tirto.id - Junta militer di Gabon melengserkan Presiden Ali Bongo Ondimba dalam sebuah kudeta pada Rabu, 30 Agustus 2023 waktu setempat. Bagaimana situasi terkininya?
Seperti diwartakan CNN, junta militer telah berbicara di televisi nasional dan mengumumkan penahanan Presiden Gabon, Ali Bongo.
“Ini menjadi perhatian komunitas nasional dan internasional bahwa Ali Bongo Ondimba ditahan di rumah,” kata juru bicara junta yang tidak disebutkan namanya di TV pemerintah pada Rabu pagi.
Ali Bongo adalah pemenang Pemilu untuk jabatan ketiganya sebagai Presiden Gabon. Akan tetapi, pihak oposisi menyatakan kemenangannya sebagai “penipuan”.
Dengan demikian, militer mengumumkan bahwa Jenderal Brice Oligui Nguema akan menjadi pemimpin selama masa transisi. Juru bicara Komite Transisi dan Pemulihan Institusi (CTRI) mengatakan bahwa Oligui telah ditunjuk sebagai “presiden transisi.”
Kantor berita AFP menayangkan video Presiden Ali Bongo yang meminta “teman-temannya” untuk membuat kekacauan setelah dia menjadi tahanan rumah, sembari mengatakan, istri dan anaknya berada di tempat lain.
“Anak saya ada di suatu tempat, istri saya ada di tempat lain,” katanya.
Di sisi lain, AFP juga memperlihatkan video yang menunjukkan perayaan tentara yang mendukung pemimpin kudeta Jenderal Brice Oligui di ibu kota Libreville.
Oligui mengatakan, Presiden Ali Bongo akan pensiun dan menikmati semua haknya sebagai warga negara Gabon. Ali Bongo adalah Presiden pemenang Pemilu. Tetapi militer bilang, hasil Pemilu akan dibatalkan dan mereka akan menutup perbatasan negara.
Situasi Terkini Kudeta Gabon
Reuters memberitakan, setelah kudeta berlangsung, militer Gabon langsung membatalkan hasil Pemilu, menutup perbatasan dan membubarkan lembaga-lembaga negara.
Seorang reporter Reuters mengatakan, terdengar suara tembakan keras di ibu kota Libreville. Orang-orang terlihat menari dan merayakan peristiwa itu di jalan-jalan ibu kota. Orang-orang juga mengibarkan bendera Gabon di distrik Nzeng Ayong di samping kendaraan militer.
"Saya melakukan unjuk rasa hari ini karena saya gembira. Setelah hampir 60 tahun, Presiden Ali Bongo kehilangan kekuasaannya," kata Jules Lebigui, seorang pengangguran berusia 27 tahun yang bergabung dengan massa di Libreville.
Ali Bongo mengambil alih kekuasaan pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya, Omar, yang telah berkuasa sejak tahun 1967. Kemenangan Ali Bongo di Pemilu tahun ini diperkirakan akan memperpanjang kekuasaan keluarganya selama lebih dari setengah abad.
Gabon adalah negara penghasil minyak. Pihak oposisi mengatakan, keluarga Bongo tidak berbuat banyak dalam membagi kekayaan minyak dan pertambangan kepada 2,3 juta penduduk Gabon.
Gabon telah dilanda kerusuhan dan kekerasan setelah kemenangan Bongo dalam Pemilu 2016 dan sempat terjadi kudeta di tahun 2019, namun gagal.
Terkait dengan kudeta baru ini, Ketua Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika, Willy Nyamitwe mengadakan pertemuan darurat dengan perwakilan Burundi, Kamerun dan Senegal.
Ketua Komisi Uni Eropa, Moussa Faki Mahamat meminta pelaku kudeta di Goban untuk “kembali ke tatanan konstitusional yang demokratis.”
Presiden Nigeria Bola Tinubu sedang mengamati perkembangan di Gabon pasca-kudeta dan dia tengah berbicara dengan kepala negara lain di Uni Eropa untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Juru bicara pemerintah Prancis, Olivier Veran, mengatakan negaranya turut mengutuk kudeta militer di Gabon. Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Prancis mendesak warganya yang berada di Gabon agar membatasi perjalanan.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga mengutuk upaya kudeta di tengah penyelesaian konflik pasca-Pemilu.
Editor: Iswara N Raditya