tirto.id - Sekitar 14 negara sudah siap mengekspor daging ayam ke Indonesia sebagai buntut kekalahan pemerintah menghadapi gugatan Brasil di sidang World Trade Organization (WTO). Peternak ayam dalam negeri khawatir bukan main karena keran impor akan membuat pasokan daging semakin berlebih dan memukul harga jual.
“Awal tahun depan Februari 2021 Brasil mau masuk karkasnya (daging ayam potong). Kalau enggak salah di belakang ada 14 negara sudah ngantre,” ucap Wakil Sekretaris Jenderal I Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Muhlis Wahyudi kepada Tirto saat dihubungi, Selasa (27/10/2020).
Informasi ini diperoleh Muhlis dari acara rembuk nasional yang diikuti kalangan peternak dan perwakilan pemerintah. Di acara itu. Muhlis bilang Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Johni Martha dan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Syamsul Ma’arif hadir dan memberitahukan informasi itu kepada peternak. Ditambah Brasil total negara yang akan ekspor menjadi 15.
“Itu dari pihak pemerintah sendiri. Dari WTO sudah kalah. Suka enggak suka itu,” ucap Muhlis.
Muhlis bilang saat ini posisi peternak ayam sedang serba sulitnya. Pasalnya harga ayam di tingkat peternak tak kunjung membaik sejak tahun 2018 lantaran kelebihan pasokan sehingga tak terserap rumah potong ayam.
Per Oktober 2018 harga rata-rata ayam hidup di peternak sempat mencapai Rp19.000 per kg dan turun menjadi Rp17.000 per kg di Februari 2019. Maret 2019 sempat menyentuh Rp14-15.000 per kg padahal Harga Pokok Produksi (HPP) mencapai Rp19.000 per kg di 2019 bergantung harga pakan, anak ayam atau Day Old Chicken (DOC) dan sarana-prasarana peternakan lainnya.
Per 2020 keadaan tetap buruk. Harga ayam di April 2020 sempat menyentuh Rp5.000 per kg. Mei-Juni sempat naik mendekati HPP. Sayangnya per Juli 2020 kembali memburuk dan peternak merugi Rp300-500 per kg. Di bulan berikutnya kerugian semakin membengkak sampai menjadi Rp4.500-5.000 per kg di Oktober 2020.
Muhlis bilang saat ini pasokan ayam negeri sudah berlebih sebagai imbas kesalahan hitung jumlah kebutuhan impor Grand Parent Stock (GPS) tahun 2018. Setahunya jumlah yang berlebih itu di angka 780 ribu ekor tetapi belakangan angkanya mencapai 1 juta ekor. Dampak terasa di tahun 2020 dengan jumlah parent stock (PS) mencapai 67 juta ekor lebih tinggi dari usulan peternak 50 juta ekor.
Jika sampai impor daging ayam dari Brasil dan negara lain masuk, praktis peternak semakin kelimpungan. Ia pun harap-harap cemas pemerintah segera mengintervensi.
“Tolong selamatkan kami dulu agar semua bisa berputar. Revisi Permendag 7/2020 belum terasa. Harga acuan di situ harusnya Rp19-21.000 per kg,” ucap Muhlis.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali