tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan bahwa saat ini pihaknya belum menerima adanya laporan kerusakan bangunan atau korban jiwa akibat gempa berskala 6,1 Skala Richter yang terjadi di Barat Daya Kabupaten Garut pada Rabu, (6/4/2016) pukul 21.45 WIB.
"Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Guncangan memang cukup keras. Namun tidak merusak," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers di Jakarta, Kamis, (7/4/2016).
Masyarakat setempat, kata dia, sempat merasakan gempa susulan 4,7 SR pada Rabu malam pukul 22.00 WIB dengan pusat gempa di barat daya Garut pada kedalaman 61 kilometer.
"Delapan kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yaitu Pameungpeuk, Bungbulang, Cisompet, Caringin, Banjarwangi, Singajaya, Mekarmukti, dan Cikelet dilaporkan kondisi aman, tidak ada kerusakan bangunan," katanya.
Sutopo menyatakan bahwa jajarannya hingga saat ini terus memantau kondisi lapangan beserta dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.
"Aktivitas masyarakat pada saat ini normal, namun masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap gempa yang bisa datang mendadak. Gempa tidak dapat diprediksikan. Dapat terjadi kapan saja tanpa ada peringatan sebelumnya," ujarnya.
Sutopo memaparkan bahwa wilayah di Selatan Jawa memang rawan gempa bumi dan tsunami. Sumber ancaman gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan lempeng Eurasia. Kedua tumbukan lempeng tadi bergerak aktif rata-rata 5 - 7 centimeter per tahun ke arah Utara dan Timur Laut.
Sedangkan daerah di sepanjang jalur subduksi lainnya tidak diketahui karena terbatasnya data sehingga dikenal sebagai "seismic gap".
Dia menambahkan, ancaman gempa juga dari sesar yang ada di darat seperti sesar Lembang, Cimandiri, Opak dan lainnya.
Beberapa contoh peristiwa pelepasan energi gempa besar yang muncul di wilayah Selatan Jawa misalnya terjadi di selatan Banyuwangi pada tahun 1994 dan selatan Pangandaran tahun 2006.
"Pemda, masyarakat dan dunia usaha perlu meningkatkan latihan dan sosialisasi agar masyarakat siap menghadapi gempa dan tsunami. Bangunan harus kuat dengan kontruksi tahan gempa," pungkasnya. (ANT)