tirto.id - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berencana membeli pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (DI) yang akan digunakan untuk membantu pelaksanaan program hujan buatan.
Rencana itu sudah sampai dalam tahap penandatanganan surat pernyataan minat yang dilakukan oleh Kepala BPPT Hammam Riza dan Direktur utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro di Bandung pada hari ini.
"Sekarang ini sudah kita punya niat untuk diadakan pesawat pada tahun 2020-2021 untuk menyemai awan dengan garam supaya bisa melakukan percepatan hujan buatan," kata Hammam di Bandung, Jawa Barat, pada Senin, 30 Desember 2019, seperti dilansir Antara.
BPPT mengalokasikan anggaran Rp260 miliar untuk membeli pesawat NC212. Hammam berharap kontrak akan segera ditandatangani pada 2020 sehingga proses pengadaan pesawat terbang khusus untuk misi hujan buatan dapat dilakukan pada 2020 hingga 2021.
Sejak tahun 1993, BPPT telah mengoperasikan pesawat NC212 buatan PT DI untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan buatan. Sementara dalam rangka melaksanakan misi hujan buatan membutuhkan pesawat dengan konfigurasi hujan buatan (rain making).
Hammam mengatakan selama ini upaya BPPT terbatas menyemai awan dalam upaya menciptakan hujan buatan karena hanya memiliki satu pesawat yang sudah beroperasi sejak 1993. Sementara, Thailand memiliki 20 pesawat untuk melaksanakan program hujan buatan.
Untuk pengendalian kasus-kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sebelumnya, BPPT banyak mengandalkan pesawat dari TNI Angkatan Udara dengan status pinjaman.
Hammam menyatakan BPPT akan menjajaki dan mengkaji pesawat terbang buatan PT DI yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca.
Sementara itu, Direktur utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan pesawat NC212 dapat mengangkut banyak bahan, seperti garam untuk proses penyemaian awan, hingga 3 ton.
"Kalau saya sebagai pembuat mudah-mudahan bisa kontrak bulan depan," ujar dia.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH