tirto.id - Roadshow Kelas Tirto edisi Surabaya telah berhasil dilaksanakan pada 6-8 November 2024. Diawali di Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), dan berakhir di Petra Christian University (PCU), kegiatan ini didukung penuh oleh Bank Jago.
Kegiatan ini adalah bagian dari program “Jagoan Kampus” yang merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan literasi keuangan anak muda dan meningkatkan kompetensinya. Kemampuan ini diperlukan mengingat bahwa gejala kecemasan finansial (financial anxiety) dialami oleh hampir 30 persen generasi muda.
“Karena datanya, 3 dari 10 anak muda terancam mengalami yang namanya financial anxiety atau kecemasan finansial. Ini datanya kan sangat-sangat ini ya, sangat-sangat menohok, 3 dari 10, jadi 30% lebih itu mengalami financial anxiety,” ujar Edo Velandika, Consumer Business Community Manager Bank Jago, di PCU pada Jumat (8/11/2024).
Edo, yang lebih akrab disapa Dika, menjelaskan bahwa kecemasan ini lahir dari kekhawatiran anak muda yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak memiliki cukup uang (tabungan) untuk masa depan. Jika berkelanjutan, kondisi ini tentu bisa mengganggu kesehatan mental yang berujung pada depresi, dan masalah kesehatan lainnya.
Hasil riset yang ditemukan oleh Bank Jago, diamini oleh mahasiswa yang hadir pada kegiatan Kelas Tirto Surabaya. Pada tiga kampus yang berbeda, ketika ditanyakan apa masalah keuangan mereka, mayoritas mahasiswa menjawab bahwa mereka tidak memiliki uang yang cukup dan merasa kesulitan untuk menabung.
Hal ini dialami, baik oleh mereka dengan latar belakang finansial kurang mampu, hingga dari keluarga yang mampu. Salah satunya adalah Kevin, mahasiswa prodi strategic communication PCU yang bercerita kondisinya, di mana meski memiliki pendapatan dari orang tua dan investasi, tetap kesulitan menabung.
“Keresahan saya itu adalah mungkin di umur saya sekarang, beberapa income sudah ada dari orang tua, investasi juga ada, tapi kok ini ya, apa kayak mau nabung itu nggak bisa. Sulit untuk menambah nominal yang ada di tabungan,” curhat Kevin.
Dika kemudian memperkenalkan mantra untuk menjawab keresahan Kevin dan mahasiswa lainnya, sehingga dapat membangun kebiasaan keuangan yang sehat. Mantra ini dibagi dalam 4 tahap, yakni catat, pisahkan, alokasikan dan terakhir evaluasi.
Baik pengeluaran dan pemasukan yang ada saat ini dicatat, termasuk utang dan tabungan yang dimiliki. Kemudian, pisahkan alias kategorikan mana yang masuk pengeluaran rutin, variabel, tak terduga, hingga rencana pengeluaran masa depan.
Lalu, mulai alokasikan anggaran yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan atau keinginan sesuai skala prioritas. Terakhir, evaluasi apakah rasio pengeluaran dan tabungan sudah sesuai.
“Kalau dulu orang tua kita biasa catat manual dan pisahkan uang pakai amplop, sekarang ada Aplikasi Jago yang tidak hanya memudahkan kita untuk menabung dan melakukan transaksi keuangan, tetapi juga kita bisa mengalokasikan anggaran ke dalam kantong-kantong yang bisa dikreasikan hingga 60 kantong atau rekening yang masing-masing punya nomor sendiri,” tutur Dika.
Pada akhir sesi, Dika mengingatkan bahwa dalam mengelola keuangan yang terpenting bukan berapa nominal yang mesti ditabung, tetapi bagaimana mendisiplinkan diri dan membangun kebiasaan financial yang sehat.
Lebih lanjut, Bank Jago tidak hanya menghadirkan program edukasi keuangan untuk anak muda, tetapi juga Jago Digital Academy (JDA) yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi.
Dalam JDA terdapat 5 jalur kurikulum yang dapat dipilih, yakni data science, software engineering, product management, digital banking, hingga soft skills. Ketika berhasil menyelesaikan kursus yang ada, makan akan mendapatkan sertifikat, yang tentunya akan membuka jalan ke dunia kerja.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis