk dikunjungi wisatawan.
“Yogya aman dikunjungi, kesiapan Dinas Kesehatan sudah cukup bagus. Ada empat rumah sakit rujukan, 73 rumah sakit lainnya, dan 121 puskesmas saya kira cukup siap apabila diperlukan untuk menangani [kasus Corona],” ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz