tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan tingkat kemiskinan berada pada rentang 6,5 persen hingga 7,5 persen di 2024. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka diharapkan di kisaran 5,0 persen hingga 5,7 persen. Proyeksi itu sejalan dengan pengelolaan fiskal yang kuat disertai efektifitas dalam mendorong transformasi ekonomi dan perbaikan kesejahteraan rakyat.
Direktur Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, target pencapaian kemiskinan Jokowi di 2024 cukup ambisius. Karena saat ini saja angka kemiskinan baru kembali ke prapandemi yakni 9,36 persen per Maret 2023.
"Artinya butuh kerja keras untuk turunkan angka kemiskinan. Tantangan juga tidak mudah," kata Bhima kepada Tirto, Jumat (19/8/2023).
Bhima mengingatkan, saat ini ada fenomena El Nino yang bisa mengganggu dua sisi. Petani sebagai produsen pangan menanggung risiko gagal panen. Petani juga dinilai sekaligus masyarakat yang rentan terkena dampak kenaikan harga pangan.
"Belum lagi ada kesulitan pencarian lapangan kerja di sektor formal. Industrinya masih goyang, PHK masih terjadi. Target pengangguran juga overshoot," kata dia.
Dia menambahkan, jika pemerintah serius menurunkan angka kemiskinan jangan hanya bantuan perlindungan sosial dinaikkan jelang pemilu. Tapi juga harus tepat sasaran.
Kemudian pemerintah juga mesti menahan infrastruktur mega proyek dan diarahkan untuk fasilitas di desa agar mandiri. Kemudian, perlu membangun industri yang serius dan berorientasi pada padat karya.
"Jadi anak muda yang menganggur bisa masuk ke sektor formal," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang