tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jutaan masyarakat Indonesia tinggal dalam kawasan rawan longsor. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta Timur pada Rabu (2/1/2019).
Sutopo menjelaskan, ada sebanyak 40,9 juta jiwa yang tersebar di 274 kabupaten kota di Indonesia, berada dalam kawasan rawan longsor dengan skala rendah hingga tinggi. Antara lain di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
"Harusnya daerah-daerah seperti itu tidak boleh untuk pemukiman. Tata ruang dan implementasinya menjadi kunci untuk mengatasi longsor," ujar Sutopo.
"Jika dibiarkan saja maka longsor menjadi bom waktu yang selalu terjadi saat musim hujan."
Menurut Sutopo, daerah pemukiman seharusnya ditempatkan di daerah yang lebih aman dengan sistem cluster di berbagai lokasi. Selain itu, penempatan daerah pemukiman juga harus berdasarkan pertimbangan analisis risiko bencana dan tata ruangan yang mendetail.
Sutopo kemudian mencontohkan longsor yang terjadi di Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Senin (31/12/2018) kemarin.
Menurut dia, longsor tersebut terjadi akibat kemiringan lereng yang mencapai 30 persen, kondisi tanah yang mudah menyerap air, kontur gembur, dan perubahan status wilayah yang semestinya diperuntukan untuk konservasi menjadi budidaya.
"Ini fenomena bencana alam, tetapi ada faktor antropogenik dalam hal ini. Di mana daerah-daerah yang harusnya menjadi kawasan konservasi, karena kemiringan lereng yang [terjalnya] 30 persen. Saat ini menjadi kawasan budidaya," ujar Sutopo lagi.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto