tirto.id - Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Thoman Pardosi menyampaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai poin 80,47. Angka tersebut naik 0,41 poin atau 0,51 persen dibanding IPM tahun 2017.
Dia menjelaskan sejak tahun 2017, status IPM DKI telah memasuki level "sangat tinggi". Namun, kata Thoman, salah satu komponen dalam IPM DKI, yakni pembangunan bidang pendidikan, masih perlu diperbaiki.
"Angka putus sekolah tingkat SMA, periode 2017- 2018 di Provinsi DKI Jakarta, mengalami penurunan sebesar 5,94 persen," kata Thoman dalam keterangan tertulis pada Senin (6/5/2019).
Thoman mencatat penurunan angka putus sekolah tingkat SMA di DKI pada 2017-2018 masih di bawah nasional. Sebab, angka putus sekolah tingkat SMA secara nasional pada periode yang sama turun 14,54 persen.
"Sedangkan, untuk sekolah kejuruan atau SMK, pada periode yang sama, angka putus sekolah di DKI Jakarta justru naik sebesar 25,28 persen," ujar Thoman.
Capaian itu jauh dari angka putusan sekolah tingkat SMK secara nasional pada 2017-2018 yang hanya naik 0,88 persen.
Dia menambahkan, angka partisipasi sekolah (APS) kelompok usia 16-18 di DKI mencapai 71,81 persen pada 2018. Meski membaik, angka itu hanya naik tipis dibandingkan APS pada tahun 2017, yakni 71,5 persen.
"Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang mengutamakan aspek pemerataan pendidikan," ujar dia.
Meskipun demikian, sejumlah komponen dalam IPM DKI Jakarta pada 2018 tercatat mengalami perbaikan.
Misalnya, umur harapan hidup warga DKI pada 2018 tercatat mencapai 72,67 tahun. Angka tersebut membaik dibandingkan pada 2017, yaitu 72,55 tahun. Komponen pengeluaran per kapita juga naik dari dari Rp17,7 juta menjadi Rp18,1 juta.
Lalu, angka harapan lama sekolah pada 2018 mencapai 12,95 tahun atau membaik dibandingkan 2017, yakni 12,86 tahun. Rata-rata lama sekolah juga meningkat dari 11,02 tahun menjadi 11,05 tahun.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Addi M Idhom