tirto.id - Arab Saudi berencana mendeportasi 250 pengungsi Rohingya ke Bangladesh. Selama ini Arab Saudi menjadi rumah bagi hampir 300.000 pengungsi Rohingya, etnis minoritas di Myanmar.
Dilansir Al Jazeera, Nay San Lwin, koordinator kampanye Free Rohingya Coalition, mendesak pemerintah untuk menghentikan deportasi karena akan menambah jumlah pengungsi Rohingya yang dijebloskan ke penjara begitu tiba di Bangladesh.
“Mayoritas pengungsi Rohingya memiliki izin tinggal dan bisa menetap secara legal di Arab Saudi,” katanya dikutip Al Jazeera.
“Tapi para tahanan di pusat penahanan Shumaisi [di Jeddah], tidak diperlakukan seperti teman-teman Rohingya yang lain. Sebaliknya, mereka diperlakukan seperti kriminal,” lanjutnya.
Lebih lanjut Nay San Lwin menampilkan sebuah video yang memperlihatkan pengunsi Rohingya, yang siap berangkat ke bandara Internasional Jeddah untuk penerbangan langsung ke Dhaka.
Pengungsi Rohingya memasuki Arab Saudi setelah mendapatkan paspor Pakistan, Bangladesh, India, atau Nepal melalui penyelundupan via dokumen palsu. Arab Saudi mulai menghentikan izin tinggal bagi pengungsi Rohingya setelah tahun 2011.
“Ada lebih dari satu juta Muslim Rohingya di kamp-kamp di Bangladesh. Kami tahu bahwa Pemerintah Saudi dan Bangladesh bertindak sesuai hukum mereka. Tapi, sebagai orang yang persekusi, mereka [pengungsi Rohingya], seharusnya tidak dipersekusi lagi ketika mereka sedang mencari keamanan,” kata Nay San Lwin melansir TRT World.
Beberapa tahanan di Shumaisi, Jedaah berkata mereka telah hidup di Arab Saudi untuk waktu yang lama dan mendapatkan fasilitas yang baik sampai polisi menemukan mereka tidak memiliki kartu identitas.
Dianggap sebagai “Minoritas paling dianiaya”, sekitar satu juta pengungsi lari ke Bangladesh di akhir tahun 2017 ketika tentara Myanmar memunculkan kampanye brutal melawan mereka.
PBB menuduh tentara dan umat Buddha setempat membantai keluarga, membakar desa-desa Rohingya dan melakukan pemerkosaan massal. Namun, Myanmar membantah hal tersebut dan menyangkal mereka hanya melawan pemberontak bersenjata.
Meskipun begitu, di Bangladesh sendiri, para pengungsi Rohingya ditempatkan di kamp yang yang sempit tanpa sanitasi. Mereka pun mengaku takut jika dipulangkan paksa ke Myanmar tanpa adanya jaminan kewarganegaraan, akses kesehatan, dan kebebasan hidup.
Editor: Agung DH