Menuju konten utama

Astronom Temukan Air di Planet Luar Tata Surya & Berpotensi Dihuni

Untuk pertama kali, astronom menemukan air di sebuah planet asing di luar tata surya.

Astronom Temukan Air di Planet Luar Tata Surya & Berpotensi Dihuni
Planet-planet tata surya. Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Galaksi, nebula, bintang. Format lebar. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Para astronom, untuk pertama kalinya, menemukan air di atmosfer sebuah planet asing yang mengorbit di dalam zona layak huni, demikian sebagaimana diwartakan BBC. Planet yang disebut K2-18b ini menjadi kandidat planet yang mungkin memiliki penghuni.

Dalam 10 tahun, teleskop ruang angkasa baru mungkin dapat menentukan apakah atmosfer K2-18b mengandung gas yang dapat diproduksi organisme hidup. Penemuan ini diterbitkan jurnal ilmiah Nature Astronomy.

Ilmuwan terkemuka, Prof Giovanna Tinetti dari University College London (UCL) menggambarkan penemuan itu sangat "mind blowing".

"Ini adalah pertama kalinya kami mendeteksi air di sebuah planet di zona layak huni di sekitar bintang yang suhunya berpotensi cocok dengan keberadaan kehidupan," katanya.

Zona layak huni adalah wilayah di sekitar bintang di mana suhu cukup "ramah" bagi air untuk tetap dalam bentuk cair di permukaan planet.

K2-18b berjarak 111 tahun cahaya (sekitar 650 juta juta mil) dari Bumi, terlalu jauh untuk diselidiki. Satu-satunya pilihan untuk menyelidikinya adalah menunggu generasi teleskop ruang angkasa yang akan diluncurkan pada 2020 dan untuk mencari gas di atmosfer planet yang hanya dapat diproduksi oleh organisme hidup, menurut Dr Ingo Waldmann dari UCL.

"Ini adalah salah satu pertanyaan terbesar dalam sains dan kami selalu bertanya-tanya apakah kami sendirian di Semesta. Dalam 10 tahun ke depan, kita akan tahu apakah ada bahan kimia yang disebabkan oleh kehidupan di atmosfer itu," kata Dr Waldmann.

Tim di balik penemuan ini mengamati planet-planet yang ditemukan oleh Hubble Space Telescope antara 2016 dan 2017. Para peneliti menentukan beberapa bahan kimia di atmosfer mereka dengan mempelajari perubahan pada cahaya bintang ketika planet-planet mengorbit matahari mereka.

Hanya K2-18b yang mengungkapkan tanda molekul air, yang merupakan unsur penting bagi kehidupan di Bumi. Pemodelan komputer dari data menunjukkan hingga 50 persen atmosfernya bisa berupa air.

Planet baru ini berukuran dua kali lebih besar dari ukuran Bumi dan memiliki suhu yang cukup dingin untuk menjaga air tetap cari, antara nol dan 40 derajat Celcius.

Dr Angelos Tsiaras, anggota tim UCL, mengatakan menemukan air di atmosfer planet di luar tata surya yang berpotensi dihuni adalah "sangat menarik". "Ini membawa kita lebih dekat untuk menjawab pertanyaan mendasar: Apakah Bumi unik?" ujarnya.

National Geographic mewartakan, penemuan ini, yang diungkap minggu ini dalam dua studi independen, berasal dari pengamatan bertahun-tahun terhadap planet luar tata surya, K2-18b. Ditemukan pada 2015 oleh pesawat ruang angkasa NASA Kepler, K2-18b sangat berbeda dengan Bumi. Ukurannya delapan kali lebih besar dari massa Bumi, yang berarti seperti Neptunus atau planet berbatu dengan atmosfer tebal, kaya hidrogen.

Orbit K2-18b juga membawanya tujuh kali lebih dekat ke bintangnya daripada Bumi sampai ke matahari. Tetapi karena melingkari jenis bintang merah redup yang dikenal sebagai kurcaci M, orbitnya menempatkannya di zona berpotensi layak huni.

Fakta bahwa para peneliti telah mendeteksi air pada planet jenis ini, memunculkan harapan untuk menemukan dunia yang dapat dihuni di luar tata surya.

"Ini adalah satu-satunya planet saat ini yang kita tahu di luar tata surya yang memiliki suhu yang tepat untuk menjaga air, memiliki atmosfer, dan memiliki air di dalamnya - menjadikan planet ini kandidat terbaik untuk planet layak huni yang kita ketahui sekarang," ujar astronom University College London (UCL), Angelos Tsiaras, salah satu penulis dari dua studi.

Baca juga artikel terkait PLANET atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH