tirto.id - Konflik sosial nyaris sulit dihindari dalam kehidupan bermasyarakat. Selain disebabkan oleh latar belakang yang berbeda, setiap individu juga mempunyai kepentingan masing-masing, baik itu kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya.
Agar semuanya berjalan teratur, maka dibutuhkan aturan-aturan guna mencapai tujuan bersama. Namun seiring perkembangan zaman, interaksi sosial yang berjalan teratur dapat berubah sehingga terjadi konflik sosial. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai konflik sosial.
Pengertian Konflik Sosial
Sebagaimana tertuang dalam Mata Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas (SMA) (2016:6) oleh Susvi Tantoro, seorang sosiolog fungsionalis Jerman, Georg Simmel mencoba mendekati teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat mendasar, berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat.
Dalam karya berjudul “Conflict and The Web of Group-Affiliations”, Simmel memandang konflik sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat karena konflik berfungsi untuk mengatasi ketegangan antara hal-hal yang bertentangan dan mencapai kedamaian.
Namun menurut Karl Marx, “sejarah semua masyarakat hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas”. Marx mengkritik masyarakat kapitalis dan membaginya dalam dua pembagian kelas, yaitu kelas atas atau kelas yang berkuasa atau pemilik modal (borjuis) dan kelas bawah atau kelas buruh (proletar). Hal inilah yang menjadi definisi dan penyebab semua konflik sosial.
Faktor Penyebab Konflik Sosial
Menurut Budi Rahayu dalam Sosiologi Paket C - Setara SMA/MA kelas XI (2018:7), faktor-faktor penyebab konflik sosial adalah:
- Perbedaan antar individu, misalnya perbedaan pendapat atau perasaan. Hal ini dapat menimbulkan konflik. Misalnya perbedaan antara karakter adik yang pendiam dengan kakak yang temperamental.
- Perbedaan kepentingan seperti kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Misalnya terjadinya konflik antar partai politik menjelang pemilu.
- Perbedaan kebudayaan kepribadian seseorang diwarnai kebudayaan kelompoknya. Seperti pola pikir dapat menyebabkan terjadinya konflik. Misalnya perbedaan pendapat tentang ”budaya barat” antara orang tua dengan anak .
- Perubahan sosial yang berlangsung cepat akan mengubah nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini akan menyebabkan munculnya kelompok-kelompok yang berbeda pendirian. Misalnya reformasi sebagian masyarakat ada yang bisa menerima dan ada yang belum siap menerima perubahan.
Akar Konflik
Sebagaimana tertuang dalam buku Mata Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas (SMA) (2016:9) oleh Susvi Tantoro, setidaknya ada tiga hal yang menjadi akar konflik.
- Watak psikologis manusia yang merupakan dasar sentimen dan ide yang membangun hubungan sosial di antara berbagai kelompok manusia (keluarga, suku, dan lainnya)
- Fenomena politik, yaitu berhubungan dengan perjuangan memperebutkan kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan imperium, dinasti, maupun negara.
- Fenomena ekonomi, yaitu fenomena yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, baik pada tingkat individu, keluarga, masyarakat maupun negara.
Editor: Alexander Haryanto