tirto.id - Pemerintah Malaysia berencana membuat hujan buatan di Serawak akibat kadar polusi udara (API) sudah mencapai 402 pada Jumat (20/9/2019).
API di distrik Sri Aman mencapai 402 pada pukul 8 pagi saat penyemaian awan atau cloud seeding (proses pertama untuk membuat hujan buatan) dimulai.
The Strait Times mewartakan, jarak pandang di distrik-distrik terdampak, mulai dari Kuching hingga Sri Aman sangat pendek, yaitu maksimal 200m.
Pemerintah Malaysia telah mengerahkan drone untuk cloud seeding sembari berupaya untuk memerangi asap tebal karhutla. Hingga Jumat (20/9/2019) 2,6 ribu sekolah ditutup di Serawak dan memengaruhi kegiatan belajar mengajar lebih dari 17 siswa.
Di Kuching, pemerintah daerah mencoba membuat hujan buatan untuk meringankan asap dan memadamkan api yang terus menyala di distrik sebelah selatan.
Pesawat dikerahkan dari bandara Kuching yang siap menembakkan materi-materi yang diperlukan untuk meringankan asap.
"Kami mendapat saran untuk menggunakan drone untuk menciptakan asap buatan. Kami dapat memakai beberapa drone dalam sekali waktu dan mengerahkannya ke area, seperti Putrajaya yang sangat terdampak oleh asap," kata Tun Dr. Mahathir pada sebuah konferensi pers usai rapat Spesial Komite Kabinet Anti-Korupsi.
Ia mengimbau masyarakat Malaysia berdoa untuk hujan, menanggapi pernyataan bahwa upaya-upaya pemerintah selama ini tidak membuahkan hasil.
"Tentu saja, banyak hal telah kita lakukan termasuk penyemaian awan (untuk hujan buatan), mengimbau warga mengenakan masker, dan sekarang mengirim drone untuk menciptakan hujan buatan," tambahnya.
Asap yang ada di Serawak sebagian besar datang dari kebakaran hutan di Kalimantan, Indonesia. Pulau Kalimantan ditempati oleh tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Malaysia, melalui PM Mahathir Mohamad telah mengirim surat ke Indonesia dan menawarkan bantuan, tetapi, hingga kini Indonesia belum memberikan tanggapan.
Selain itu, Malaysia juga telah meminta negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam Association of South-East Asia Nations (ASEAN) untuk bersama-sama memecahkan masalah asap karhutla dan karhutla itu sendiri.
"Saya akan adakan konferensi bersama pemimpin ASEAN untuk menyuarakan apa yang menimpa kami dan harapannya ASEAN membuat mekanisme efektif untuk penyelesaian jangka panjang," kata Yeo Bee Yin, Menteri Lingkungan Hidup Malaysia, dikutip Channel News Asia.
Tiga negara terdampak asap, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura adalah anggota ASEAN. Pada 1997, ASEAN telah memiliki rancangan aksi pemberantasan asap karhutla.
Namun, Malaysia merasa bahwa rancangan tersebut tidak efektif untuk masalah jangka panjang. Di tengah upaya-upaya tersebut, pemerintah Malaysia juga menetapkan kebijakan baru bagi perusahaan yang bertanggung jawab atas karhutla.
Meski begitu, perusahaan internasional sulit dikenai hukum ini.
"Cloud seeding hanyalah sementara. Hukum di sini juga hanya akan mengenai perusahaan lokal. Yang kami perlu adalah kerja sama internasional untuk solusi jangka panjang," kata Yeo.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dhita Koesno