Menuju konten utama

Bagaimana Cara Mencegah Kehamilan Secara Alami

Mencegah kehamilan secara alami bisa dilakukan tanpa prosedur medis tertentu atau manipulasi hormon. 

Bagaimana Cara Mencegah Kehamilan Secara Alami
Ilustrasi Kontrasepsi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mencegah kehamilan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara natural dan non natural. Mencegah atau mengontrol kehamilan dibutuhkan oleh pasangan yang aktif secara seksual dan belum berencana memiliki keturunan.

Kontrol kehamilan secara non natural melibatkan prosedur mekanis hingga manipulasi hormon. Contoh kontrol kehamilan secara non natural adalah penggunaan pil, pemasangan alat kontrasepsi, atau suntik KB.

Di sisi lain, ada kontrol kehamilan secara natural. Mengutip Healthline, kontrol kehamilan natural adalah teknik kontrasepsi tanpa manipulasi hormon dengan obat-obatan kimia ataupun prosedur medis tertentu. Teknik kontrol kehamilan secara natural bisa dilakukan dengan cara perhitungan masa subur, pelacakan irama menstruasi, hingga pengukuran suhu tubuh basal.

Beberapa teknik kontrol kehamilan natural memang terdengar lebih rumit dibandingkan non natural. Maka dari itu, pasangan harus berkomitmen menjalankan kontrol kehamilan tersebut jika ingin metode tersebut berhasil.

Cara Mencegah Kehamilan Secara Natural

Ada sejumlah teknik yang dapat dilakukan untuk mencegah kehamilan secara natural. Setiap teknik tentu memiliki persentase keberhasilannya masing-masing. Secara umum kontrol kehamilan secara natural cukup efektif jika dilakukan dengan cara yang tepat.

Berikut beberapa cara mencegah kehamilan secara natural:

1. Penghitungan ritme masa subur

Mengitung masa subur bisa dilakukan dengan melacak periode menstruasi selama 6 hingga 12 bulan. Tujuannya adalah menghindari kegiatan seks saat masa subur atau ketika organ reproduksi sedang berovulasi.

Melansir dari WebMD metode ini disebut juga dengan metode ritme. Caranya adalah dengan melacak masa subur sesuai dengan periode menstruasi. Perlu diingat bahwa:

  • hari ke-1 hingga ke-7 adalah fase menstruasi;
  • hari ke-8 hingga ke-11 adalah fase ketika rahim menebal untuk persiapan menyambut sel telur;
  • hari ke-12 hingga ke-17 adalah fase ovulasi atau pelepasan sel telur yang biasanya terjadi pada hari ke-14;
  • hari ke 18 hingga ke-25 adalah fase dimana korpus luteum memudar jika tidak terjadi pembuahan;
  • hari ke-26 hingga ke-28 adalah fase pelepasan lapisan rahim yang mengarah pada menstruasi.

Masa subur yang harus dihindari adalah pada fase ovulasi atau hari ke-12 hingga ke-17 setelah dalam periode menstruasi. Pengitungan masa subur tersebut bisa dilakukan dengan rumus berikut:

  • Kurangi 18 dari jumlah hari dalam siklus menstruasi terpendek.
  • Hitung berapa hari setelah menstruasi dimulai. Hari tersebut yang akan menjadi hari pertama masa subur.
  • Kurangi 11 dari jumlah hari dalam siklus mentruasi terpanjang.
  • Hitung berapa hari sejak awal menstruasi. Hari tersebut akan menjadi masa subur terakhir.

Jika masa subur pertama dan masa subur terakhir sudah terlacak, hindari aktivitas seks pada hari-hari tersebut. Sayangnya, cara ini tidak disarankan bagi wanita yang mengalami menstruasi tidak teratur.

Menurut WebMD cara ini diklaim masih memiliki peluang kehamilan sebesar 24 persen. Persentase yang lebih tinggi jika dibandingkan penggunaan kondom dengan kemungkinan hamil hanya 18 persen atau pil KB sebesar 9 persen.

2. Metode Penarikan

Metode penarikan adalah salah satu cara mencegah kehamilan secara aami. Metode ini dilakukan dengan tujuan menghindari sperma untuk masuk ke dalam vagina.

Teknik kontrasepsi ini dilakukan dengan cara pasangan pria menarik diri sesaat sebelum melakukan ejakulasi. Menurut Dr. Vashali Clinic cara ini memiliki efektivitas untuk mencegah kehamilan sebesar 78 persen.

Sayangnya, metode penarikan hanya efektif apabila dilakukan dengan akurat dan tidak bisa mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS).

3. Metode Menyusui

Ibu menyusui memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kehamilan apabila belum mengalami menstruasi pertama sejak kehamilan.

Hal ini karena produksi hormon prolaktin yang dipicu oleh produksi ASI selama masa menyusui. Hormon ini bersifat menghambat periode menstruasi dan ovulasi, yang artinya tidak ada kehamilan.

Sehingga cara ini termasuk ke dalam metode kontrasepsi alami. Menurut Dr. Vashali Clinic metode ini disebut dengan metode amenore laktasi (MAL).

Ibu yang selalu menyusui setelah melahirkan biasanya tidak akan mendapat menstruasi kembali sebelum menyusui selesai. Masa ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua bulan. Namun, ibu yang mengombinasikan ASI dengan susu botol botol justru akan mengalami menstruasi lebih cepat, yaitu tidak lebih dari dua bulan.

Cara ini memiliki efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan, yaitu 98 persen. Sayangnya, cara ini hanya bisa dimanfaatkan selama tidak lebih dari 2 bulan.

4. Pengukuran Suhu Tubuh Basal

Wanita yang sedang mengalami masa subur atau masuk di periode ovulasi biasanya akan mengalami peningkatan suhu sebesar 0.5° hingga 1° Celcius. Pasangan bisa menghindari berhubungan seks ketika terjadi kondisi ini.

Menurut Cleveland Clinic kondisi normal suhu tubuh berkisar antara 36° hingga 36,3° Celcius. Namun, ketika memasuki masa ovulasi suhu tubuh wanita bisa meningkat menjadi 36,5° hingga 37° Celcius.

Pengukuran suhu tubuh harus diiringi dengan pencatatan rutin masa subur atau kalender menstruasi untuk meningkatkan efektivitasnya. Selain itu, wanita juga bisa memperhatikan gejala lain seperti nyeri payudara, sakit punggung, atau perut kembung yang umum terjadi selama masa ovulasi.

5. Melacak Masa Subur Menggunakan Aplikasi

Kabar baiknya, teknologi yang berkembang saat ini sudah bisa dimanfaatkan untuk melacak periode menstruasi dan masa subur. Beberapa aplikasi smartphone seperti Flo, Glow, atau Clue bisa diunduh dengan mudah melalui Play Store dan App Store. Penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengetahui masa subur dan masa aman untuk berhubungan seksual.

Baca juga artikel terkait KONTRASEPSI ALAMI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora