tirto.id - Nukman Luthfie meninggal dunia di Yogyakarta pada Sabtu malam kemarin. Pemakaman jenazah pakar media sosial itu dilakukan pada hari ini di TPU Grabag, Langenharjo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Kabar wafatnya pria berusia 54 tahun tersebut membuat banyak pihak berduka. Nukman selama ini dikenal rajin mengampanyekan etika menggunakan media sosial dan melawan penyebaran konten negatif, termasuk hoaks.
Sebelum meninggal, Nukman sempat dirawat di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta karena mengalami serangan stroke.
Adik almarhum, Fahmi Makky (52) mengatakan serangan stroke yang mendera Nukman sebelum tutup usia merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya, anak kedua dari sembilan bersaudara itu berhasil pulih usai terkena serangan stroke sebanyak dua kali.
Menurut Fahmi, serangan stroke yang ketiga kalinya membuat Nukman harus dirawat selama satu pekan di RS Bethesda, Yogyakarta.
"Sebenarnya, tadi malam itu Mas Nukman [rencananya] persiapan pulang. Sudah diizinkan dokter dirawat di Jakarta, tetapi harus dibawa pakai ambulans dengan dokter. Namun, [kondisinya] drop hingga akhirnya meninggal," kata Fahmi di Kendal, pada Minggu (13/1/2019) seperti dilansir Antara.
Fahmi mengatakan Nukman hari ini dikebumikan di dekat pusara kakeknya atau persis di samping makam ibundanya. Kakek Nukman adalah KH Achmad Abdul Hamid yang merupakan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) dan juga pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Kendal, sekaligus Imam Masjid Besar Kendal.
Jenazah sosok kelahiran Semarang, 24 September 1964 itu tiba dari Yogyakarta di Masjid Besar Kendal sekitar pukul 09.30 WIB untuk disalatkan, sebelum diberangkatkan ke pemakaman.
Para pelayat dari berbagai kalangan berdatangan, seperti kawan-kawan sekolahnya, rekan kerja, termasuk dari jaringan Gusdurian, untuk mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.
Fahmi menjelaskan pemakaman Nukman di Kendal itu merupakan permintaan istri Nukman dengan pertimbangan keluarga besar agar satu kompleks dengan makam ibu dan kakeknya.
"Kebetulan, Mas Nukman ini dulu pernah diasuh Mbah Kakung (KH Achmad Abdul Hamid). Pas taman kanak-kanak (TK) di Kendal, kemudian sekolah dasar (SD) di Semarang," kata dia.
Sebagai penanda, nisan makam alumnus Jurusan Teknik Nuklir UGM itu pun terlihat sederhana dengan nama yang tidak diukir melainkan hanya ditulis dengan spidol.
"Memang sudah menjadi tradisi dalam keluarga untuk nisan tidak pakai nama. Ya, cukup seperti itu. Sebagai penanda saja kalau ada keluarga jauh datang untuk menengok," kata Fahmi.
Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Nukman sempat menjadi jurnalis di sejumlah media sebelum menekuni bidang internet dan media sosial. Pada 1990-an, ia bergabung dengan Agrakom, perusahaan yang membidani situs berita detik.com. Nukman sempat ditunjuk menjabat Direktur Pemasaran detik.com di masa awal perkembangan situs berita ini.
Setelah tidak lagi bergabung dengan Agrakom, Nukman mendirikan perusahaan Virtual Consulting serta kerap menjadi pembicara dalam acara-acara bertema internet di Indonesia. Di banyak forum, Nukman rajin mengajak masyarakat menyebar konten-konten positif di media sosial sebagai cara melawan konten negatif.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom