Menuju konten utama

Risiko Pemakaian Gurita Bayi & Bagaimana Perawatan Saat Lahir?

Ketahui apa risiko pemakaian gurita pada bayi dan bagaimana perawatan bayi yang baru lahir? 

Risiko Pemakaian Gurita Bayi & Bagaimana Perawatan Saat Lahir?
Ilustrasi Bayi Baru Lahir. foto/istockphoto

tirto.id - Gurita bayi merupakan kain yang biasa dililitkan pada perut bayi yang baru lahir. Pemakaian gurita pada bayi ini sejak dulu dipercaya bisa melindungi perut bayi, mencegah masuk angin, mengecilkan perut serta mencegah pusar bayi agar tidak bodong. Namun faktanya, pemakaian gurita pada bayi ini bisa berpotensi membahayakan kesehatan bayi.

Dilansir dari laman Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, pemakaian gurita pada bayi jika terlalu ketat bisa menyebabkan bayi mengalami sesak napas, kepanasan hingga banyak berkeringat, menyebabkan berbagai keluhan kulit seperti biang keringat dan ruam kulit.

Selain itu, pemakaian gurita yang terlalu kencang akan menyebabkan makanan di perut bayi mengalir kembali ke kerongongan yang menyebabkan bayi akan menjadi gampang muntah.

Alasan utama pemakaian gurita pada bayi selama ini adalah karena kecemasan orang tua yang melihat perut bayi membesar dan masih rawan untuk bergerak.

Nyatanya, besar kecil perut bayi ditentukan oleh ketebalan kulit dan otot perut yang berfungsi menahan daya dorong isi perut.

Kulit bayi yang baru lahir masih tipis dan masih belum sempurna sehingga belum bisa untuk menahan gerak usus yang mendorong ke luar sehingga membuat perut bayi terlihat besar. Perut bayi akan bisa mengecil dengan sendirinya ketika kulit, otot, dan lemak sudah menebal.

Selain itu, kekhawatiran orang tua terhadap kondisi pusar bodong juga nyatanya tidak menyebabkan kondisi kesehatan yang serius.

Pusar bodong disebabkan oleh otot perut yang tidak menutup dengan sempurna karena panjang dan besarnya ujung tali pusat bayi.

Perawatan Bayi Baru Lahir

Terdapat beberapa hal yang lebih penting untuk diperhatikan dalam merawat bayi yang baru lahir. Dilansir dari laman IDAI, berikut adalah perawatan bayi yang baru lahir.

1. Kontak Kulit dan Inisiasi Menyusu Dini

Ketika lahir, bayi akan berada pada suhu yang lebih rendah dari saat berada di dalam rahimm dan akan berisiko mengalami hipotermia. Oleh karena itu, kontak kulit antara ibu dan bayi sangat baik untuk menghangatkan bayi.

Selain itu, ibu direkomendasikan untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

2. Posisi Tidur Bayi

Bayi yang baru lahir bisa tidur hingga total 20 jam sehari. Usahakan ruangan bayi bersuhu sejk, tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Posisi tidur yang dianjurkan untuk bayi baru lahir adalah posisi terlentang karena dapat mencegah sindrom kematian mendadak pada bayi.

3. Perawatan Tali Pusar

Setelah tali pusar dipotong, biasanya akan diolesi cairan antiseptik klorheksidin atau cairan antiseptik lain. Tali pusat kemudian akan dibiarkan terbuka dan kering. Usahakan agar daerah tersebut tidak basah, terkana air seni, atau tinja bayi.

4. Memandikan Bayi

Ketika baru lahir, bayi masih belum perlu dimandikan. Setelah 6 jam, bayi dapat dilap dengan air hangat. Usahakan meminimalisir zat-zat yang berkontak dengan kulit bayi karena kulit bayi masih sangat sensitif.

5. Mengenali Isyarat Bayi Lapar

Bayi yang lapar akan menunjukkan isyarat seperti memasukkan tangan ke mulut, menggenggam tangan, dan mengecap-ngecap. Berikan ASI setiap kali bayi menunjukkan tanda bahwa ia lapar.

6. Gumoh

Gumoh terjadi ketika bayi meminum susu atau ASI dalam jumlah yang banyak. Hal ini bisa dicegah dengan membuat bayi bersendawa dengan cara letakkan mereka dalam posisi tegak pada bahu atau pangkuan kemudian tepuk ringan punggung bayi tiap selesai menyusui.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Muhammad Iqbal Iskandar

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Muhammad Iqbal Iskandar
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Yandri Daniel Damaledo