tirto.id - Sejak 1988, masyarakat dunia memperingati 1 Desember sebagai Hari AIDS.
Acara seremonial yang digagas oleh James W. Bunn dan Thomas Netter ini bertujuan guna menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait penyakit AIDS akibat virus HIV
Hingga 2021, WHO menyatakan bahwa AIDS telah merenggut 36,3 juta jiwa. Sementara pada akhir 2020, diperkirakan ada 37,7 juta manusia di bumi terinfeksi HIV, lebih dari 2/3 di antaranya di Afrika.
Skenario terburuk dalam 10 tahun ke depan, diprediksi ada 7,7 juta kematian akibat penyakit ini.
Walau belum ditemukan obatnya, tetapi penaingkatan akses dalam pencegahan, diagosis dan perawatan yang efektif telah memungkinkan orang dengan HIV/AIDS berumur panjang dan tetap sehat.
Sayangnya, orang dengan HIV/AIDS sering dijauhi akibat stigma yang berdasar pada mitos-mitos terkait penyakit tersebut. Oleh karena itu, penting untuk terus menumbuhkan kesadaran terkait penyakit ini.
Apa itu HIV/AIDS?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Selepas terjangkit virus ini, kekebalan tubuh manusia akan terus menurun.
Berikutnya, jika tak lekas dapat perawatan, dalam rentang waktu menahun akan berkembang jadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Akibat infeksi yang kian melemahkan sistem kekebalan tubuh, HIV/AIDS dapat merambat ke masalah lain, semisal: pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk.
Selain itu, penderita juga dapat mengembangkan penyakit parah seperti tuberkulosis (TB), meningitis kriptokokus, infeksi bakteri parah, serta kanker macam limfoma dan sarkoma Kaposi.
HIV menular lewat pertukaran cairan tubuh penderita terinfeksi dengan orang lain, seperti darah, ASI, sperma dan sekresi vagina.
Oleh karena itu, untuk mencegah HIV, disarankan menghindari seks tanpa kondom, penggunaan jarum non-steril untuk tato, transfusi darah dan penggunaan lain yang berhubungan dengan cara penularan di atas.
Mitos dan Fakta terkait HIV/AIDS
Berikut sejumlah mitos dan fakta yang berkaitan dengan HIV/AIDS:
Mitos: Orang dengan HIV hanya punya waktu beberapa tahun untuk bertahan hidup.
Fakta: Orang dengan HIV dapat berusia panjang jika melakukan pengobatan secara tepat. Sejak 2016, WHO merekomendasikan pengobatan dengan antiretrovial (ART) seumur hidup pada semua orang yang mengidap HIV.
Meski tak bisa menyembuhkan infeksi, ART efektif menekan replikasi virus, serta dapat memulihkan sistem kekebalan tubuh.
Mitos: Orang yang memiliki HIV sudah pasti menderita AIDS.
Fakta: HIV merupakan virus yang mnghancurkan kekebalan sel-sel CD4 tubuh.
Apabila diobati dengan tepat, seseorang sangat mungkin untuk memiliki HIV, tetapi tidak terserang AIDS. Pasalnya, didiagnosis AIDS terjadi apabila jumlah sel CD4 tubuh turun di bawah 200.
Melalui laman resminya, UNAIDS, badan yang berfokus pada AIDS, menjelaskan bahwa rentang waktu HIV berujung pada AIDS memerlukan waktu sekira 8-10 tahun.
Dalam rentang waktu tersebut, jika dapat pengobatan tepat, pengidap HIV bisa hidup tanpa AIDS.
Mitos: Anda bisa tahu seseorang terkena HIV hanya dengan melihat gejala.
Fakta: Seseorang bisa terinveksi HIV dengan atau tanpa menunjukkan gejala. Oleh karena itu, untuk mendiagnosis HIV, diperlukan tes klinis oleh pihak berkompeten.
Mitos: HIV bisa disembuhkan.
Fakta: Hingga saat ini belum ditemukan obat yang bisa menghilangkan virus HIV dari tubuh.
Meski begitu, telah ada pengobatan ART yang bisa dilakukan secara teratur untuk memulihkan sistem kekebalan tubuh. ART bisa meningkatkan usia harapan hidup pengidap HIV sama dengan manusia yang tak terinfeksi.
Mitos: Seks akan aman ketika pasangan sama-sama memiliki HIV.
Fakta: Strain virus HIV berbeda-beda, sehingga seks dengan pasangan sesama pengidap HIV tetap berbahaya. Oleh sebab itu, disarankan bagi pasangan pengidap HIV untuk melakukan seks dengan kondom.
Mitos: HIV bisa menular lewat ciuman.
Fakta: Ciuman dengan seseorang terinfeksi HIV tidak membawa risiko penularan virus. Tidak ada bukti bahwa HIV bisa ditularkan lewat air liur saat ciuman.
Namun demikian, perlu berhati-hati jika pengidap HIV memiliki luka pada bagian mulut. Sebab, HIV bisa ditularkan lewat pertukaran darah.
Mitos: Orang dengan HIV tak bisa punya anak sehat
Fakta: HIV memang bisa ditularkan dari ibu ke bayinya selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Akan tetapi, penularan HIV ke anak sangat rendah apabila ibu menjalani terapi ART selama masa kehamilan dan menyusui. Sehingga, sangat mungkin bagi pengidap HIV untuk punya anak sehat.
Penulis: Rofi Ali Majid
Editor: Dhita Koesno