tirto.id - Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel-sel yang membantu tubuh melawan infeksi, sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit lain.
Virus HIV menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh tertentu dari orang dengan HIV, paling sering selama hubungan seks tanpa kondom atau melalui berbagi peralatan obat suntik.
Sementara dalam situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan bahwa perilaku dan kondisi yang menempatkan individu pada risiko yang lebih besar tertular HIV meliputi:
- Melakukan hubungan seks anal atau vaginal tanpa kondom;
- Mengalami infeksi menular seksual (IMS) lain seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore dan vaginosis bakteri;
- Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik lainnya serta larutan obat saat menyuntikkan obat;
- Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah dan transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau penindikan yang tidak steril; dan
- Mengalami cedera tertusuk jarum suntik yang tidak disengaja, termasuk di antara petugas kesehatan.
Tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan HIV dan tidak ada obat HIV yang efektif. Jadi, sekali Anda terinfeksi HIV, maka virus ini akan dimiliki seumur hidup.
Namun, dengan meminum obat HIV (disebut terapi antiretroviral atau ART), orang dengan HIV dapat hidup panjang dan sehat serta mencegah penularan HIV ke pasangan seksualnya.
Selain itu, ada metode yang efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks atau penggunaan narkoba, termasuk profilaksis pra-pajanan (PrPP) dan profilaksis pasca-pajanan (PEP).
Tipe-Tipe HIV
Ada dua tipe utama HIV yakni HIV-1 (paling umum) dan HIV-2 (relatif jarang dan kurang menular).
Seperti kebanyakan virus, HIV memiliki kemampuan untuk bermutasi dan berubah dari waktu ke waktu, dalam tipe utama HIV ada banyak subtipe yang berbeda secara genetik.
Strain HIV-1 dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok. Dari jumlah tersebut, M adalah kelompok 'utama' dan bertanggung jawab atas sebagian besar epidemi HIV global.
Tiga kelompok lainnya yakni subtipe N, O dan P sangat jarang. Subtipe O mewakili hingga 5% infeksi di beberapa negara Afrika barat dan tengah, sert Subtipe N dan P jarang diidentifikasi di Kamerun.
Semua kelompok dapat dideteksi dengan tes antibodi HIV-1.
Subtipe dalam kelompok HIV-1 M
Dalam kelompok M diketahui setidaknya ada sembilan subtipe HIV-1 yang berbeda secara genetik. Ini adalah subtipe A, B, C, D, F, G, H, J dan K.
Selain itu, subtipe yang berbeda dapat menggabungkan materi genetik untuk membentuk virus hibrida, yang dikenal sebagai 'bentuk rekombinan yang beredar' (CRF). Sekitar 89 di antaranya diketahui ada.
Subtipe HIV yang dominan di Amerika, Eropa Barat dan Australasia adalah subtipe B. Akibatnya, sebagian besar penelitian klinis HIV telah dilakukan pada populasi di mana subtipe B mendominasi, meskipun subtipe ini hanya mewakili 12% dari infeksi HIV global.
Sebaliknya, lebih sedikit penelitian yang tersedia untuk subtipe C, meskipun hampir 50% dari semua orang yang hidup dengan HIV memiliki subtipe C.
Ini sangat umum di negara-negara dengan prevalensi tinggi di Afrika Selatan, serta di Afrika dan India.
Keragaman subtipe terbesar ditemukan di Kamerun dan Republik Demokratik Kongo, wilayah tempat epidemi HIV-1 berasal.
Tetapi migrasi dan percampuran populasi berarti pola geografis dalam distribusi subtipe berubah dari waktu ke waktu, dan memprediksi pola penularan di daerah tertentu juga menjadi lebih sulit.
Dikutip laman Avert, HIV-1 dan HIV-2 adalah dua virus yang berbeda.
Meskipun tes yang sensitif terhadap kedua jenis virus tersedia secara luas, hanya satu tes antibodi yang tersedia saat ini yang secara spesifik dapat membedakan antara antibodi terhadap HIV-1 atau HIV-2.
Di seluruh dunia, virus yang dominan adalah HIV-1. HIV-1 menyumbang sekitar 95% dari semua infeksi di seluruh dunia.
Sementara HIV-2 diperkirakan lebih dari 55% berbeda secara genetik dari HIV-1.
Virus HIV-2 yang relatif tidak umum terkonsentrasi di Afrika Barat tetapi telah terlihat di negara-negara lain yang memiliki hubungan dengan Afrika Barat.
Ini kurang menular dan berkembang lebih lambat daripada HIV-1, menghasilkan lebih sedikit kematian.
Namun, tanpa pengobatan, kebanyakan orang yang hidup dengan HIV-2 pada akhirnya akan berkembang menjadi AIDS dan meninggal karena penyakit tersebut.
Pencegahan HIV
Individu dapat mengurangi risiko infeksi HIV dengan membatasi paparan faktor risiko. Pendekatan kunci untuk pencegahan HIV, yang sering digunakan, meliputi:
- Penggunaan kondom pria dan wanita;
- Tes dan konseling untuk HIV dan IMS;
- Pengujian dan konseling untuk keterkaitan dengan perawatan tuberkulosis (TB);
- Sunat laki-laki medis sukarela (VMMC);
- Penggunaan obat antiretroviral (ARV) untuk pencegahan;
- Pengurangan dampak buruk bagi orang yang menyuntikkan dan menggunakan narkoba; dan
- Penghapusan penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT).
Editor: Yantina Debora