tirto.id - Tim Pakar Bidang Susu Badan Gizi Nasional (BGN), Epi Taufik, mengungkap alasan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum sepenuhnya menggunakan bahan baku lokal. Epi menyebut, hal ini disebabkan karena jumlah produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) masih jauh di bawah kebutuhan nasional.
"Sebelum MBG, kebutuhan susu Indonesia sekitar 4,7 juta ton per tahun. Dengan MBG, kebutuhan naik menjadi lebih dari 8 juta ton. Padahal produksi lokal baru sekitar satu juta ton per tahun. Jadi, kalau kita paksa 100 persen lokal, stok susu nasional langsung habis,” jelas Epi dalam keterangannya, Rabu (15/10/2025).
Pemerintah pun memutuskan untuk menetapkan komposisi awal susu MBG minimal mengandung 20 persen susu segar lokal demi mengakali kekurangan produksi susu tersebut. Akan tetapi, kata Epi, persentase itu akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya produksi nasional.
Epi memastikan kualitas susu MBG telah disusun berdasarkan standar gizi susu cair penuh (full cream milk) sesuai Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2023 sehingga anak-anak penerima program tetap memperoleh manfaat gizi optimal.
“Walau belum 100 persen menggunakan susu segar lokal, kandungan gizi susu MBG — mulai dari protein, kalsium, hingga vitamin D — dibuat setara dengan susu segar. Anak-anak tetap dapat energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan belajar,” katanya.
Meskipun baru 20 persen kandungan susu lokal, Epi yakin permintaan ini akan mendorong peningkatan signifikan pada produksi SSDN. Dia menyebut sekitar 90 persen susu segar Indonesia saat ini dihasilkan oleh peternak lokal dan skala menengah, sementara sisanya dipasok industri besar.
“Sebelum ada MBG, kebutuhan susu nasional sekitar 4,7 juta ton per tahun. Dengan adanya MBG, permintaan naik menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Ini artinya, ada ruang pertumbuhan besar bagi peternak lokal untuk mengisi pasar yang selama ini dikuasai impor,” ujar Epi.
Sejalan dengan hal itu, Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, mengatakan bahwa pemerintah telah menyusun peta jalan peningkatan produksi susu segar nasional 2025–2029.
Rencana ini disebutnya termasuk rencana impor satu juta ekor sapi perah dari negara-negara produsen seperti Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat untuk memperkuat populasi sapi perah nasional.
“Program MBG menciptakan efek domino positif. Dari peternakan, pakan, hingga industri pengolahan susu, semuanya ikut bergerak. Ini kebijakan gizi yang berdampak ekonomi luas,” katanya.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































