tirto.id - Soeharto menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Di bawahnya banyak kejahatan kemanusiaan yang terjadi, mulai dari pembantaian orang-orang yang dituduh sebagai pendukung PKI, pembantaian Santa Cruz, peristiwa Tanjung Priok, Talangsari, Petrus, dan banyak lagi yang lainnya.
Meski berkuasa lebih dari 32 tahun, Soeharto bukan satu-satunya orang yang paling lama berkuasa di sebuah negara. Ada banyak orang lain yang memimpin negara demokrasi, bukan kerajaan, yang dipimpin puluhan tahun oleh seorang presiden atau perdana menteri.
Sampai saat ini, setidaknya ada 45 penguasa yang memimpin pemerintahan dengan durasi memerintah lebih dari 20 tahun. Mereka bukan raja yang memimpin negara monarki, tapi negara demokrasi dengan pemilihan umum. Beberapa di antaranya adalah diktator yang berkuasa lebih dari 30 tahun dan kebanyakan berada di benua Afrika dan Asia. Beberapa penguasa terlama ini juga dianggap sebagai diktator, dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan dan korupsi.
Salah satu penguasa Afrika yang lama berkuasa dan berakhir tragis adalah Muammar Khadafi. Berkuasa selama 41 tahun, ia mati di tangan rakyatnya sendiri. Khadafi sendiri menjadi penguasa Libya setelah menggulingkan Raja Idris I dan mengubah sistem kerajaan menjadi demokrasi, meski kemudian ia sendiri menjadi presiden dengan kekuasaan nyaris absolut dengan berbagai tuduhan korupsi, kejahatan kemanusiaan, dan despotisme.
Tapi apakah ada presiden lain yang berkuasa lebih lama dari dia?
Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Mälikgulyýewiç Berdimuhamedow, adalah penguasa negara itu sejak 2007. Meski baru satu dekade tapi telah banyak ide eksentrik yang ia buat. Misalnya menggunakan gelar Arkadag, yang artinya pelindung Turkmenistan, mengganti nama-nama hari dengan nama penguasa dan kerabatnya, dan menghadiahi diri sendiri patung kuda raksasa di mana ia adalah penunggangnya.
Di negara ini juga tidak memiliki kebebasan pers. Setiap sekolah juga diwajibkan mempelajari buku pemimpin terdahulu Turkmenistan Saparmurat Niyazov, yang berjudul Ruhnama.
Ini tentu sesuatu yang aneh, tapi kebiasaan semacam ini nyaris bisa ditemui di berbagai penguasa negara-negara yang totaliter. Mantan pemimpin Gambia yang saat ini diasingkan, Yahya Jammeh, menjadi diktator negara itu sejak 1994 dan berakhir pada 2017. Ia menyelenggarakan program yang menculik lebih dari 1.000 warga Gambia yang dituduh sebagai dukun. Ia juga memiliki gelar “His Excellency Sheikh Professor Alhaji Dr. Yahya Abdul-Azziz Jemus Junkung Jammeh Naasiru Deen.” Jammeh juga mengaku menemukan obat untuk AIDS/HIV.
Tapi siapakah penguasa non-raja, yang tinggal di negara demokrasi, dengan durasi berkuasa paling lama? Tirto mengumpulkan beberapa nama yang telah berkuasa lebih dari tiga puluh tahun. Mereka harus memiliki akses dan jabatan resmi di pemerintahan, maka pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei tidak masuk ke dalam daftar mesti telah berkuasa sebagai pemuka agama selama lebih dari 35 tahun. Daftar ini juga memilih mereka yang masih dan sedang berkuasa, bukan yang telah meninggal atau digulingkan.
Daftar pertama penguasa non-raja yang berkuasa di negara demokrasi dengan durasi terlama adalah Nursultan Nazarbayev dari Kazakhstan. Pada mulanya ia adalah perdana menteri, lantas menjadi sekretaris negara, kemudian menjadi presiden dan jabatan akhirnya adalah penguasa bangsa. Ia memulai kekuasaannya pada 22 Maret 1984.
Saat berkuasa, Nazarbayev dituduh melakukan kekerasan dan korupsi. Pada 2002, koran oposisi Kazakhstan Respublika melaporkan tuduhan korupsi senilai $1 miliar yang dilakukan Nazarbayev yang mengakibatkan pemimpin redaksi koran itu mendapat ancaman dengan bangkai anjing di depan apartemennya.
Penguasa lain yang telah berkuasa adalah presiden Robert Mugabe dari Zimbabwe yang berkuasa di negara itu sejak 18 April 1980. Mugabe disumpah jabatan untuk ketujuh kalinya pada Agustus 2012 sebagai presiden Zimbabwe, yang membuatnya berkuasa selama lebih dari 36 tahun. Saat ini Mugabe berusia 91 tahun dan menjadi presiden dengan usia paling tua di dunia.
Pada ulang tahunnya yang ke 93, Mugabe merayakan dengan pesta senilai $2 juta. Di tengah kemiskinan, krisis ekonomi, kelaparan, dan masalah kesehatan yang menghantui sebagian besar masyarakat Zimbabwe, pesta ini tentu menjadi banyak bahan olok-olok dan dikritik oposisi. Saat ini, oposisi negara itu telah menggalang kekuatan untuk menghentikan kekuasaan Mugabe yang telah membuat Zimbabwe hancur secara ekonomi karena korupsi yang ia lakukan.
José Eduardo dos Santos adalah presiden berkuasa Angola saat ini. Ia menjabat sejak 10 September 1979 dan telah berkuasa lebih dari 37 tahun. Pada mulanya dos Santos dianggap sebagai pemimpin moderat yang membawa Anggola menjadi negara yang jatuh dalam perang saudara, menjadi negara yang relatif aman. Ia juga membawa stabilitas ekonomi dan perbaikan kualitas hidup. Namun, ia juga disebut melakukan korupsi yang luar biasa. Salah satu anaknya memiliki rekening hingga $3 miliar. IMF juga mencurigai hilangnya dana $34 miliar dari penjualan minyak negara itu yang diduga masuk ke kantong dos Santos sendiri.
Selain dos Santos, ada pula Teodoro Obiang Nguema Mbasogo presiden dari Equatorial Guinea yang berkuasa lebih dari 37 tahun. Obiang adalah penguasa yang melakukan pemberontakan militer pada 1979 atas kekuasaan pamannya Francisco Macías Nguema yang korup dan despotik. Saat, ini ia juga menjadi penguasa total atas Equatorial Guinea dengan partainya Democratic Party of Equatorial Guinea (PDGE). Obiang menurut Forbes memiliki kekayaan hingga $600 juta dan menganggap dirinya Tuhan.
Di antara semuanya, penguasa non-raja terlama di dunia adalah Paul Biya, presiden Kamerun yang berkuasa sejak 30 Juni 1975. Durasi waktu kekuasaannya merentang selama 41 tahun dan 289 hari. Ia menjadi presiden Kamerun menggantikan Ahmadou Ahidjo. Sebelumnya, Paul Biya adalah perdana menteri di bawah Ahidjo. Setahun setelah Biya berkuasa, ia mengeluarkan maklumat bahwa Ahmadou Ahidjo berusaha menggulingkan kekuasaannya dan memerintahkan ia untuk pergi dari Kamerun. Saat ini, Paul Biya merupakan salah satu dari tiga penguasa dengan durasi kekuasaan terlama di Kamerun.
Biya, dos Santos, dan Mugabe menjadi tiga orang penguasa yang dianggap sebagai representasi despot di Afrika. Dalam buku Tyrants, the World's 20 Worst Living Dictators susunan David Wallechinsky, Paul Biya dari Kamerun, Robert Mugabe dari Zimbabwe, dan Teodoro Obiang Nguema Mbasogo dari Equatorial Guinea dianggap sebagai tokoh yang menggelar pemilu hanya untuk pentas belaka, karena ketiga orang itu nyaris tidak akan meninggalkan kekuasaan mereka.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani