tirto.id - Baca juga artikel sebelumnya: Menyebalkan, tapi "Kena Mental" Terkadang Tak Bisa Dihindari
Sama seperti bagaimana kita bisa “berdamai”, mengatur stres, dan menjadikannya berdampak positif, “kena mental” atau mental breakdown juga bisa memberi manfaat.
Ketika seseorang telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk berfungsi dengan cara tertentu, apa yang dimulai sebagai breakdown atau gangguan akan berubah menjadi terobosan. Dengan catatan, jika mereka bertemu dengan seseorang yang terlatih secara psikoanalisis atau psikoterapi.
Mental breakdown yang dikelola dengan baik dapat memberikan kesempatan kepada seseorang untuk benar-benar memahami apa yang salah.
Jennifer Branstetter, LCSW, LISW-S, psikoterapis dan pemilik Branstetter Counseling di Ohio, dalam laman Midwest Psychotherapy membagikan lima manfaat mental breakdown.
Titik terendahmu adalah panggilan untuk kembali sadar. Karena setiap hari sibuk, kamu pun tanpa sadar sudah mulai bereaksi berlebihan terhadap stres. Mulai mudah tersinggung, membentak pasangan atau anak-anak, dan berpikir bahwa ini hanya hari yang buruk.
Atau bahkan kamu sudah mulai mengalami kesulitan tidur, sulit berpikir, atau kehilangan nafsu makan. Gangguan parah ini ternyata bisa menyadarkan betapa buruknya perasaanmu.
Saatnya sadar, jangan remehkan kekuatan tubuhmu untuk berteriak bahwa ada sesuatu yang salah!
Kamu juga bisa merasakan sakit punggung, sakit kepala, kelelahan, atau bahkan masalah kesehatan yang lebih serius. Terkadang kamu harus mencapai titik terendah untuk menyadari bahwa kamu sedang berada di titik krisis.
Gangguan yang terjadi membuat orang lain tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Orang di sekitarmu, idealnya, bisa menyadari sesuatu yang janggal atau apa yang terjadi denganmu.
Manfaat positifnya, respons seperti inilah yang bisa membuat orang sekitarnya lebih sadar akan perubahannya, dan bisa membantu dia mengatasinya.
Ketika kamu sudah merasa seburuk itu dan menyadarinya saatnya mengambil tindakan atau membuat perubahan besar, ini adalah waktu tepat untuk memulai pemecahan masalah.
Pikirkan solusinya. Apakah ini berarti perubahan pekerjaan? Saatnya menambah pengasuh untuk anak-anak? Atau berkomitmen pada rutinitas perawatan diri yang dulunya tampak tidak penting, tapi sekarang penting?
Lihatlah segala sesuatu yang membuatmu kewalahan. Tulislah, tentukan apa yang ada dalam kendalimu dan apa yang tidak. Jika hal tersebut tidak berada dalam kendalimu, cari tahu bagaimana kamu bisa mengubah reaksimu terhadap pemicu stres, atau berupaya untuk memengaruhi perubahan.
Minta bantuan untuk menentukan bagaimana kamu dapat mengubah hal-hal yang berada dalam kendalimu, karena saat mengalami gangguan, kamu mungkin tidak dapat memikirkan semua kemungkinan.
Bila keluarga, teman, atau pasanganmu menyadari kamu mengalaminya, beri mereka kesempatan untuk mendekati dan membantumu. Hubunganmu dengan mereka akan menjadi semakin dalam.
Kepercayaan dibangun ketika seseorang melihatmu pada titik terendah, dan ikut bersama membantumu. Kamu juga akan terhubung secara mendalam jika berbagi perjuanganmu dengan seseorang yang pernah mengalaminya, atau yang sedang mengalaminya saat ini.
Tanpa disadari, kita mungkin pernah mengalami gangguan beberapa kali dalam hidup. Saat yang tepat untuk merenungkan kembali titik-titik krisis ini dan mencari tahu penyebabnya. Apa yang menyebabkan semua itu terjadi? Bagaimana kesamaannya?
Ketika kamu bisa melihat polanya, kamu bisa melihat dirimu secara jujur dan melihat apa yang perlu diubah dalam jangka panjang.
Mengalami “kena mental’ terasa menakutkan dan membuatmu seperti tidak berdaya. Kamu bahkan mungkin merasa frustrasi dengan dirimu sendiri karena hal itu terjadi.
Namun, bila bisa melihat manfaatnya, kamu dapat mulai menghargai, bahkan merasa bersyukur terhadap gangguan tersebut.
Dengan membiarkan perasaan itu datang, dan mengakui apa yang tubuh dan pikiranmu coba ajarkan kepadamu, kamu bisa mengambil kesempatan untuk membuat perubahan jangka panjang dalam hidupmu.
Penulis: Glenny Levina
Editor: Yemima Lintang