tirto.id - Afghanistan sedang dilanda kemelut setelah kelompok Taliban menguasai istana presiden di Kabul pada Minggu, 15 Agustus 2021. Saat negara itu dilanda konflik, Presiden Ashraf Ghani justru melarikan diri dari negara itu.
Atas kepergiannya itu, Ashraf Ghani kemudian memberikan klarifikasi di Facebook dengan mengatakan dia pergi untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota. Namun dia tidak memberitahukan keberadaannya.
Tapi langkah itu dikritik Abdullah, saingan lama Ghani sekaligus kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan. “Dia meninggalkan Afghanistan, meninggalkan negara dalam situasi sulit ini […] Tuhan harus meminta pertanggungjawabannya.”
Sebagaimana diwartakan CNN, berdasarkan sebuah video di media sosial dan data pelacakan menunjukkan kalau penerbangan untuk evakuasi sudah lepas landas, terlepas dari kekacauan di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul dan penutupan untuk penerbangan sipil.
Sementara itu, berdasarkan platform pelacakan penerbangan FlightRadar24, sebuah pesawat Turkish Airlines Boeing 777-300 meninggalkan bandara Kabul pada pukul 13:14 waktu setempat (04:44 ET) setelah menghabiskan lebih dari lima jam di darat.
Menurut Kementerian Luar Negeri Turki, penerbangan itu dilakukan oleh pemerintah negaranya, pesawat itu menampung sekitar 324 penumpang bersama dengan 12 awak. Pesawat militer AS, termasuk beberapa pesawat angkut C-17, juga sudah lepas landas dari bandara.
AP News melaporkan, kelompok Taliban bersenjata menyebar ke seluruh ibu kota dan memasuki istana presiden. Seorang juru bicara dari kelompok Taliban bernama Suhail Shaheen mengatakan, para militan akan mengadakan pembicaraan untuk membentuk “pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif.”
Ibu kota Afghanistan, Kabul, mengalami situasi yang sulit. Helikopter melintas sepanjang hari untuk mengevakuasi personel dari Kedutaan Besar AS di negara itu. Di saat yang sama, asap juga terlihat di dekat kompleks tatkala staf menghancurkan dokumen penting dan menurunkan bendera AS.
Warga Afghanistan juga dilaporkan meninggalkan negaranya karena takut Taliban akan menerapkan kembali jenis aturan brutal yang menghilangkan hak-hak perempuan. Mereka mengantre di mesin ATM untuk menarik tabungan.
Apa Itu Taliban?
Seperti dikutip BBC News, kelompok Taliban muncul pada awal tahun 1990-an di Pakistan utara setelah penarikan pasukan Soviet dari Afghanistan. Gerakan yang didominasi Pashtun ini diyakini muncul di seminari-seminari keagamaan, yang mengajarkan bentuk garis keras Islam Sunni.
Janji yang dibuat Taliban setelah berkuasa untuk daerah Pashtun yang meliputi Pakistan dan Afghanistan adalah memulihkan perdamaian dan keamanan serta menegakkan Syariah dari versi mereka sendiri atau hukum Islam. Kehadiran Taliban sempat disambut oleh sejumlah masyarakat yang muak dengan teror dan kekejaman era mujahidin.
Popularitas awal ini disebabkan keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum dan membuat jalan-jalan serta daerah-daerah di bawah kendali mereka aman untuk perdagangan berkembang.
Di sisi lain, Taliban juga memperkenalkan hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Syariah, seperti eksekusi publik terhadap pembunuh dan pezina yang dihukum, dan amputasi bagi mereka yang terbukti bersalah melakukan pencurian.
Selain itu, laki-laki diharuskan menumbuhkan janggut dan perempuan harus mengenakan burka yang menutupi seluruh tubuh. Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, dan tidak menyetujui anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah.
Atas tindakan itu, mereka dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya. Pada tahun 2001, Taliban digulingkan dari kekuasaannya di Afghanistan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat. Pada tahun 2008, kelompok tersebut memasuki pembicaraan langsung dengan AS.
Baru pada Februari 2020, kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai di Doha. Dalam perjanjian itu, AS untuk mundur dan Taliban mencegah serangannya terhadap pasukan AS.
Editor: Iswara N Raditya