Menuju konten utama

Apa Itu Travel Warning Cina ke Jepang, Kapan, & Dampaknya?

Cina berlakukan travel warning kepada warganya agar tidak berpegian ke Jepang. Apa penyebab dan dampaknya?

Apa Itu Travel Warning Cina ke Jepang, Kapan, & Dampaknya?
Peserta mengikuti parade mikoshi pada acara Jak-Japan Matsuri 2024 di Plaza Parkir Timur GBK, Jakarta, Sabtu (13/9/2024). Festival budaya Jepang terbesar di Indonesia, Jak-Japan Matsuri yang mengusung tema "Menjelajahi Jepang" itu digelar pada 14-15 September 2024. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/Spt.

tirto.id - Pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, memicu imbauan dari Cina agar warga negaranya menghindari perjalanan ke Negeri Matahari Terbit atau travel warning. Imbauan ini dikeluarkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Cina pada Jumat (14/11/2025).

Pemberlakuan travel warning dikeluarkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Cina menanggapi pernyataan Takaichi ihwal Taiwan yang dianggap Beijing bernada provokatif. Beijing menyebut, pernyataan itu merusak suasana interaksi masyarakat antarnegara dan dikhawatirkan menimbulkan risiko signifikan terhadap keselamatan warga negara Cina.

“Sejak awal tahun ini, Jepang telah mengalami gejolak sosial, dengan lonjakan kejahatan terhadap warga negara Cina, termasuk beberapa serangan terhadap warga negara Cina di Jepang,” tulis rilis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, pada Jumat.

“Beberapa kasus ini masih belum terpecahkan, dan lingkungan keamanan bagi warga negara Tiongkok di Jepang terus memburuk,” lanjutnya.

Selain meminta warganya yang hendak bepergian ke Jepang untuk menghindarinya, Beijing juga mengimbau warga Cina yang masih atau terlanjur sudah berada di Jepang untuk memantau situasi keamanan setempat, meningkatkan kewaspadaan, serta memperkuat perlindungan diri.

“Jika terjadi keadaan darurat, segera hubungi polisi dan hubungi Kedutaan Besar atau Konsulat Tiongkok di Jepang untuk mendapatkan bantuan,” tulis Kebudayaan dan Pariwisata Cina dalam rilisnya itu.

Penyebab Travel Warning Cina ke Jepang & Dampaknya

Adanya travel warning dari Cina ke Negeri Matahari Terbit dipicu pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, pada Jumat (7/11/2025). Kepada anggota parlemen, Takaichi membuat pernyataan yang ditafsirkan bahwa serangan Cina terhadap Taiwan –yang mengancam kelangsungan Jepang– dapat memicu respons militer.

Dalam hal ini, jarak antara Jepang dan Taiwan memang cukup dekat, yakni sekitar 96 kilometer..

"Jika kapal perang digunakan dan blokade laut melibatkan penggunaan kekuatan, saya yakin itu, dari sudut pandang apa pun, akan menjadi 'situasi yang mengancam kelangsungan hidup' bagi Jepang," ujar Takaichi, dikutip dari Japan Times, Selasa (11/11/2025).

Ucapan Takaichi ini membuat Cina berang. Konsul Jenderal Cina di Osaka, Xue Jian, bahkan berkomentar bahwa diirinya mengancam akan memenggal kepala Takaichi melalui akun X-nya.

“Kepala kotor yang menancap di dalamnya harus dipenggal,” kata Xue Jian dalam unggahan yang telah dihapus.

Sekretaris kabinet Jepang Minoru Kihara mengatakan pada Senin (10/11/2025) bahwa pernyataan Xue tidak pantas. Jepang mengajukan protes kepada Cina, sedangkan Beijing juga mengajukan keberatan atas pernyataan Takaichi.

Takaichi sendiri menolak untuk menarik kembali ucapannya. Namun, Takaichi menyatakan bahwa dirinya akan lebih berhati-hati dalam memberi pernyataan.

“Sebagai bahan refleksi, saya akan berhati-hati dalam menjelaskan skenario spesifik di forum ini ke depannya," ujarnya kepada para anggota parlemen, Senin (10/11/2025) dikutip dari Japan Times.

Imbas lain dari pernyataan tersebut, Beijing memanggil Duta Besar Jepang untuk Cina, Kanasugi Kenji. Pemanggilan itu dilakukan agar Jepang dapat memberikan klarifikasi.

Sementara itu, pada Jumat (14/11/2025), Menteri Luar Negeri Jepang Motegi Toshimitsu mengatakan bahwa Kanasugi telah menjelaskan kembali kepada Cina terkait maksud ucapan Takaichi dan menolak protes dari Beijing.

Motegi, seperti dikutip dari NHK, mengatakan, pernyataan Takaichi tersebut tidak melanggar hukum internasional dan tidak perlu dicabut. Jepang menjelaskan bahwa pernyataan Takaichi tidak menyimpang dari posisi Jepang terkait Taiwan, yang tidak berubah dari apa yang dinyatakan dalam Komunike Bersama Jepang-Cina tahun 1972.

Tokyo berupaya meredakan ketegangan ini. Dikutip dari Guardian pada Senin (17/11/2025), pejabat kementerian luar negeri Jepang yang bertanggung jawab atas urusan Asia dan Oseania, Masaaki Kanai, dikabarkan akan bertemu mitranya dari Cina, Liu Jinsong, pada Selasa (18/11/2025).

Kanai disebut akan menjelaskan bahwa kebijakan keamanan Jepang tidak berubah dan mendesak Cina untuk menahan diri dari tindakan yang merusak hubungan.

"Kami telah mengajukan permintaan tegas kepada pihak Cina untuk mengambil langkah-langkah yang tepat," ujarnya dikutip dari Reuters, Senin (17/11/2025).

Terlepas dari hal tersebut, menegangnya hubungan Cina dan Jepang yang memicu travel warning, sudah mulai berdampak dalam perdagangan pada Senin.

Disebutkan Guardian, saham perusahaan kosmetik Jepang Shiseido terkoreksi turun 9 persen, saham grup department store Takashimaya turun lebih dari 5 persen, dan saham Fast Retailing – pemilik merek pakaian Uniqlo – turun lebih dari 4 persen.

Guardian menyebutkan, Cina merupakan sumber pariwisata terbesar bagi Jepang. Wisatawan Cina biasa menghabiskan banyak uang untuk kosmetik, pakaian, dan barang elektronik konsumen.

Sektor pariwisata juga diperkirakan sangat terdampak. Pasalnya, wisatawan dari Cina mencapai sekitar 24 persen dari seluruh wisatawan yang berkunjung ke Jepang pada bulan September. Jumlah ini jadi terbanyak kedua setelah dari Korea Selatan, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Yantina Debora