tirto.id - Orang tua yang memiliki bayi pasti sudah terbiasa dengan gas yang dikeluarkan oleh bayi, apakah itu saat bayi bersendawa, atau ketika bayi sedang buang angin.
Menurut Jeremiah Levine, M.D, direktur Pediatric Gastroenterology di NYU Langone Health, seperti dilansir dari laman Parents, gas yang dikeluarkan oleh bayi itu sejatinya hal wajar, karena keluarnya gas itu adalah bagian dari proses pencernaan normal. Walaupun demikian, gas juga bisa menjadi indikasi pada banyak keluhan di usus.
“Gas yang terlalu banyak, umumnya adalah gejala, bahwa ada hal lain yang sedang terjadi,” tambah Jeremiah Levine.
Kalau bayi sudah mengeluarkan gas lebih dari 21 kali, inilah yang harus diwaspadai, karena menurut laman Web MD, bayi itu umumnya mengeluarkan gas 13 sampai 21 kali tiap hari.
Bayi cenderung akan menelan udara saat mereka makan (ketika bayi minum ASI, atau ketika minum susu dari botol), saat bayi menghisap dot, atau saat bayi sedang menangis.
Ketika ada udara yang masuk, lalu terjebak di dalam perut bayi, maka bayi biasanya akan bersendawa, rewel, menangis, perutnya membesar dan mengeras, atau bayi akan buang angin.
Jika bayi tampak nyaman dan tidak menderita ketika mereka mengeluarkan gas, maka itu adalah hal yang wajar dan normal. Bahkan ketika kulit bayi menjadi merah dan mengeluarkan suara, namun si bayi tampak bahagia, maka menurut dokter anak, Jennifer Shu, MD, seperti dikutip dari laman Web MD, maka ini bukan hal yang mengkhawatirkan.
Penyebab perut kembung pada bayi
Salah satu akibat dari banyaknya gas yang masuk pada perut bayi adalah perut kembung. Menurut laman RSUD Pariaman, tanda-tanda perut kembung pada bayi amat mudah untuk diamati, di antaranya adalah bayi rewel, bayi akan menangis tanpa alasan yang jelas, perut bayi terasa agak keras, dan bayi sering buang angin.
Penyebab dari perut kembung ini bisa bermacam-macam. Menurut laman Parents, setiap orang, termasuk bayi memproduksi dan mengeluarkan gas. Saat makanan bergerak melalui saluran pencernaan, usus kecil menyerap nutrisi yang berguna. Bakteri di usus besar lalu memecah sisa makanan, melepaskan hidrogen dan karbon dioksida yang menghasilkan gas.
Ketika bayi bersendawa, beberapa gas yang diproduksi keluar dari perut. Sisanya akan mengalir dari usus besar ke rektum, di mana gas itu dikeluarkan melalui buang air besar atau perut. Namun, ketika gas tidak keluar dengan mudah, gas itu terkumpul di saluran pencernaan dan menyebabkan perut kembung.
Gas yang sudah terkumpul di saluran pencernaan, dan sulit untuk dikeluarkan itu diduga terjadi karena adanya alergi makanan, masalah pada saluran cerna bayi, serta masalah psikologis pada bayi.
Mengatasi perut kembung pada bayi dengan pijatan
Guna mengatasi masalah perut kembung agar buah hati Anda merasa lebih nyaman, ada metode pijat bayi yang bisa Anda praktikkan seperti dikutip dari laman RSUD Pariaman berikut ini:
1. Gerakan pedal sepeda.
Taruh kedua tangan sejajar di atas perut bayi. Tangan kanan di atas perut, dan tangan kiri di bawah perut. Gerakkan tangan ke kanan ke bawah menggantikan posisi tangan kiri, dan tangan kiri ke atas menggantikan posisi tangan kanan. Ulangi gerakan seperti mengayuh sepeda ini selama 6 – 12 kali.
2. Gerakan peregangan lembut.
Tekan kedua lutut bayi ke arah perut bayi dengan lembut. Tahan selama 15 – 20 detik. Lalu luruskan kembali.
3. Gerakan matahari bulan.
Buat gerakan membentuk matahari dan bulan sabit. Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri, mulai dari perut kanan bawah, lalu ke atas, kemudian kembali ke kanan bawah seakan-akan membentuk gambar matahari. Ulangi beberapa kali.
Lalu dengan tangan kanan buat gerakan setengah lingkaran, mulai dari kanan bawah perut sampai bagian kiri perut seperti membentuk gambar bulan sabit.
Lakukan dua gerakan ini bersamaan. Tangan kiri membentuk bulatan penuh, sedangkan tangan kanan membuat gerakan setengah lingkaran. Ulangi 6 – 12 kali.
4. Ulangi gerakan peregangan lembut.
Tekan kedua lutut bayi ke arah perut bayi dengan lembut. Tahan 15 – 20 detik. Lalu luruskan kembali. Lakukan gerakan pijat (dari nomor 1 sampai nomor 4) ini sebanyak 2 kali sehari selama 1 – 2 minggu.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari