Menuju konten utama

Aturan Pembiakan Sapi Indonesia Cemaskan Eksportir Australia

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita telah mengusulkan peraturan perdagangan baru terkait pembiakan sapi impor Australia. Peraturan itu lantas membawa kepanikan bag erksportir Australia, dan menambah buruk hubungan bilateral Indonesia dengan Australia.

Aturan Pembiakan Sapi Indonesia Cemaskan Eksportir Australia
Pekerja menurunkan muatan sapi impor dari Kapal Galloway Express Australia ke dalam truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok. Antara Foto/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Usulan peraturan perdagangan baru Indonesia soal penggunaan sapi impor Australia untuk pembiakan, mulai mendatangkan kecemasan bagi perwakilan eksportir sapi Australia. Untuk itu, perwakilan eksportir Australia pada awal pekan ini terbang ke Jakarta guna membicarakan peraturan baru yang diusulkan Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita itu.

Peraturan baru tersebut menyatakan, importir sapi hidup Indonesia harus menggunakan satu dari setiap enam sapi guna pembiakan atau pembibitan (sapi indukan). Terkait rencana ini, eksportir Australia percaya langkah itu bisa mengancam kelangsungan industri peternakan sapi dalam jangka panjang, karena Indonesia adalah salah satu pasar ekspor sapi hidup utama Australia.

Kondisi demikian dipaparkan Meat & Livestock Australia Limited (MLA), sebuah organisasi pemasaran, riset, dan pengembangan industri daging merah dan hewan ternak Australia. Sebagaimana diberitakan Antara, Selasa (25/10/2016), MLA dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa tidak ada sapi yang diekspor ke Indonesia pada September karena masih ada negosiasi seputar aturan pembiakan

Sementara itu Ketua Dewan Eksportir Ternak Australia Simon Crean telah bertemu dengan Lukita dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut sebelum Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Australia bulan depan.

"Mendapat kesempatan untuk menghabiskan waktu di Indonesia minggu ini telah membangkitkan keyakinan saya bahwa ekspor sapi feeder dan sapi breeder (indukan) dari Australia ke Indonesia memiliki masa depan yang berkelanjutan secara ekonomis dan saling menguntungkan," Cream mengatakan kepada Fairfax Media, Senin (24/10/2016).

Pertemuan antara Crean dan Lukita, disebutkan oleh Menteri Perdagangan Steve Ciobo, merupakan "bagian penting" dari percakapan tentang keterlibatan industri antara kedua negara.

Permasalahan aturan pembiakan ini menambah panjang deretan kontroversi yang merundung hubungan perdagangan bilateral antara Australia dan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2011, Australia menghentikan ekspor ternak hidup setelah diketahui bahwa rumah pemotongan hewan diduga melakukan penganiayaan terhadap ternak. Setelahnya, pada 2015, Indonesia secara drastis mengurangi jumlah impor sapi hidup yang jelas-jelas mengancam kehidupan eksportir Australia.

Langkan untuk memperbaiki hubungan bilateral di bidang perdagangan dengan Indonesia pun telah mulai dilakukan Australia. Pada kesempatan berbeda, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan pada Selasa bahwa ia juga akan mengunjungi Indonesia akhir pekan ini. “... [D]alam upaya untuk memajukan hubungan Australia dengan salah satu mitra ekonomi dan keamanan kami yang paling penting,” demikian paparnya.

Bishop yang juga akan mengunjungi Jakarta dan Bali pada 26-28 Oktober, mengatakan pertemuan dengan para menteri senior Indonesia akan "memajukan dialog kami tentang isu-isu strategis utama yang dihadapi kawasan itu.

"Saya akan berpartisipasi dalam Pertemuan 2+2 Menteri Luar Negeri dan Pertahanan" tahunan, bersama dengan rekan saya, Menteri Pertahanan Marise Payne, dan rekan-rekan kami di Indonesia, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu," kata Bishop dalam sebuah pernyataan.

Pertemuan 2+2 adalah forum utama untuk memajukan dialog strategis dan kerja sama dengan Indonesia. Tahun ini, jelas Bishop, Australia akan fokus memajukan kerja sama kami untuk memerangi terorisme dan kekerasan ekstremisme serta meningkatkan kerja sama maritim.

"Ini satu-satunya pertemuan tingkat menteri yang menyatukan hampir dua miliar orang yang hidup di negara-negara Samudera Hindia. Hal ini memainkan bagian penting dalam peran stabilitas dan kemakmuran wilayah kami," ujarnya.

Baca juga artikel terkait SAPI IMPOR atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari