Menuju konten utama

BCA Masih Pertimbangkan Tambah Biaya Isi Ulang E-Money

BCA menyatakan akan tetap memprioritaskan kepentingan nasabah namun tidak menutup kemungkinan membebankan biaya isi ulang e-money ke nasabah.

BCA Masih Pertimbangkan Tambah Biaya Isi Ulang E-Money
Presiden Direktur PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja didampingi Haryono Wongsonegoro dan Titiani memberikan bingkisan kepada nasabah disela perayaan Hari Pelanggan Nasional, di KCU BCA Bintaro, Jakarta, Senin (4/9/2017). ANTARA FOTO/HO/Bagus

tirto.id - Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) baru saja memutuskan tidak memungut biaya pengisian saldo uang elektronik (e-money). Namun, PT Bank Central Asia (BCA) menyatakan masih mengkaji rencana pengenaan biaya isi ulang e-money tersebut.

"Kami akan lihat, aku belum sempat rapat ya. Ya nanti kita lihat lah," kata Direktur Utama PT Bank Central Asia (TBk) Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Jahja menuturkan, pihaknya mengalokasikan dana untuk e-money BCA, Flazz, mencapai Rp80 miliar tiap tahunnya. Dana tersebut termasuk untuk pemeliharaan (maintanance) mesin EDC atau Electronic Data Capture.

Meski begitu, Jahja melanjutkan, BCA akan tetap melihat ke depan dengan memprioritaskan kepentingan nasabah namun tidak menutup kemungkinan membebankan biaya isi ulang e-money ke nasabah.

"Endapan dana kita cuma ada Rp200 miliar. Kalau spread enam persen, setahun berarti cuma Rp15 miliar, jadi Rp80 miliar kurang Rp15 miliar, kita tekor Rp65 miliar. Tapi kalau memang untuk pelayanan masyarakat kita diminta free ya kita free lah," ujar Jahja sebagaimana dikutip dari Antara.

Empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam Himbara telah memutuskan untuk tidak memungut biaya pengisian saldo e-money. Himbara akan lebih mengarahkan isi saldo melalui pemanfaatan teknologi.

Empat bank Himbara yang juga menjadi pemain dalam industri uang elektronik adalah PT. Bank Mandiri Persero Tbk, BRI, PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk dan PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk.

Kalangan industri perbankan sebelumnya mengusulkan kepada Bank Indonesia agar biaya isi saldo uang elektronik dikenakan sebesar Rp1.500 hingga Rp2.000 setiap isi saldo.

Sebelum pro-kontra wacana pengenaan biaya isi saldo uang elektronik, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan peraturan untuk biaya isi saldo uang elektronik akan terbit akhir September 2017.

Agus menjelaskan BI membolehkan perbankan memungut biaya isi saldo uang elektronik karena mempertimbangkan kebutuhan perbankan akan biaya investasi dalam membangun infrastruktur penyediaan uang elektronik, layanan teknologi, dan juga pemeliharaannya.

Baca juga: Menanti Sikap Gubernur BI Setelah Dilaporkan soal E-Money

Baca juga artikel terkait E-MONEY atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari