tirto.id - Separuh abad lebih sebelum ada wacana dibentuknya Komponen Cadangan (Komcad), pernah ada usulan dibentuknya Angkatan Kelima (Angkatan V). Komcad jadi berita ketika Prabowo Subianto menjabat Menteri Pertahanan. Komcad, yang sudah diperdebatkan sejak 2013, kini hendak direalisasikan anak Sumitro Djojohadikusumo itu.
Komcad bukanlah wajib militer. Seperti dilaporkan Antara, rencananya mereka yang terseleksi akan dilatih dasar militer selama tiga bulan setelah lebaran 2020. Targetnya akan ada 25 ribu tenaga untuk Komcad dari generasi milenial dengan umur antara 18 hingga 35 tahun. Tenaga Komcad ini bisa dikerahkan atas petunjuk Presiden dengan persetujuan DPR.
Sementara itu Angkatan V dalam pelajaran sejarah di Indonesia identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ini wajar belaka. Orang yang banyak berkoar soal Angkatan V adalah Ketua CC PKI, Ahmad Aidit alias Dipa Nusantara Aidit. Sebagian orang menyebut dia sebagai pengusulnya.
Tapi ada pula yang menyebut Sukarno sebagai inisiatornya, salah satunya adalah Subandrio. Dalam memoar bertajuk Kesaksianku Tentang G30S (2000: 19), dia menyatakan Sukarno adalah pemilik ide dari Angkatan V itu. Subandrio, yang kala itu adalah Wakil Perdana Menteri (Waperdam), menyebut tujuan dibentuknya Angkatan V "adalah untuk menampung bantuan senjata dari RRT. Saat itu persenjataan untuk empat angkatan (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian) dianggap sudah cukup."
Angkatan V, yang tak ubahnya seperti komponen simpanan atau cadangan, diusulkan bersamaan dengan Konfrontasi Dwikora Ganyang Malaysia. Konfrontasi tersebut membutuhkan banyak sukarelawan untuk masuk ke Malaysia, yang dicap Sukarno sebagai negara boneka buatan neokolonialis. Inggris siap pasang badan untuk menghadapi penolakan Indonesia itu.
Menurut catatan John Rossa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (2007), konfrontasi dengan Malaysia membuat “PKI berani menuntut agar ribuan, jika bukan jutaan, rakyat sipil dipersenjatai dan diorganisasi sebagai angkatan kelima.”
Sementara itu Komcad yang dipelopori Prabowo hendak diadakan justru ketika Indonesia sedang tidak bermusuhan dengan negara manapun. Prabowo tampaknya berpegang pada prinsip klasik bahwa bangsa yang cinta damai adalah bangsa yang siap perang.
Para sukarelawan Dwikora yang dikirim menyusup itu tak memakai identitas sebagai anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Jika pun ada anggota tentara reguler, mereka memakai identitas lain atau disamarkan sebagai orang yang sudah keluar dari ABRI.
Jika personel Komcad diambil dari generasi milenial, maka anggota Angkatan V berasal dari buruh dan tani yang hendak dipersenjatai. Koran Warta Bhakti (14/1/1965) menyebut PKI menuntut 15 juta buruh tani hendak dipersenjatai dalam Angkatan V itu. Sementara untuk saat ini, Komcad baru mematok target 25 ribu.
Ide Angkatan V kemudian ditolak Angkatan Darat, yang pada 1965 dipanglimai Letnan Jenderal Ahmad Yani. "[Yani] berpendapat bahwa pembentukan Angkatan Kelima seperti yang digagaskan oleh Ketua CC-PKI tersebut tidak efisien, lebih-lebih ada satuan Pertahanan Sipil (Hansip) yang mampu menampung gagasan semacam laskar-laskar tersebut," catat Atmadji Sumarkidjo dan kawan-kawan dalam Mendung Di Atas Istana Merdeka: Menyingkap Peran Biro Khusus PKI dalam Pemberontakan G30S (2000: 122).
Yani, seperti dikutip harian Pikiran Rakjat (26/6/1965), juga pernah bilang: “Apabila Nekolim menyerang, seluruh rakyat Indonesia akan dipersenjatai, tak hanya kaum buruh dan tani.”
“Walaupun sudah ada penolakan dari Angkatan Darat, tetapi PKI tetap saja melancarkan tuntutannya dan tuntutan itu makin lama makin gencar,” tutur Amirmachmud dalam H. Amirmachmud, Prajurit Pejuang: Otobiografi (1987: 212). “Angkatan Darat kompak untuk menolak gagasan pembentukan angkatan kelima lebih-lebih terhadap tuntutan PKI untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani.”
Keberadaan Angkatan V bisa dianggap sebagai Angkatan Darat kedua. Angkatan V juga boleh dibilang mirip dengan Schutzstafell (SS), organisasi paramiliter yang dirintis Partai NAZI di Jerman. Setelah NAZI berkuasa, SS semakin membesar.
Komcad tentu berbeda dengan SS. Prabowo tidak membawa-bawa partai di dalam Komcad. Tapi bagaimanapun juga Komcad bernasib lebih baik dari Angkatan Kelima; sebab angkatan terkuat di Indonesia, Angkatan Darat, tidak menghalanginya. Kasad Jenderal Andika Perkasa tidak menolak pembentukan Komcad sebagaimana Ahmad Yani dulu menolak Angkatan V. Tentu saja, sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo sudah berkoordinasi dengan jajaran TNI.
Beda Prabowo dengan Aidit
Jika pelopor Angkatan V adalah Ketua CC PKI yang dijadikan Menteri Negara Kabinet Dwikora, inisiator Komcad merupakan Ketua Umum Partai Gerindra yang menjabat Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju. Meski sama-sama politikus yang ambisius, ada perbedaan penting antara Prabowo Subianto dengan D.N. Aidit.
Pemimpin tertinggi PKI itu, yang pernah merasakan Revolusi Indonesia, sama sekali bukanlah tentara. Sementara Prabowo merupakan bekas tentara dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Jabatan terakhirnya di militer adalah Komandan Seskoad di Bandung. Sebelumnya dia pernah menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan cukup nyaman dengan jabatan ini. Tentu saja Kostrad yang pasukan pemukul berbeda dengan Komcad.
Setelah G30S, Angkatan V jadi “barang rusak” di Indonesia. Ini diperparah dengan fakta bahwa lokasi pelatihan sukarelawan Dwikora—sebagian pesertanya merupakan anggota Pemuda Rakyat (PR), organisasi sayap PKI—berada di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Lokasi itu kemudian dijadikan sarang Gerakan 30 September 1965 yang menculik enam jenderal Angkatan Darat. Para perwira tinggi itu, ditambah satu ajudan jenderal, dihabisi di Lubang Buaya. Salah satu perwira tinggi yang tewas adalah Ahmad Yani, orang yang menolak Angkatan V.
Prabowo muda pernah bersekolah menengah di The American School dan paham bagaimana pertahanan Amerika Serikat. Amerika Serikat punya komponen cadangan (reserve components) yang sudah terlembagakan secara teratur di semua matra angkatan bersenjata dan di tiap negara bagian (National Guard). Sebagai negara adidaya, Amerika kerap khawatir pada musuh dan potensi ancaman yang bisa muncul kapan saja.
Sedangkan Indonesia tidak punya garda semacam itu. Komcad bisa mirip dengan reserve components ala Amerika nantinya. Tentu saja Komcad bukan, dan tidak semestinya menjadi, "Garda Prabowo". Tapi sebagai negara yang bukan adidaya dan tidak suka banyak musuh, Komcad boleh jadi hanya akan membuang waktu dan tenaga generasi milenial.
Editor: Ivan Aulia Ahsan