Menuju konten utama

Cara Benar Pakai Masker Kain Buat Cegah Corona: Hindari Neck Gaiter

Masker kain efektif untuk mencegah penularan virus corona, tetapi harus dipakai dengan cara yang benar. Hindari Buff sebagai ganti masker.

Cara Benar Pakai Masker Kain Buat Cegah Corona: Hindari Neck Gaiter
Warga memilah masker berbahan kain di Rumah Sasirangan Kreatif, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (7/4/2020). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/hp.

tirto.id - Seiring meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia, pemerintah menggencarkan imbauan kepada masyarakat agar memakai masker, sebagai salah satu cara mencegah infeksi virus corona.

Pemakaian masker berguna untuk mencegah Covid-19 karena penularan virus corona kerap terjadi melalui paparan droplet (cairan) dari mulut dan hidung orang yang terinfeksi. Droplet tersebut bisa keluar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi corona saat berbicara, batuk dan bersin.

Bahkan, sejumlah pemerintah daerah kini memberlakukan sanksi bagi warga yang tidak memakai masker saat berada di ruang publik. Misalnya, Pemprov Gorontalo mengenakan denda Rp150 ribu bagi warganya yang tak memakai masker. Sedangkan di Kota Banjarmasin, warga yang tidak mau memakai masker bisa dikenai denda Rp100 ribu.

Sebenarnya, sejak beberapa bulan lalu, pemerintah telah berkali-kali mengimbau masyarakat agar memakai masker, terutama saat di ruang publik. Selain itu, untuk mencegah kelangkaan masker medis, pemerintah menganjurkan pemakaian masker kain.

Banyak penelitian memang telah membuktikan bahwa masker kain, yang dibuat dengan cara benar, efektif untuk mencegah penularan Covid-19. Salah satu riset terbaru dilakukan oleh para peneliti dari Duke University.

Tim peneliti Duke University menguji efektivitas beragam jenis masker dalam mencegah penularan COVID-19. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa masker kain yang terbuat dari katun memiliki efektivitas sebagaimana masker medis, demikian dilansir Antara.

Namun, yang penting untuk diketahui, penelitian itu juga menemukan fakta bahwa memakai neck gaiter (buff) sebagai penutup sebagian wajah, justru sama berbahayanya dengan tidak memakai masker sama sekali. Padahal, selama ini banyak orang mengenakan buff sebagai ganti masker.

Buff tidak efektif karena terbuat dari bahan tipis dan material elastis. Ahli fisika dan biomedis dari Duke University, Profesor Warren S. Warren mengatakan buff termasuk jenis masker terburuk.

"Neck gaiter sering digunakan orang karena nyaman untuk dikenakan. Namun, itulah alasan utama kenapa menjadi sangat berbahaya, karena jenis bahan neck gaiter sangat tipis dan mudah menyerap udara serta air, sehingga sama sekali tidak membantu pencegahan," ujar Warren.

Panduan Cara Pemakaian Masker Kain yang Benar

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro sudah pernah menjelaskan, ada 3 jenis masker yang efektif untuk mencegah penularan Covid-19, yakni masker bedah, masker N95 dan masker kain.

Reisa menambahkan, masker kain yang direkomendasikan untuk dipakai masyarakat adalah yang terdiri atas 3 lapisan kain.

Lapisan pertama berupa kain hidrofilik seperti katun, kemudian dilapisi oleh kain kedua yang bisa mendukung viltrasi lebih optimal. Lapisan kedua ini bisa juga berbahan katun atau polyester.

Sementara lapisan ketiga atau bagian masker terluar sebaiknya terbuat dari bahan hidrofobik yang memiliki sifat antiair. Contoh bahan seperti itu adalah kain yang terbuat dari polypropylene.

"Masker kain dapat dicuci dan dipakai kembali. Oleh karena itu, pencucian dan penyimpanan harus tepat," ujar Reisa pada awal Juni 2020 lalu.

Menurut Reisa, masker kain bisa dipakai maksimal hanya 4 jam. Setelah itu, harus diganti dengan masker yang baru dan bersih.

Apabila masker yang dipakai basah atau lembab maka harus segera diganti. Oleh karena itu, Reisa menyarankan masyarakat membawa beberapa masker saat beraktivitas di luar rumah.

Penggunaan masker juga harus tepat. Yang paling penting adalah masker harus menutup hidung dan mulut. Selain itu, kata Reisa, cara melepas masker harus benar pula, yakni dengan menarik bagian talinya saja.

Kemudian, masker yang baru dipakai itu harus langsung disimpan di kantong kertas atau plastik tertutup guna mencegah penyebaran virus ke barang di sekitarnya.

"Pemakaian masker hanya bisa efektif apabila kita menerapkan protokol kesehatan lainnya dengan aktif, seperti cuci tangan pakai sabun dan jaga jarak fisik," tambah Reisa.

Laman Promkes Kementerian Kesehatan, juga telah merilis panduan singkat tentang cara memakai masker kain yang tepat untuk mencegah penularan virus corona.

Panduan dari Kemenkes itu berisi sejumlah hal yang harus dilakukan pada saat sebelum, sedang dan setelah memakai masker kain. Informasi tentang sejumlah hal yang harus dihindari pada saat memakai masker kain, dipaparkan pula dalam panduan itu.

1. Yang harus dilakukan saat memakai masker kain dan setelahnya:

  • Membersihkan tangan sebelum menyentuh masker
  • Ambil masker dengan cara memegang kaitnya
  • Cek masker jika ada kerusakan atau kotor dan gunakan masker kain berlapis 3
  • Sesuaikan masker dengan wajah agar pas di wajah
  • Masker menutupi mulut, hidung, dan dagu
  • Hindari menyentuh area masker bagian depan
  • Setelah digunakan selama 4 jam, masker kain harus diganti
  • Cucilah tangan sebelum melepas masker
  • Melepas masker dengan menyentuh bagian kaitnya
  • Tarik masker menjauhi muka
  • Simpan masker di plastik bersih tertutup (jika masker tidak kotor dan bisa dipakai lagi)
  • Cuci tangan setelah menggunakan masker
  • Cuci masker kain dengan sabun atau detergen, sebaiknya pakai air panas sehari sekali.

2. Yang harus dihindari saat memakai masker kain:

  • Hindari memakai masker yang terlihat rusak
  • Hindari memakai masker yang longgar
  • Hindari memakai masker di bawah hidung
  • Jangan lepas masker kain saat berada dengan orang lain dalam jarak kurang 1 meter
  • Hindari menggunakan masker yang membikin sulit bernapas
  • Jangan berbagi pemakaian masker kain dengan orang lain.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Septiany Amanda

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Septiany Amanda
Editor: Addi M Idhom