Menuju konten utama

Cara Mencegah HIV/AIDS, Tahap Infeksi, dan Penyebab Penularannya

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) cara mencegah penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan metode "ABCDE."

Cara Mencegah HIV/AIDS, Tahap Infeksi, dan Penyebab Penularannya
Ilustrasi kepedulian terhadap HIV/AIDS. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Cara terbaik untuk mencegah penyakit HIV/AIDS adalah dengan mengindari penyebab penularannya. Penyakit HIV/AIDS bisa menular dari hubungan seksual berganti-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik tidak steril, hingga dari ibu ke bayi.

HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus berbahaya yang menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. Ketika HIV menginfeksi tubuh dan tidak segera mendapatkan penanganan, maka dapat mengarah ke kondisi AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), masih belum ada obat yang efektif untuk mengobati penyakit ini. Penderita yang terinfeksi HIV akan terus memiliki virus tersebut di dalam tubuhnya seumur hidup.

Kasus HIV/AIDS di seluruh dunia tergolong tinggi. Data dari United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) menunjukkan bahwa setidaknya ada sekitar 38,4 juta orang di seluruh dunia yang menderita HIV pada 2020.

Jumlah tersebut termasuk penderita dewasa dan anak-anak di bawah usia 15 tahun. Di tahun selanjutnya, antara 2020 hingga 2021 terdapat penambahan kasus sebanyak 1,5 juta infeksi baru di seluruh dunia.

Sementara itu, data terakhir kasus HIV/AIDS di Indonesia tercatat pada 2021. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah kasus HIV dalam negeri per Maret 2021 mencapai 427.201 kasus, sementara AIDS sebanyak 131.417 kasus.

Tahapan Infeksi HIV dan Gejalanya

Orang yang terinfeksi HIV dapat mengembangkan tiga tahapan gejala, mulai dari gejala awal hingga AIDS. Kendati demikian, CDC mengungkapkan bahwa ketiga tahapan tersebut bisa saja tidak dialami oleh seluruh penderita HIV mengingat adanya kemajuan dalam pengobatan HIV.

Berikut tahapan infeksi HIV beserta gejalanya:

Tahap 1: Infeksi HIV Akut

  • Penderita mengalami gejala seperti flu, termasuk demam, panas, ruam, berkeringat, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan kelelahan.
  • Beberapa kasus, penderita HIV akut mengalami pembengkakan kelenjar getah bening dan ulkus mulut.
  • Ketika melakukan tes HIV, penderita didiagnosis memiliki virus HIV di dalam darahnya dalam jumlah besar. Di tahap ini mereka sudah bisa menularkan virus kepada orang lain.

Tahap 2: Infeksi HIV Kronis

  • Virus HIV di dalam tubuh penderita terus berkembang biak.
  • Beberapa penderita bisa tidak memunculkan gejala tertentu tetapi tetap bisa menularkan virusnya. Beberapa lagi mengalami gejala yang sama seperti tahap 1.
  • Penderita yang memperoleh pengobatan HIV/AIDS pada tahap ini dapat terhindar dari tahap 3.
  • Jika penderita tidak segera memperoleh pengobatan, maka jumlah HIV dalam darah (viral load) akan naik dengan cepat dan lanjut ke tahap 3.

Tahap 3: AIDS

  • Tahap 3 disebut juga tahap paling parah dari infeksi HIV atau disebut juga dengan tahap AIDS.
  • Penderita AIDS dengan viral load tinggi berpotensi menularkan HIV kepada orang lain.
  • Kekebalan tubuh penderita AIDS rusak parah sehingga dapat mengalami infeksi serius yang mengancam nyawa.
  • Penderita mengalami beberapa gejala termasuk diare berkepanjangan, berat badan turun dengan cepat, kelelahan ekstrem, pembengkakan kelenjar getah bening, luka pada mulut, anus, dan alat kelamin, radang paru-paru, kehilangan memori, hingga gangguan neurologis.
  • Jika tidak memperoleh pengobatan HIV, orang dengan AIDS hanya bisa bertahan hidup sekitar tiga tahun.

Cara Penularan HIV/AIDS dan Faktor Risikonya

Penularan virus HIV bisa terjadi akibat hubungan seksual yang tidak aman hingga penggunaan jarum suntik narkoba. Berikut beberapa hal yang dapat menularkan HIV/AIDS:

  • Melakukan hubungan seksual dengan penderita HIV, baik secara heteroseksual maupun homoseksual.
  • Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti akupuntur, tindik, dan tato yang tercemar oleh HIV. Selain itu, terdapat banyak kasus dimana penularan HIV melalui jarum suntik yang digunakan bersama-sama oleh pecandu narkoba yang salah satu diantaranya pengidap HIV.
  • Transfusi darah dari pendonor yang mengidap HIV kepada penerima donor. Oleh karena itu, penderita HIV dilarang untuk menyumbangkan darahnya pada orang lain.
  • Ibu hamil yang mengidap HIV menularkan virus kepada bayinya lewat plasenta saat kehamilan atau saat melahirkan ketika bayi menelan cairan di jalan lahir

Berdasarkan laporan terbaru dari UNAIDS, risiko penularan HIV/AIDS di seluruh dunia cenderung meningkat pada populasi tertentu.

Merujuk data pada 2021 risiko penularan HIV/AIDS tertinggi terjadi pada pengguna narkoba suntik dengan risiko penularan 35 kali lebih tinggi dibanding populasi lainnya.

Sedangkan di posisi kedua, data populasi HIV meningkat pada pekerja seks dengan risiko 30 kali, diikuti dengan hubungan sesama jenis lelaki dengan lelaki (LSL) dengan risiko 28 kali, dan waria 14 kali.

Cara Mencegah Penularan HIV/AIDS

Menurut Kemenkes pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan metode "ABCDE." Metode ini merupakan singkatan untuk tindakan sebagai berikut:

  • Abstinence atau absen dari hubungan seks yang tidak aman bagi yang belum menikah.
  • Be faithful atau setia kepada satu pasangan seks dan tidak berganti-ganti pasangan.
  • Condom atau lakukan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom.
  • Drug no atau menghindari penggunaan narkoba, khususnya yang dikonsumsi dengan jarum suntik.
  • Education atau pemberian edukasi dan informasi yang benar tentang HIV, termasuk cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya.

Cara Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Banyak kasus di mana ibu hamil dengan HIV/AIDS baru menyadari penyakitnya setelah masa kehamilan. Padahal, virus HIV bisa ditularkan dari ibu ke bayi selama masa kehamilan, kelahiran, hingga menyusui.

Oleh karena itu, menurut CDC penting untuk melakukan pencegahan dengan cara berikut:

  • Lakukan tes HIV sebelum menikah dan sebelum merencanakan kehamilan.
  • Jika ibu positif HIV saat hamil, segera minum obat HIV (ARV) sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter selama kehamilan dan persalinan.
  • Memberikan obat HIV kepada bayi selama 4 sampai 6 minggu setelah kelahiran. Obat terbukti menurunkan risiko penularan virus kepada bayi mencapai 1 persen.
  • Pertimbangkan untuk tidak melahirkan secara vaginal.
  • Cegah kehamilan dan membatasi jumlah bayi yang ingin dilahirkan.

Baca juga artikel terkait HIV AIDS atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy