tirto.id - Epilepsi merupakan penyakit kronis yang juga dikenal dengan sebutan ayan. Menurut Mayo Clinic, epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) ketika aktivitas otak menjadi tidak normal, sehingga menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa, sensasi, dan kadang-kadang kehilangan kesadaran.
Kejang pada penderita epilepsi sangat bervariasi. Ada yang hanya menatap kosong selama beberapa detik saat ia kejang, ada juga yang berulang kali menggerakkan tangan atau kakinya. Namun, ketika Anda mengalami kejang tunggal, bukan berarti Anda menderita epilepsi.
Menurut laman Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, kejang epilepsi yang paling menonjol adalah kejang yang kelojotan. Selain kelojotan, ciri lain dari kejang epilepsi adalah mulut berbuih dan mata melirik ke atas.
Penyebab Epilepsi
Menurut Mayo Clinic, sulit untuk mengidentifikasi penyebab epilepsi dari separuh penderita epilepsi. Namun, pada separuh penderita epilepsi lainnya, penyebab dari gangguan sistem saraf pusat ini dapat diidentifikasi seperti berikut ini:
1. Epilepsi terjadi karena ada pengaruh genetik
Salah satu penyebab epilepsi adalah faktor turunan dari keluarga atau pengaruh genetik.
Sejumlah penelitian mengaitkan beberapa jenis epilepsi terjadi pada gen tertentu. Namun, bagi kebanyakan penderita epilepsi, gen hanyalah sebagian dari penyebab epilepsi.
Penelitian itu menemukan bahwa gen tertentu membuat seseorang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang epilepsi.
2. Epilepsi terjadi karena adanya trauma kepala
Jika Anda pernah mengalami trauma kepala kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya, maka Anda bisa juga terkena epilepsi.
3. Epilepsi disebabkan oleh kelainan otak
Kelainan di otak, termasuk tumor otak atau malformasi vaskular, seperti malformasi arteriovenosa (AVMs) dan malformasi kavernosa, juga dapat menyebabkan epilepsi. Selain itu, stroke adalah salah satu penyebab utama epilepsi pada orang dewasa berusia lebih dari 35 tahun.
4. Epilepsi terjadi karena adanya infeksi
Berbagai infeksi seperti meningitis, HIV, ensefalitis virus dan beberapa infeksi parasit juga dapat menjadi penyebab epilepsi.
5. Epilepsi disebabkan oleh cedera sebelum bayi dilahirkan
Sebelum lahir, janin yang masih dalam kandungan sangat sensitif terhadap kerusakan otak. Kerusakan otak bisa ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, gizi buruk, atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak pada janin ini dapat mengakibatkan epilepsi atau cerebral palsy ketika bayi sudah dilahirkan.
6. Epilepsi terjadi karena adanya gangguan perkembangan
Epilepsi terkadang juga bisa dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme.
Cara Menangani Epilepsi
Epilepsi, menurut Mayo Clinic, dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan atau terkadang dengan menggunakan prosedur pembedahan. Penanganan dengan menggunakan obat-obatan dan pembedahan hingga saat ini dapat mengendalikan kejang pada sebagian besar penderita epilepsi.
Beberapa penderita epilepsi memerlukan pengobatan seumur hidup untuk mengendalikan kejang. Namun, bagi sebagian yang lain, kejang akhirnya akan hilang. Penderita epilepsi yang masih berusia anak-anak, beberapa di antaranya dapat mengatasi kondisi ini seiring bertambahnya usia.
Menurut dr. Vega Pratiwi, M.Sc., Sp.N, seperti dilansir dari laman Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, bagi penderita epilepsi yang masih berusia balita, ketika ia mengalami kejang dan demam, maka kondisi ini harus segera ditangani.
Namun, tidak semua kejang disertai demam akan mengalami epilepsi. Hanya 10% orang yang berisiko mengalami epilepsi. Oleh karena itu, bagi orang yang mengalami kejang demam, gangguan kesehatan ini harus segera ditangani oleh dokter agar kejang demam itu tidak berulang lagi.
Bila, kejang terjadi pada anak, maka Anda harus segera mengatasi masalah ini, karena jika dibiarkan terlalu lama dan terjadi berulang-ulang, aliran darah ke otak akan terganggu, sehingga menyebabkan otak kekurangan oksigen. Selain itu, gangguan ini juga akan berdampak pada sel-sel otak, dan pada akhirnya akan mengganggu fungsi otak.
Jika Anda menemukan orang yang mengalami kejang epilepsi di tempat umum, maka yang perlu Anda lakukan adalah mengamankan bagian kepala dengan media yang empuk, seperti bantal, atau jaket yang dilipat.
Jangan sampai Anda menahan kejangnya. Sebisa mungkin, Anda harus menemani penderita epilepsi itu hingga sadar. Apabila kejang terjadi lebih dari 2 hingga 3 menit, Anda sebaiknya segera membawa penderita epilepsi ke rumah sakit.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari