Menuju konten utama

Banjir Baja Impor dari Cina Bikin Pengusaha Lokal Rugi

Pengusaha lokal merasa rugi setelah impor baja ringan membanjiri Indonesia.

Banjir Baja Impor dari Cina Bikin Pengusaha Lokal Rugi
Pabrik baja milik PT Krakatau Nippon Steel Sumikin di Cilegon, Banten. ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta

tirto.id -

Banjir baja impor terutama dari Cina membuat perusahaan baja dalam negeri rugi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Besi Baja Indonesia (IISIA) Yerry Indroes mengatakan, keberadaan baja impor yang membanjiri Indonesia telah menggerus pangsa pasar industri baja lokal.
Produsen baja lokal bahkan mengeluh tak dapat pesanan baja yang cukup. Akibatnya, mesin-mesin mereka terpaksa berproduksi pada kapasitas yang tidak optimal dan membuat perusahaan sulit melakukan efisiensi.
“Kita dari utilisasi pabrik saja hanya sampai 50% -60% utilisasinya pabrik. Biasnya kalau 70% saja itu belum untung. kalau 70% fasilitas pabrik terutilisasi. Ini kita di bawah itu,” kata dia dihubungi reporter Tirto, Jumat (1/2/2019).
Tingginya beban produksi tersebut, lanjut dia, memberikan efek berantai. Efek yang pertama, tentu harga baja produksi lokal akan jadi lebih mahal lantaran permasalahan kapasitas produksi lagi.
Akibatnya, produk baja lokal jadi sulit bersaing secara harga dengan produk baja impor Cina yang harganya lebih murah.
“Jadi bahan yang diimpor pun di sini sudah bsia diproduksi. Cuma dia mengimpor dengan harga murah,” jelas Yerry.

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan juga menyatakan penjualan baja Indonesia terpukul oleh besarnya produksi baja Cina. Selain harga yang murah, efek perang dagang AS-Cina menyebabkan Cina kehilangan pasar baja di negara rivalnya. Akibatnya baja itu pun membanjiri negara-negara di ASEAN.

"Dapat dipastikan produk baja Cina mencari alternatif pasar lain salah satunya Indonesia," ucap Oke Nurwan saat dihubungi Reporter Tirto pada Jumat (1/2/2019).

Nurwan menjelaskan, tingginya volume impor baja itu memang menjadi sebab defisit neraca perdagangan yang dialami Indonesia. Tahun 2018 defisit neraca perdagangan mencapai 8,57 miliar dolar AS. Sekitar 6,45 persen dari seluruh kelompok nonmigas berasal dari baja.

Data BPS memastikan terdapat peningkatan impor besi dan baja sebanyak 28,31 persen. Dari semula 7,985 miliar dolar AS di tahun 2017 menjadi 10, 245 miliar dolar AS pada 2018.

Baca juga artikel terkait BAJA IMPOR atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah & Vincent Fabian Thomas
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH