tirto.id - Puisi Rakyat merupakan jenis puisi tradisional yang terikat dengan ketentuan-ketentuan atau aturan tertentu.
Lantaran puisi rakyat terdiri dari beberapa jenis, maka aturan (ciri-cirinya) pun berbeda satu sama lain.
Klasifikasi puisi rakyat dengan puisi modern ini sebenarnya dibedakan atas adanya aturan atau tidaknya.
Puisi rakyat memang mempunyai aturan tertentu, mulai dari suku kata, baris, bunyi, rima, dan lain-lain. Sementara, puisi modern lebih bebas dari itu.
Menurut catatan di situs Ditpsmp Kemdikbud, puisi rakyat kadang disapa puisi lama. Sementara itu, bentuk-bentuknya dibagi atas pantun, gurindam, hingga mantra.
Lantas, apa saja tujuan dan ciri-ciri puisi rakyat tersebut?
Tujuan Puisi Rakyat
Sebagai karya sastra lisan maupun tulis yang hidup di masyarakat tradisional, puisi rakyat mengandung pengetahuan-pengetahuan tertentu.
Sementara, suatu olahan kata yang disusun teratur bertujuan untuk memberikan kesan estetik pada karya tersebut.
Berdasarkan ungkapan Rakhma Subarna dalam Bahasa Indonesia Kelas VII (2021, hlm. 42), terdapat tujuh tujuan dari pembuatan puisi rakyat.
Berikut ini tujuan tersebut beserta dengan penjelasannya.
1. Menghibur
Ditulis atau disampaikan untuk menghibur seseorang atau kelompok tertentu.
2. Memberi Nasehat
Berisi petuah atau pesan moral mengenai aturan hidup yang baik dan benar.
3. Memberi Isyarat
Menyajikan isyarat-isyarat atau sindiran tertentu, misalnya untuk memulai doa atau permainan.
4. Mengajak
Berisi ajakan kepada seseorang atau suatu kelompok tertentu lewat sastra.
5. Melarang
Berisi anjuran untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang merugikan orang lain atau diri sendiri.
6. Media Perenungan
Berisi petuah ilhamiah agar seseorang bisa merenungi kesalahannya dalam hidup.
7. Protes Sosial
Berisi fakta kehidupan yang kurang memuaskan.
Ciri-ciri dan Contoh Puisi Rakyat
Puisi rakyat mempunyai ciri-ciri yang berbeda berdasarkan jenisnya. Sementara itu, jenis-jenis puisi rakyat ini dibedakan atas pantun, gurindam, dan mantra.
Hal paling mencolok dari ciri-cirinya adalah nama penulis yang bersifat anonim. Namun, ada juga beberapa kasus penulis yang mencantumkan nama ketika membuat puisi rakyat.
Berikut ini ciri-ciri dan contoh puisi rakyat dari ketiga jenisnya.
1. Pantun
- Terdiri dari empat baris setiap baitnya
- Ada 8 sampai 12 kosa kata setiap barisnya
- Baris 1 dan 2 adalah sampiran
- Baris 3 dan 4 adalah isi
- Berbunyi atau berima a-b-a-b
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
2. Gurindam
- Terdiri dari 2 baris setiap bait
- Satu baris ada 8
- 14 suku kata
- Baris pertama syarat, baris kedua jawabannya
- Baris pertama dan kedua menunjukkan sebab-akibat
- Bunyi atau rimanya a-a
Barangsiapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat
(Pasal 12 dalam Gurindam 12 Karya Raja Ali Haji)
3. Mantra
- Berisi rangkaian kata yang berirama
- Lekat dengan kekuatan gaib dan diujar demi keperluan tertentu
- Berisi rayuan atau perintah
- Bunyi sangat diperhatikan
Mari, ruh, ke mari!
Mari, semangat, ke mari
Mari, kecil, ke mari
Mari burung, ke mari
Mari halus, ke mari
Jangan engkau berkecil hati
Jangan engkau berkecil rasa
Jangan engkau mengambil salah
Jangan engkau mengambil silih
Aku duduk pujamu
Aku duduk helamu
Aku duduk serumu
Aku duduk lambaimu
(Mantra, Syair, dan Pantun di Tengah Kehidupan Modern, Korrie Layun Rampan, 2014)
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno