Menuju konten utama
Bahasa Indonesia

Apa Itu Kalimat Majemuk Bertingkat, Contoh, dan Ciri-Cirinya?

Kalimat majemuk bertingkat merupakan salah satu jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Simak pengertian, ciri, jenis, dan contoh kalimat majemuk bertingkat.

Apa Itu Kalimat Majemuk Bertingkat, Contoh, dan Ciri-Cirinya?
Ilustrasi buku. Salah satu kalimat yang pasti terdapat dalam buku adalah kalimat majemuk bertingkat. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kalimat majemuk bertingkat merupakan salah satu jenis kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia, selain kalimat majemuk setara. Perbedaan kalimat setara dan bertingkat terletak pada hubungan antara klausanya.

Pada kalimat majemuk setara, klausanya memiliki kedudukan yang sejajar atau setara, sehingga masing-masing klausa dapat berdiri sendiri sebagai kalimat utuh. Sementara itu, pada kalimat majemuk bertingkat, salah satu klausa berfungsi sebagai induk kalimat, sedangkan klausa lainnya menjadi anak kalimat yang tidak bisa berdiri sendiri.

Kalimat majemuk bertingkat sering digunakan dalam komunikasi lisan maupun tulisan, tapi biasanya terdapat di dalam teks sebuah paragraf. Selengkapnya, apa yang dimaksud dengan kalimat majemuk bertingkat, ciri-ciri, dan jenisnya.

Apa Itu Kalimat Majemuk Bertingkat?

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih klausa. Adapun kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari satu kalimat tunggal yang diperluas sehingga membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru.

Menurut Ismail Kusmayadi dalam Think Smart Bahasa Indonesia (2006), kalimat ini memiliki hubungan antara klausa yang tidak sederajat. Di sinilah makna bertingkat berperan.

Sementara itu, Asul Wiyanto dkk dalam Mampu Berbahasa Indonesia SMP dan MTs Kelas IX menyebutkan, kalimat majemuk bertingkat disebut juga subordinasi karena hubungan antarklausanya tidak sederajat. Salah satu klausa menjadi bagian dari klausa yang lain, atau menduduki fungsi tertentu bagi klausa lain.

Klausa yang lebih tinggi kedudukannya disebut klausa induk (induk kalimat), sedangkan klausa yang lebih rendah disebut klausa anak (anak kalimat). Klausa induk memiliki kedudukan lebih tinggi karena klausa anak berfungsi untuk melengkapi atau menjelaskannya.

Namun, sebuah klausa bisa menjadi klausa gabungan dalam kalimat majemuk setara dan bertingkat. Artinya, kalimat tersebut memiliki dua jenis hubungan sekaligus.

Contoh klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat misalnya, "Aku belajar dengan giat karena ingin lulus ujian, dan adikku sedang bermain di luar."

Hal ini dikarenakan kalimat tersebut memiliki dua jenis hubungan:

  • Hubungan bertingkat: Aku belajar dengan giat (induk) karena ingin lulus ujian (anak).
  • Hubungan setara: Aku belajar dengan giat karena ingin lulus ujian dan adikku sedang bermain di luar. (dua klausa setara)

Ciri-Ciri Kalimat Majemuk Bertingkat dan Contohnya

Berikut ini ciri dan 5 contoh kalimat majemuk bertingkat. Simak selengkapnya.

1. Memiliki Kata Bertingkat

Sebuah kalimat majemuk bertingkat dapat dikatakan demikian apabila memiliki kata bertingkat. Adapun kata bertingkat adalah kata hubung yang digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih klausa yang memiliki hubungan tidak setara.

Contoh kata hubung atau konjungsi majemuk bertingkat di antaranya "walaupun", "karena", "apabila," "jika".

2. Terdiri dari Induk Kalimat dan Anak Kalimat

Kalimat majemuk bertingkat selalu memiliki dua bagian utama. Bagian pertama yaitu induk kalimat, bagian utama dalam kalimat yang memiliki makna utuh dan dapat berdiri sendiri.

Bagian kedua yaitu anak kalimat atau bagian yang melengkapi induk kalimat dan tidak bisa berdiri sendiri tanpa induk kalimat. Contohnya, "Ibu sedang menyiapkan makan pagi ketika petugas pos datang mengantar surat."

  • Induk kalimat: "Ibu sedang menyiapkan makan pagi." (Dapat berdiri sendiri sebagai kalimat utuh.)
  • Anak kalimat: "ketika petugas pos datang mengantar surat." (Tidak bisa berdiri sendiri tanpa induk kalimat.)

3. Pola Kalimat Dapat Mengalami Perubahan Struktur

Sri Sutarni dan Sukardi dalam Bahasa Indonesia 3 Kelas XII menjelaskan bahwa pola kalimat majemuk bertingkat dapat mengalami perubahan struktur akibat perluasan salah satu atau beberapa unsurnya, seperti subjek (S), predikat (P), objek (O), atau keterangan (K).

Pola kalimat majemuk bertingkat memiliki variasi yang berbeda-beda sebagai berikut.

1. Kalimat majemuk bertingkat klausa bawahan pengganti subjek (S-P-O-K)

Contoh: Wanita yang menggenakan baju merah itu membaca puisi di panggung.

Dari kalimat di atas disimpulkan: "Wanita yang menggenakan baju merah itu" adalah S (S-P-O). "Membaca" adalah P, "Puisi" adalah O, "di panggung" adalah K (SPOK).

2. Kalimat majemuk bertingkat klausa bawahan pengganti predikat (S-P-O)

Contoh: Paimin berusaha menafsirkan setiap kata naskah resensi cerpen.

Dari kalimat di atas disimpulkan: "Paimin" adalah S, "berusaha menafsirkan setiap kata" adalah P (P-O), "naskah resensi cerpen" adalah O.

3. Kalimat majemuk bertingkat klausa bawahan pengganti objek (S-P-O-K)

Contoh: Rima membaca buku yang menceritakan petualangan Si Kancil.

Dari kalimat di atas disimpulkan: "Rima" adalah S, "membaca" adalah P, "buku yang menceritakan petualangan Si Kancil" adalah O (S-P-O).

4. Kalimat majemuk bertingkat klausa bawahan pengganti keterangan (S-P-O-K)

Contoh: Bapak sedang membaca koran ketika petugas pos datang mengantar surat.

Dari kalimat di atas disimpulkan: "Bapak" adalah S, "sedang membaca" adalah P, "koran" adalah O, "ketika petugas pos datang mengantar surat" adalah K (S-P-O).

Jenis-Jenis Kalimat Majemuk Bertingkat dan Contohnya

Kalimat majemuk bertingkat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Di bawah ini jenis serta 10 contoh kalimat majemuk bertingkat untuk masing-masingnya.

1. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Syarat

Kalimat ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat yang dihubungkan oleh konjungsi syarat, yang menyatakan bahwa suatu kondisi harus dipenuhi agar kondisi lain terjadi. Konjungsi yang digunakan antara lain apabila, jika, seandainya, asalkan. Contoh:

  • Jika hujan turun deras, kita tidak bisa pergi ke taman.
  • Seandainya dia belajar lebih giat, pasti nilainya lebih baik.
  • Asalkan kamu jujur, semua masalah bisa diselesaikan.
  • Apabila kamu datang tepat waktu, kita bisa berangkat bersama.
  • Jika tidak hati-hati, kamu bisa terpeleset di jalan yang licin.
  • Apabila kamu rajin berlatih, kamu pasti bisa menang lomba.
  • Seandainya dia mendengarkan nasihat orang tua, dia tidak akan mengalami masalah ini.
  • Asalkan kamu bersabar, hasil yang baik pasti datang.
  • Jika dia mengerjakan tugas tepat waktu, nilainya akan lebih baik.
  • Apabila cuaca cerah, kita bisa pergi piknik bersama.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Waktu

Kalimat ini menggunakan konjungsi waktu untuk menghubungkan induk dan anak kalimat, menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi. Beberapa konjungsi yang sering digunakan adalah sejak, sebelum, ketika, sesudah, sampai, saat. Contoh:

  • Sejak dia pindah ke luar kota, kami jarang bertemu.
  • Ketika bel berbunyi, siswa harus masuk ke kelas.
  • Sebelum tidur, anak-anak biasanya mendengarkan dongeng.
  • Saat hujan turun, kami bermain di teras rumah.
  • Sesudah makan, dia langsung mencuci piring.
  • Sejak aku bekerja di kota lain, kami jarang berkomunikasi.
  • Sebelum matahari terbenam, kami harus sudah pulang ke rumah.
  • Penonton bersorak dengan semangat saat pertandingan dimulai.
  • Sesudah hujan reda, anak-anak keluar bermain di halaman.
  • Ketika film dimulai, bioskop menjadi hening.

3. Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Tujuan

Kalimat ini mengungkapkan maksud atau tujuan dari suatu tindakan dengan menggunakan konjungsi agar, supaya, biar. Contoh:

  • Aku belajar giat agar bisa lulus ujian dengan nilai terbaik.
  • Dia bekerja keras supaya keluarganya hidup sejahtera.
  • Kami datang lebih awal biar tidak ketinggalan acara.
  • Ia menabung setiap bulan agar bisa membeli sepeda baru.
  • Guru menjelaskan ulang supaya siswa lebih memahami materi.
  • Aku mengikuti kursus bahasa agar lebih fasih berbicara.
  • Dia menulis buku supaya pengalamannya bisa bermanfaat bagi orang lain.
  • Kami berolahraga rutin biar tubuh tetap sehat.
  • Ia menyisihkan uang agar bisa membeli laptop baru.
  • Guru memberi tugas tambahan supaya siswa lebih terlatih.

4. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Perlawanan (Konsesif)

Kalimat majemuk bertingkat konsesif ini mengandung konjungsi yang menyatakan pertentangan antara induk dan anak kalimat, seperti walaupun, kapanpun, biarpun. Contoh:
  • Walaupun sudah larut malam, dia masih terus bekerja.
  • Biarpun cuaca panas, anak-anak tetap bermain di luar.
  • Kapanpun dia datang, aku akan tetap menyambutnya.
  • Meskipun lelah, dia tetap membantu orang tuanya.
  • Sekalipun kamu tidak setuju, keputusan ini sudah final.
  • Walaupun hujan deras, dia tetap pergi ke sekolah.
  • Meskipun sulit, aku tidak akan menyerah.
  • Biarpun gajinya kecil, dia tetap bekerja dengan semangat.
  • Hasilnya masih belum memuaskan sekalipun dia sudah berusaha.
  • Kapanpun kamu membutuhkan bantuan, aku akan selalu ada.

5. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Perbandingan

Kalimat ini menghubungkan dua klausa dengan konjungsi yang menunjukkan perbandingan, seperti ibarat, daripada, bagaikan, seperti, laksana. Contoh:

  • Wajahnya cantik seperti bulan purnama.
  • Ia lebih memilih diam daripada berdebat.
  • Semangatnya bagaikan api yang tak pernah padam.
  • Cara dia berbicara ibarat seorang motivator handal.
  • Kesabarannya laksana air yang mengalir tanpa henti.
  • Suaranya merdu seperti kicauan burung di pagi hari.
  • Lebih baik gagal mencoba daripada tidak mencoba sama sekali.
  • Senyumnya manis bagaikan gula yang larut dalam teh.
  • Ketekunannya laksana ombak yang tak pernah berhenti menghantam pantai.
  • Cara dia memimpin tim ibarat seorang jenderal di medan perang.

6. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Alat

Kalimat ini menjelaskan cara atau alat yang digunakan dalam suatu kejadian, ditandai dengan konjungsi seperti dengan atau tanpa. Contoh:

  • Dia melukis dengan kuas yang sangat halus.
  • Aku bisa menyelesaikan tugas lebih cepat dengan bantuan teman.
  • Tanpa kerja keras, kesuksesan sulit dicapai.
  • Masakan ini terasa lezat dengan tambahan bumbu rahasia.
  • Tanpa peta, kami kesulitan menemukan jalan yang benar.
  • Dia membuka pintu dengan kunci cadangan.
  • Kami berhasil menyelesaikan proyek dengan kerja sama tim yang baik.
  • Tanpa ilmu pengetahuan, kehidupan manusia akan sulit berkembang.
  • Dengan keberanian, dia menghadapi tantangan tanpa ragu.
  • Tanpa bantuan teknologi, pekerjaan ini akan lebih lambat selesai.

7. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Penjelas

Kalimat ini memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai induk kalimat dan biasanya menggunakan konjungsi bahwa. Contoh:

  • Dia berkata bahwa besok akan ada ujian mendadak.
  • Aku mendengar bahwa sekolah akan mengadakan lomba.
  • Orang tua mengingatkan bahwa disiplin adalah kunci keberhasilan.
  • Dia menjelaskan bahwa proyek ini harus selesai tepat waktu.
  • Guru memberitahu bahwa nilai ujian akan diumumkan besok.
  • Mereka mengumumkan bahwa pertandingan akan dimulai tepat waktu.
  • Dokter menjelaskan bahwa kesehatan sangat bergantung pada pola hidup.
  • Temanku memberi tahu bahwa festival akan diadakan bulan depan.
  • Dia menegaskan bahwa semua peserta harus mengikuti peraturan.
  • Kepala sekolah mengumumkan bahwa libur sekolah dimulai minggu depan.

8. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Hasil

Kalimat ini menunjukkan akibat atau hasil dari suatu kondisi dengan menggunakan konjungsi makanya. Contoh:

  • Dia sering begadang, makanya tubuhnya lemas.
  • Tidak belajar dengan baik, makanya nilainya buruk.
  • Cuaca sedang panas, makanya kami mencari tempat yang teduh.
  • Dia sering terlambat, makanya mendapat teguran dari guru.
  • Makan terlalu banyak, makanya perutnya sakit.
  • Dia tidak makan pagi, makanya dia merasa lemas.
  • Kendaraan tidak dirawat dengan baik, makanya sering mogok.
  • Udara di kota ini sangat bersih, makanya nyaman untuk ditinggali.
  • Dia tidak mendengarkan instruksi, makanya pekerjaannya berantakan.
  • Jalanan macet parah, makanya kami datang terlambat.

9. Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Hubungan Sebab Akibat

Kalimat ini menunjukkan hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan dampaknya (akibat). Lantas, apa saja kata hubung yang biasa digunakan untuk kalimat majemuk bertingkat sebab akibat?

Biasanya, kalimat majemuk sebab akibat menggunakan konjungsi seperti sehingga, sebab, karena, oleh karena itu, akibatnya, maka. Contoh:

  • Hujan turun sangat deras, sehingga jalanan di kota ini banjir.
  • Dila kurang tidur semalam, akibatnya ia merasa mengantuk sepanjang hari.
  • Pabrik membuang limbah ke sungai, sehingga airnya menjadi tercemar.
  • Andi tidak sarapan pagi tadi, maka perutnya terasa sakit saat pelajaran berlangsung.
  • Harga bahan bakar naik drastis, oleh karena itu ongkos transportasi juga ikut naik.
  • Dia sering berolahraga, karena ingin menjaga kesehatannya.
  • Lingkungan sekolah yang nyaman menyebabkan para siswa lebih fokus dalam belajar.
  • Budi terlambat datang ke sekolah, sebab ia terjebak kemacetan.
  • Banyak pohon ditebang sembarangan, akibatnya tanah menjadi longsor saat hujan turun.
  • Dia tidak membawa payung saat keluar rumah, sehingga basah kuyup saat hujan turun.

Baca juga artikel terkait KALIMAT MAJEMUK atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Nisa Hayyu Rahmia