tirto.id - Dalam penyelesaian sengketa pers antara Livi Zheng (sebagai pengadu) dan Tirto (sebagai teradu) pada 9 September 2019, Dewan Pers menilai “serangkaian artikel teradu melanggar Pasal 1 dan 3 Kode Etik Jurnalistik karena menyajikan berita yang tidak akurat, tidak uji informasi, tidak berimbang dan menghakimi.” Sebagai lembaga penyiaran yang terikat dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, di mana Dewan Pers diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa jurnalistik, Tirto menerima penilaian Dewan Pers dan memohon maaf kepada Livi Zheng dan masyarakat. [Lihat Dokumen Risalah Penyelesaian Nomor: 74/Risalah-DP/IX/2019 di sini dan sini.]
===========
Masuk dan berhasil menang di Festival Film Internasional merupakan pencapaian tersendiri untuk setiap sineas, mulai dari sutradara Joko Anwar hingga anak muda yang baru-baru ini riuh dibicarakan: Livi Zheng.
Sutradara film Pengabdi Setan Joko Anwar adalah satu dari sedikit sutradara Indonesia yang kerap mengusung kemenangan di festival film internasional, bahkan sebelum filmnya rilis di bioskop Indonesia.
Pencapaian terakhirnya adalah keberhasilan Joko Anwar menembus Toronto International Film Festival (TIFF) atas karya terbarunya, Gundala.
Sebelum resmi tayang di layar bioskop pada 29 Agustus 2019 mendatang, film superhero besutan Joko Anwar ini berhasil menembus daftar film yang masuk kompetisi dan akan tayang pada Toronto International Film Festival pada September 2019.
Film yang diangkat dari komik buatan Harya Suraminata atau Hasmi ini akan bersaing dalam film Holywood lainnya seperti Joker yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix, Knives Out, First Love, serta Radioactive dalam memperebutkan kategori People Choice's Award.
Joko Anwar memang bukan nama asing dan baru dalam daftar sutradara mumpuni di tanah air. Melalui Pengabdi Setan, sebuah film yang di-reboot dari film pendahulu yang rilis tahun 1980, Joko Anwar berhasil mengangkat nama sineas Indonesia, terkhusus dalam bidang film horor.
Pengabdi Setan berhasil tayang dan menyabet kategori film terseram dalam ajang Popcorn Frights Film Festival 2018 di Florida, Amerika Serikat.
Tak hanya dalam satu ajang, Satan’s Slave (judul internasional film Pengabdi Setan) juga menyabet Film Terbaik dalam Overlook Film Festival, mengalahkan film sejenis seperti Hereditary, Don’t Leave Home, dan Upgrade.
Selain Gundala dan Pengabdi Setan, film Joko Anwar lain yang masuk festival film Internasional adalah A Copy of My Mind.
A Copy of My Mind, film yang dibintangi Tara Basro dan Chicco Jerikho ini masuk dalam ajang Venice Film Festival 2015 dan Toronto International Film Festival 2015.
Sutradara Indonesia di Kancah Internasional: Joko Anwar, Garin, Hingga Mouly Surya
Joko Anwar memang bukan satu-satunya sutradara yang keluar masuk dan berjaya di kancah internasional. Mouly Surya dengan filmnya, Marlina: The Murderer in Four Acts (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak) juga berhasil masuk di Directors Fortnight Festival Film Cannes 2017.
Marlina The Murderer in Four Acts juga masuk seleksi New Zealand International Film Festival dan Melbourne Film Festival serta Toronto International Film Festival.
Film yang dibintangi Marsha Timothy ini juga didistribusikan ke 18 negara, termasuk di antaranya Amerika Serikat, Kanada, negara-negara di Eropa dan Asia Tenggara.
Selain itu, Memories of My Body karya Garin Nugroho berhasil melebarkan sayapnya dalam beberapa kontes film internasional. Film ini menjadi pemenang Asia Pasific Screen Award, menjadi film terbaik dalam Festival Des 3 Continents Nantes 2018.
Selain itu, Sekala Niskala garapan Kamila Andini berhasil meraih penghargaan sebagai Film Terbaik dalam ajang Berlinale International Film Festival 2018 di Berlin.
Livi Zheng dan Oscar?
Akhir tahun 2018 lalu kembali datang informasi yang mengabarkan ada satu lagi film Indonesia yang masuk (atau didaftarkan) di festival Internasional.
Adalah film Bali: Beats of Paradise yang diklaim masuk dalam daftar kualifikasi film yang berpeluang menjadi salah satu nominasi piala Oscar 2019. Satu film dari sineas yang baru-baru ini kita dengar namanya, Livi Zheng.
Sebelumnya, Livi juga mengklaim film pertamanya Brush with Danger masuk 300 besar seleksi calon nominasi Academy Awards.
Livi Zheng juga disebut-sebut jadi produser tayangan Laksamana Cheng Ho yang dibintangi Yusril Ihza Mahendra.
Selain itu, film kedua Livi Zheng The Santri juga melibatkan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak sebagai pemain.
Bahkan Livi Zheng juga mengaku Waktu pernah launching teaser film yang diproduseri Julia Gouw di World Bank bersama Sri Mulyani.
Siapa itu Livi Zheng?
Nama asli Livi adalah Livia Notoharjono. Jejak itu kami dapatkan dari akun Facebook adiknya, Ken Wiratheda Zheng, yang mengunggahnya pada 2 Maret 2014.
Dari hasil riset tim Tirto, Ayah Livi bernama Gunawan Witjaksono atau akrab dikenal The Hok Bing, sementara ibunya bernama Lilik Juliati atau Lili The Hok Bing. Melalui akses data terbuka lainnya, kami mendapati informasi Livi kelahiran Malang, Gunawan Blitar, dan Lilik Tangerang.
Dalam Sisi Gelap Surga Livi Zheng: Koneksi Bisnis Bapaknya di Kemayoran dituliskan, ibu Livi Zheng, Lilik punya peran mencangkok masa awal karier Livi pada musim panas 2012.
Saat itu Livi, berusia 25 tahun, dikenalkan sebagai sutradara, pemeran utama, sekaligus penulis naskah film Brush with Danger. Livi disebut-sebut mengurusi ratusan kru dan pemain film yang umurnya melampaui dirinya.
Untuk memfasilitasi debut Livi, Lilik mendirikan perusahaan rumah produksi Sun and Moon Films Limited Liability Company (LLC), yang didaftarkan ke divisi korporasi sekretaris negara Washington, Amerika Serikat, pada 13 Maret 2012. Perusahaan ini bergerak di bidang hiburan, seni, and rekreasi.
Terkait hal ini, Dieqy Hasbi Widhana menulis, melalui rumah produksi Sun and Moon Films itulah nama Livi dan filmnya dipromosikan secara berlebihan hingga mengarah halusinasi.
Dalam wawancara khusus Livi Zheng dengan tim Tirto dan Asumsi.co, Livi menuturkan bahwa ia ingin menjadi sutradara karena kesukaannya terhadap bela diri.
"Karena suka bela diri. Saya suka bela diri sejak kecil dan waktu SMP saya pindah ke Beijing untuk sekolah di Shi Cha Hai Sports School. Dari sana saya terinspirasi untuk kerja di bidang perfilman," kata Livi Zheng.
Terkait film yang ia suka, Livi hanya menyatakan ia suka Bruce Lee dan Luc Besson, tanpa menyebut judul filmnya satu pun.
Terkait perilisan film barunya Bali: Beats of Paradise sejumlah pejabat pemerintahan turut ikut mempromosikannya, mulai dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kapolri Tito Karnavian, Ketua DPR Bambang Soesatyo, hingga Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Dari wawancara khusus Livi Zheng Tak Tahu Apa pun soal Film, kita bisa tahu bahwa Livi Zheng mengenal banyak sekali pejabat tinggi di pemerintahan. Namun tidak dengan sinema dan sineas Indonesia. Ketika ditanya, pernahkah Livi menonton film-film karya Joko Anwar atau Teddy Soeriaatmadja, Livi menjawab singkat: Belum.
Pertanyaan selanjutnya, bisakah Livi Zheng menyusul pencapaian Joko Anwar serta sutradara Indonesia lain di kancah internasional. Sementara ia sendiri belum menonton mana-mana saja film tanah air yang bisa masuk kualifikasi festival film internasional.
============
Hak Jawab Livi Zheng
Pada 13 September 2019, pukul 13:48, redaksi menerima surel hak jawab dari pihak Livi Zheng. Melalui kuasa hukum Abraham Simatupang & Lawyers Law Firm, diwakilkan oleh Hulman Jufri Oktario Simatupang, Livi Zheng menyatakan artikel ini "tidak konfirmasi dan tidak berimbag."
