tirto.id - Bank Indonesia memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi RI di tahun 2021 menjadi 4,1-5,1 persen. Angka ini lebih rendah dari prediksi BI sebelumnya yang mencapai 4,3-5,3 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pemangkasan ini disebabkan karena permintaan dan konsumsi masyarakat masih tertahan. Data-data yang diamati bank sentral menunjukkan kenaikan konsumsi masih jauh di bawah perkiraan.
“Penurunan proyeksi dari apa? Karena tingkat pertumbuhan konsumsi swasta tidak setinggi yang diperkirakan,” ucap Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa (20/4/2021).
Perry menjelaskan secara keseluruhan perekonomian memang terus menunjukkan tanda perbaikan. Misalnya kenaikan harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO, bijih logam, pulp and waste paper sampai peningkatan produksi kendaraan bermotor dan besi-baja. Ada juga peningkatan ekspor hingga Maret 2021 yang ditopang oleh permintaan dari Cina.
Sejumlah stimulus juga telah digulirkan terutama bantuan sosial. Belanja barang dan belanja modal juga terus meningkat lebih tinggi dari perkiraan.
Sayangnya, perbaikan konsumsi tak cukup signifikan. Indikator ekspektasi konsumen dan penjualan eceran sampai dengan bulan Maret 2021 juga cenderung terbatas.
Penyebabnya masih terjadinya pembatasan pergerakan masyarakat di sejumlah wilayah. Hal ini menyebabkan vaksinasi yang semula dikira mampu memperbaiki kepercayaan diri masyarakat untuk melakukan konsumsi seolah-olah tak kunjung mengangkat permintaan.
“Kami lihat dengan data terbaru itu tingkat peningkatannya lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Terutama karena itu, tidak terlepas dari mobilitas masyarakat,” ucap Perry.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan