tirto.id - Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polri berhasil mengidentifikasi dua pengebom bunuh diri Gereja Katedral Makassar. Pelaku pertama ialah L, seorang laki-laki. Sedangkan YSF adalah istrinya.
“Sudah kami identifikasi, identik dengan sidik jari yang kami dapatkan. Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya, isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” ucap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Polda Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021).
L dan YSF, enam bulan lalu dinikahkan oleh Rizaldi. Nama terakhir ini merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terkait dengan peristiwa pengeboman katedral Our Lady of Mount Carmel, di Pulau Jolo, Filipina Selatan, tahun 2018.
Hingga hari ini Polri telah menangkap empat tersangka yaitu AS, SAS, MR, dan AA. Mereka bersama L dan YSF, termasuk kelompok kajian di Villa Mutiara, Makassar. “Masing-masing berperan memberikan peran untuk mendoktrin dan mempersiapkan rencana untuk jihad, juga membeli bahan untuk melakukan bom bunuh diri,” sambung Sigit.
Bom yang dibawa oleh L dan YSF diledakan di gerbang Katedral Makassar, Minggu (28/3), sekira pukul 10.30. Direktur Eksekutif Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia Stanislaus Riyanta Berpendapat aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar karena pelaku merasa bahwa ada momentum yang tepat yaitu saat umat Katolik sedang ibadah Minggu Palma.
"Tapi juga karena dorongan bahwa situasinya terdesak oleh aparat yang gencar melakukan penangkapan terhadap jaringan JAD Sulawesi Selatan. Maka pelaku mengambil pilihan, daripada tertangkap lebih baik melakukan aksi bunuh diri," tutur Riyanta ketika dihubungi Tirto, Senin (29/3).
Penulis: Adi Briantika
Editor: Restu Diantina Putri