Judul dan artikel ini mengabaikan fakta karena film layar lebar yang disutradarai Livi Zheng langsung distribusikan ke bioskop baik di Amerika maupun Indonesia; tidak melalu jalur festival untuk mendapatkan distribusi.
a. Kutipan artikel: "Adalah film Bali: Beats of Paradise yang diklaim masuk dalam daftar kualifikasi film yang berpeluang menjadi salah satu nominasi piala Oscar 2019. Satu film dari sineas yang baru-baru ini kita dengar namanya, Livi Zheng.
Sebelumnya, Livi juga mengklaim film pertamanya Brush with Danger masuk 300 besar seleksi calon nominasi Academy Awards."
Bagian tersulit menembus industri film Amerika adalah mendapatkan distribusi bioskop. Setiap tahun ribuan film dibuat, tapi hanya beberapa ratus yang bisa masuk bioskop. Dan dari beberapa ratus yang masuk bioskop, tidak semua bisa memenuhi kriteria Oscar untuk berkompetisi dalam ajang bergengsi ini. Di website Oscar 323 Feature Films In Contention for 2014 Best Picture Oscar sepertinya hanya 2 film yang berhubungan dengan Indonesia yang masuk daftar itu, yaitu The Raid 2 dan karya Livi Zheng, Brush with Danger. Bisa dicek langsung di website ini:
347 Feature Films in Contention for 2018 Best Picture Oscar
Reminder list, 2014 (87th) Academy Awards
Film Livi Zheng, Brush with Danger, masuk ke dalam list Oscar 323 Feature Films In Contention for 2014 Best Picture Oscar karena mereka memenuhi persyaratan Academy Awards dan judul Brush with Danger bisa dilihat di daftar Reminder List of Productions Eligible for the 87th Academy Awards.
b. Kutipan artikel: "Bahkan Livi Zheng juga mengaku pernah launching teaser film yang diproduseri Julia Gouw di World Bank bersama Sri Mulyani."
Ini adalah fakta. Teaser Bali: Beats of Paradise diputar di World Bank Headquarter Washington DC dalam acara World Bank IMF Annual Meeting 2017 yang dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan mantan Gubernur BI Agus Martowardojo.
c. Tulisan di bawah ini tidak akurat dan mengapa dikait-kaitkan ke keluarganya?
Kutipan artikel: "Dari hasil riset tim Tirto, Ayah Livi bernama Gunawan Witjaksono atau akrab dikenal The Hok Bing, sementara ibunya bernama Lilik Juliati atau Lili The Hok Bing. Melalui akses data terbuka lainnya, kami mendapati informasi Livi kelahiran Malang, Gunawan Blitar, dan Lilik Tangerang.
Dalam Sisi Gelap Surga Livi Zheng: Koneksi Bisnis Bapaknya di Kemayoran dituliskan, ibu Livi Zheng, Lilik punya peran mencangkok masa awal karier Livi pada musim panas 2012."
Berita ini menjadi keberatan Livi Zheng dan keluarganya karena mengaitkan karya Livi Zheng dengan urusan bisnis keluarganya tanpa konfirmasi kepada keluarga Livi Zheng. Apalagi ditambah dengan bumbu kata-kata dalam judul artikel, “Sisi Gelap Surga Livi Zheng: Koneksi Bisnis Bapaknya di Kemayoran”, ini sangat merugikan Livi Zheng dan keluarganya. Dan semua ini dilakukan tanpa konfirmasi dan check & recheck terlebih dahulu. Tirto sengaja menjatuhkan reputasi dan pembunuhan karakter keluarga Livi Zheng.
d. Kutipan artikel: "Saat itu Livi, berusia 25 tahun, dikenalkan sebagai sutradara, pemeran utama, sekaligus penulis naskah film Brush with Danger. Livi disebut-sebut mengurusi ratusan kru dan pemain film yang umurnya melampaui dirinya."
Tirto beropini dan meragukan dalam berita tersebut. Kenyataannya Livi Zheng mengurusi rartusan kru dan pemain melalui film layar lebarnya yang diproduksi di Amerika.
Kutipan artikel: "Pertanyaan selanjutnya, bisakah Livi Zheng menyusul pencapaian Joko Anwar serta sutradara Indonesia lain di kancah internasional. Sementara ia sendiri belum menonton mana-mana saja film tanah air yang bisa masuk kualifikasi festival film internasional."
Sekali lagi film Livi Zheng tidak didistribusikan melalui festival, melainkan langsung didistribusikan di bioskop Amerika dan Indonesia, oleh karena itu tentunya tidak dapat diperbandingkan.
Editor: Agung DH