tirto.id - Bakar uang yang dilakukan OVO membuat Lippo Group harus rela melepaskan kepemilikan mayoritas saham di perusahan tersebut. Mochtar Riady, pendiri Lippo Group, berkata telah menjual dua pertiga kepemilikan PT Visionet Internasional.
Dominasi Lippo tergantikan oleh investor baru karena ia tak kuat lagi jorjoran menyuntik dana untuk layanan gratis, diskon, hingga cash back.
"Terus bakar uang, bagaimana kami kuat?” kata Mochtar dalam Indonesia Digital Conference 2019 di Jakarta, Kemarin (28/11/2019).
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra berkata komposisi pemegang saham kini sangat beragam. Saham milik Lippo Group, katanya, terdelusi setelah OVO melakukan fund raising.
Dalam bisnis rintisan, hal itu bisa terjadi bila investor tidak menebus penerbitan saham baru dari aksi rights issue atau private placement. Artinya, penurunan persentase kepemilikan terjadi karena bertambahnya jumlah saham total sementara Lippo tidak ikut membeli penerbitan saham baru tersebut.
Meski demikian, Karaniya berkata keputusan Lippo Group untuk tak ikut menambah kepemilikan modalnya dalam OVO adalah pilihan lumrah dari setiap investor.
Sayangnya, Karaniya tidak dapat mempublikasikan komposisi saham saat ini setelah ada pemegang saham yang kian beragam.
Hingga saat ini Lippo belum menambah porsi saham. Dengan demikian, jika ada investor baru yang menginjeksi saham pada OVO, otomatis kepemilikan Lippo terdilusi alias tergerus.
Karaniya tak menutup kemungkinan soal masuknya investor baru, termasuk kemungkinan Grab lewat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK).
"Kami memiliki rencana bisnis. Saya kira itu tidak tergantung dari pemilik modal tertentu," ujarnya. "Ini, kan, Board. Kami dari sisi manajemen merumuskan business plan lalu diajukan ke shareholder."
Soal aktivitas bakar uang, Karaniya menyebut bagian dari edukasi agar masyarakat lebih mengenal layanannya.
"Tentu dibutuhkan upaya," ujarnya. "Ini dilakukan oleh semua perusahaan di Indonesia, misalnya oleh E-commerce. Jadi semua fintech mengedukasi publik untuk mulai menggunakan layanan."
Bombardir promo oleh OVO memang tak main-main. Diluncurkan pada Maret 2017, usaha rintisan Lippo itu berhasil merebut pasar pembayaran Indonesia dan menjadi paling dominan dan mengalahkan pesaing beratnya Go-Pay (menguasai 17 persen pangsa pasar).
Bank Indonesia mencatat OVO menguasai 37 persen pangsa pasar uang elektronik. Untuk menggenjot transaksinya, Visionet menggandeng perusahaan lain seperti Tokopedia dan Grab.
Pengguna OVO meningkat 400 persen dalam setahun dengan nilai transaksi 75 kali lipat pada 2017.
Survei Morgan Stanley menyebut OVO mengungguli Go-Pay, setidaknya dalam penggunaan atau use case; 73 persen responden dalam sigi itu mengaku menggunakan OVO, sementara pengguna Go-Pay 71 persen.
Presiden Direktur Multipolar/Direktur Lippo Group Adrian Suherman berkata OVO memerlukan mitra yang dapat melengkapi visi dan misi perusahaan untuk dapat berkompetisi di pasar fintech yang semakin ketat.
“Dengan membuka peluang bagi mitra untuk mendukung OVO, kami tentu percaya OVO dapat tumbuh dan berkembang," katanya. "Komitmen kami OVO dapat meningkatkan pelayanan dengan membawa mitra baru."
Penulis: Hendra Friana
Editor: Fahri Salam